Wednesday, 13 January 2016

ANALISIS MANFAAT DAN BIAYA (COST AND BENEFIT ANALYSIS)


(Oleh:Dr.Bovie Kawulusan., M.Si)

PENDAHULUAN

Analisis biaya dan manfaat (ABM) adalah salah satu  teknis yang digunakan untuk  mengevaluasi penggunaan sumber-sumber ekonomi agar dapat digunakan secara efisien. ABM merupakan alat bantu untuk membuat keputusan, dengan mempertimbangkan sejauhmana sumberdaya yang digunakan (sebagai biaya) dapat memberikan hasil-hasil yang diinginkan (manfaat) secara optimal. ABM digunakan manakala hal efisiensi secara akurat dan rasional menjadi pertimbangan utama.
Roy Simbel (2003) berpendapat bahwa ABM adalah salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk pengABMilan keputusan cepat[1]. Menurutnya dalam mengABMil keputusan, yang digunakan sebagai petunjuk adalah biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang bisa dipetik. ABM dilakukan dengan tetap mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan. ABM bertujuan memilih alternatif yang menunjang tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dengan manfaat yang paling besar serta risiko yang paling dapat dikendalikan.
Teknis  ABM dapat diterapkan dalam berbagai bidang pengambilan keputusan, utamanya dalam rangka membuat evaluasi program atau proyek untuk kepentingan publik, seperti misalnya pembangunan infrastruktur, yang seringkali menimbulkan biaya dan manfaat yang berdampak pada kepentingan sosial. Tentu saja lapangan pendidikan juga dapat menggunakan pendekatan ini, terutama ketika pertimbangan efisiensi menjadi begitu diperhitungkan.  


LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Analisis Manfaat-Biaya

Analisis manfaat-biaya adalah suatu pendekatan untuk rekomendasi kebijakan yang memungkinkan analis membandingkan dan menganjurkan suatu kebijakan dengan cara menghitung total biaya dalam bentuk uang dan total keuntungan dalam bentuk uang. Analisis manfaat-biaya dapat digunakan untuk merekomendasikan tindakan kebijakan, dalam arti diaplikasikan ke depan (ex ante), dan dapat juga digunakan untuk mengevaluasi kinerja kebijakan.  Analisis Biaya Manfaat digunakan, terutama ketika masalah EFISIENSI menjadi sesuatu yang sangat relevan dan diperhitungkan, atau dengan perkataan lain digunakan untuk mengevaluasi penggunaan sumber-sumber ekonomi agar sumber yang langka tersebut dapat digunakan secara efisien.
Analisa Biaya Manfaat secara tradisional melABMangkan rasionalitas ekonomi karena kriteria sebagian besar ditentukan dengan penggunaan efisiensi ekonomi secara global. Suatu kebijakan dikatakan efisien jika manfaat bersih (yaitu total manfaat dikurangi total biaya) adalah lebih besar dari nol dan lebih tinggi dari manfaat bersih yang mungkin dihasilkan dari sejumlah alternative penggunaan sumberdaya (investasi) lainnya di sector swasta ataupun public (opportunity cost).

Beberapa pengertian dan definisi dapat Cost and Benefit Analysis antara lain:

  1. An approach to policy recommendation that permits analyst to compare and advocate policies by quatifying their total monetary cost and benefits[2].
  2. A process by which you weigh expected costs against expected benefits to determine the best (or most profitable) course of action[3]
  3. A technique designed to determine the feasibility of a project or plan by quantifying its costs and benefits[4]
  4. A technique designed to determine the feasibility of a project or plan by quantifying its costs and benefits[5]

Dari berbagai definisi di atas dapatlah ditarik suatu pemahaman bahwa analisa biaya manfaat adalah suatu cara untuk menhitung (dalam besaran nilai uang) sejauhmana biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mewujudkan suatu proyek tertentu memberikan hasil manfaat, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk dipilih atau tidak dalam suatu pengABMilan keputusan.

Adapun pengertian tentang Cost (biaya) dan Benefits (Manfaat), dapat dijelaskan sebagai berikut[6]:

Benefits à  are the sum of the maximum amounts that people would be
                    willingness to pay to gain outcomes that they view as desirable

Costs     à  are the sum of the maximum amounts that people would be
                    willing to pay to avoid outcomes that they view as undesirable

ABM adalah salah satu teknik yang relatif mudah dilakukan, karena secara sederhana pengABMilan keputusan dilakukan berdasarkan perhitungan ”untung-rugi” yang dinilai dengan satuan uang (IDR, US$). Bahkan termasuk yang “intangible” pun diperhitungkan secara harganya secara rasional dengan satuan uang. Keputusan diABMil apabila “untung”, atau manfaatnya lebih tinggi ketimbang biayanya.
Dalam melakukan analisis manfaat-biaya yang harus diperhatikan adalah melakukan hal-hal berikut: (i) Identifying relevant impacts, Melakukan identifikasi hal-hal mana yang relevan terkena dampak dari kebijakan. Misal: keluasan wilayah, orang-orang/pihak-pihak.  Pihak-pihak mana yang paling berkepentingan dengan Kebijakan, (ii) Monetizing impacts,   Mengukur sejauhmana biaya-biaya yang dikeluarkan memberikan kompensasi yang wajar dengan hasil yang diperolehnya. (iia) Valuing inputs: Mengukur sejauhmana biaya-biaya yang dikeluarkan memberikan kompensasi yang wajar dengan hasil yang diperolehnya. (iib) Valuing Outcomes; menilai sejauhmana hasil yang didapatkan melalui pendekatan opportunity cost atau survey willingness to pay.  (iic) Oportunity cost: Pemilihan sejumlah sumberdaya yang paling efisien, yang diukur melalui penilaian sejauhmana sumberdaya itu telah mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk digunakan untuk menghasilkan hal lain, (iii) Discounting for time and Risk, Menghitung perkiraan nilai hari ini dari biaya dan manfaat yang akan diperoleh pada masa yang akan datang. Faktor diskonto didasarkan pada asumsi bahwa nilai uang pada masa yang akan datang pada arus biaya dan manfaat tidak sama pada setiap tahunnya. (iv) Choosing Among Polices, Memilih kebijakan yang mendatangkan manfaat (net benefits) yang paling memenuhi criteria yang ditetapkan

2.2. Pendekatan Menentukan Biaya dan Manfaat

Dalam analisis Manfaat-Biaya, harus ditentukan batas-batas dan ruang lingkup dari biaya-biaya dan manfaat-manfaat yang diperhitungkan. Beberapa pendekatan yang biasa dilakukan adalah:

1. Biaya dan manfaat di dalam vs di luar. Mempersoalkan apakah biaya atau manfaat yang dikeluarkan adalah bersifat internal atau eksternal untuk suatu jenis kelompok sasaran atau wilayah hukum.  Biaya dan manfaat internal ini disebut internalitas, sedangkan yang di luar atau eksternal disebut eksternalitas. Apa yang menjadi biaya atau manfaat di dalam (internalitas) pada suatu kasus dapat menjadi di luar (eksternalitas) pada kasus lain. Perbedaan ini tergantung pada bagaimana analis menggABMarkan batasan kelompok sasaran dan wilayah hukumnya. Jika batasannya masyarakat secara keseluruhan, maka tidak akan ada eksternalitas. Akan tetapi jika batasannya adalah wilayah hukum tertentu akan terdapat internalitas maupun eksternalitas. Contoh: program pembangunan perumahan apartemen (rumah susun) di DKI akan menimbulkan biaya-manfaat bagi wilayah hukum DKI, dan akan menimbulkan externalitas bagi penduduk yang terkena ‘manfaat’ ataupun  “korban” di wilayah luar DKI, misalnya: berkurangnya orang-orang yang mengontrak/kost di wilayah mereka, atau berkurangnya wilayah kumuh yang ada di wilayah mereka .

2. Biaya dan Manfaat yang diukur secara langsung dan tidak langsung. Mempersoalkan apakah biaya atau manfaat adalah nyata (tangible) atau tidak nyata (intangible). Ukuran Nyata adalah biaya dan manfaat yang secara langsung dapat diukur dengan harga pasar yang sebenarnya dari barang dan pelayanan, sementara yang tidak nyata adalah biaya dan manfaat yang secara tidak langsung diukur dengan cara menafsirkan nilai sebenarnya dari barang itu dengan patokan harga pasar. Ketika berhubungan dengan yang tidak nyata seperti harga udara bersih, analis kemungkinan membuat harga bayangan dengan membuat keputusan subyektif tentang nilai dolar dari biaya maupun manfaat.

3. Biaya dan manfaat primer dan sekunder. Mempersoalkan apakah biaya atau manfaat itu dihasilkan secara "langsung" atau "tidak langsung" oleh suatu program, Biaya atau manfaat primer adalah suatu biaya atau manfaat yang dihubungkan dengan sasaran program yang paling bernilai, sedangkan biaya atau manfaat sekunder berkaitan dengan sasaran yang kurang bernilai. Sebagai contoh, program sertifikasi guru. Manfaat langsungnya adalah, dihasilkannya 2000 guru bersertifikat setiap tahun, dengan biaya 2M rupiah. Manfaat sekundernya: Peningkatan motivasi pengembangan diri guru, dan dampak biaya sekundernya: berkurangnya sekian ratus jam mengajar akibat proses sertifikasi yang ketat. 

4. Efisiensi bersih vs. manfaat redistributional. Mempersoalkan apakah kombinasi biaya dan manfaat membuat kenaikan dalam agreqat pendapatan atau hanya menghasilkan pergeseran pendapatan atau sumberdaya di antara berbagai kelompok yang berbcda. Manfaat efisiensi bersih adalah manfaat yang mencerminkan kenaikan "riil" dari pendapatan bersih (total biaya dikurangi total manfaat), sementara manfaat redistribusional adalah manfaat berupa pergeseran yang bersifat semu berupa pendapatan oleh suatu kelompok dengan konsekuensi pengorbanan (pendapatan yang hilang) dari kelompok lain tanpa menghasilkan peningkatan efisiensi bersih. Perubahan pada contoh pertama disebut sebagai manfaat riil atau pada contoh kedua disebut manfaat semu. Sebagai contoh, program pemugaran lingkungan kumuh kemungkinan menghasilkan $1 juta manfaat efisieasi bersih. Jika pemugaran lingkungan kumuh juga meningkatkan pendapatan toko-toko grosir kecil di sekitarnya —dan menurunkan penjualan di toko yang mempunyai jarak labih jauh dari apartemen yang baru dibangun— manfaat dan biaya dari pendapatan yang diperoleh dan yang hilang adalah semu. Mereka saling meniadakan tanpa menghasilkan perubahan dalam manfaatl efisiensi bersih.

2.3. Tahapan Dalam Pembuatan ABM  

Melakukan analisis manfaat-biaya pada dasarnya sama dengan proses pengABMilan keputusan pada umumnya, yaitu melalui tahapan-tahapan yang runut yang masing-masing akan mengantarkan kepada tahapan berikutnya secara berkesinABMungan. Tahapan-tahapan atau langkah pembuatan ABM adalah sebagai berikut:

1.    Perumusan masalah. Perumusan masalah menghasilkan informasi tentang tujuan-tujuan potensial yang relevan, sasaran, alternatif, kriteria, kelompok sasaran, biaya, dan manfaat untuk menjadi pedoman dalam analisis. Perumusan masalah dapat menghasilkan perumusan kembali masalah,
2.    Spesifikasi sasaran. Analisis sering dimulai dengan tujuan-tujuan yang bersifat umum, sebagai contoh, mengendalikan kecanduan kokain. Tujuan, seperti yang telah kita lihat, harus dijabarkan ke dalam sasaran yang Iebih spesifik dan terukur. Tujuan untuk mengendalikan kecanduan kokain dapat dijabarkan ke dalam sejumlah sasaran yang spesifik, sebagai contoh, pengurangan 50% pasokan kokain dalam waktu 5 tahun.
3.    Identifikasi alternatif pemecahan masalah. Ketika suatu sasaran telah dispesifikasi, analis mempunyai asumsi tentang penyebab masalah dan peluang pemecahannya hampir selalu ditransformasikan ke dalam allernatif kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan kebijakan.
4.    Pencarian, analisis, dan interpretasi informasi Tugas yang di lakukan di sini adalah menelusur, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi yang relevan untuk meramalkan hasil dari alternatif-alternatif kebijakan. Pada tahapan ini sasaran utama dari peramaIan adalah biaya dan manfaat dari alternatif kebijakan yang telah diidenlifikasi pada tahapan sebelumnya. Di sini, informasi dapat diperoleh dari data-data yang tersedia yang menyangkut biaya dan manfaat dari beberapa program yang sejenis.
5.    Identifikasi kelompok sasaran dan pemanfaat. Di sini tugas yang dilakukan adalah melakukan analisis semua pihak terkait (stakeholder) dengan mendaftar semua kelompok yang mempunyai peranan dalam setiap isu karena akan dipengaruhi, secara negatif atau positif, ketika kebijakan diterapkan. 
6.    Menafsirkan biaya dan manfaat. Tugas yang mengharuskan penafsiran dalam bentuk uang atas semua manfaat dan biaya yang akan diperoleh kelompok sasaran dan pemanfaat. Validitas, reliabilitas dan kelayakan dari jenis pengukuran ini selalu menimbulkan ketidak-sepakatan.
7.    Penyusutan dari biaya dan manfaat. Jika tingkat biaya dan manfaat nyata diproyeksikan untuk waktu mendatang, penafsir harus menyesuaikan untuk menurunkan nilai riil dari uang sebagai akibat adanya infglasi dan perubahan-perubahan dalam tingkat suku bunga di masa mendatang. Nilai nyata dari biaya dan manfaat selalu didasarkan pada teknik penyusutan, suatu prosedur yang menggABMarkan biaya dan manfaat pada tingkat harga sekarang. (NPV)
8.    Menafsirkan resiko dan ketidak-pastian. Tugas yang dilakukan di sini adalah melakukan analisis sensitivitas, suatu istilah umum yang merujuk pada prosedur untuk menguji sensitivitas kesimpulan terhadap asumsi-asumsi alternatif tentang probabilitas terjadinya perbedaan biaya dan manfaat, atau terhadap faktor penyusutan yang berbeda-beda. Sangat sulit untuk mengembangkan penafsiran probabilitas yang terpercaya karena peramalan yang berbeda mengenai hasi! yang sama di masa depan,.
9.    Memilih kriteria pengABMilan keputusan. Di sini pekerjaan yang dilakukan adalah menekankan suatu kriteria atau aturan pengABMilan keputusan untuk memilih antara dua atau lebih alternatif yang mempunyai perbedaan komposisi biaya dan manfaat. [Criteria di sini ada enam jenis: efisiensi, efektivitas, kesepakatan, keadilan, daya tanggap dan ketepatan) . Pilihan kriteria keputusan mempunyai implikasi etis yang pcnting, karena kriteria keputusan didasarkan pada konsepsi yang berbeda tentang keharusan moral dan keadilan sosial.
10. Rekomendasi. Tugas terakhir dalam analisis manfaat-biaya adalah membuat rekomendasi dengan memilih di antara dua atau lebih alternatif. Pilihan alternatif biasanya tetap saja mengandung persoalan, yang kemudian mengundang analisis kritis mengenai plausibilitas dari rekomendasi tersebut, memperhitungkan hipotesis kausal dan etis yang lain yang dapat melemahkan atau mengurangi validitas suatu rekomendasi.

2.4. Konsep Nilai Uang
Dalam analisa biaya dan manfaat, seorang analis harus mampu menghitung nilai biaya atau manfaat sampai sekian tahun yang akan datang. Oleh karena nilai uang sekarang dan yang akan datang boleh jadi sangat berbeda (adanya faktor yang menurunkan harga/nilai uang  atau terjadi perbedaan karena ada faktor ketidakpastian dan faktor diskonto, yang biasanya disamakan dengan tingkat bunga), maka perkiraan biaya dan manfaat harus mempertimbangkan nilai uang yang terkandung dalam suatu proyek atau kebijakan. Hal ini dilakukan karena akan timbul masalah dalam hal menilai manfaat dan biaya yang akan diterima pada suatu waktu yang akan datang.. Faktor diskonto dapat dijelaskan dengan konsep nilai uang yang akan datang (future value) dan nilai uang sekarang (present value).
Apabila mempunyai uang sebesar P0 rupiah yang dibungakan terus menerus dengan tingkat diskonto i persen per tahun, maka hasil setelah t tahun (Pt) dapat dirumuskan sebagai berikut :



Pt = P0 (1 + i)t . . . . . . .
dengan :
Pt : nilai uang di masa datang
P0 : nilai uang sekarang
i : tingkat diskonto, t : tahun

 
 







Nilai uang yang akan diterima beberapa tahun yang akan datang nilainya tidak sama dengan apabila uang tersebut diterima saat ini. Nilai uang sekarang dapat dihitung dengan menggunakan konsep nilai uang sekarang (merupakan kebalikan dari Persamaan 1) seperti di bawah ini.


P0 = Pt / (1 + i)t . . . . . . , dimana:

Pt : nilai uang di masa datang
P0 : nilai uang sekarang
i : tingkat diskonto, t : tahun

 
 








2.5. Metode-metode yang digunakan dalam ABM
Pada dasarnya untuk menganalisis efisiensi suatu proyek langkah-langkah yang harus diambil adalah:
- menentukan semua manfaat dan biaya dari proyek yang akan dilaksanakan
- menghitung manfaat dan biaya dalam nilai uang
- menghitung masing-masing manfaat dan biaya dalam nilai uang sekarang.
Setidaknya, ada tiga metode untuk menganalisis manfaat dan biaya suatu proyek yaitu nilai bersih sekarang (NPV = net present value benefit), Internal Rate of Return (IRR) dan perbandingan manfaat biaya (BCR = benefit-cost ratio).
a. Metode Net Present Value
Proyek yang efisien adalah proyek yang manfaatnya lebih besar dari pada biaya yang diperlukan. Nilai bersih suatu proyek merupakan seluruh nilai dari manfaat proyek dikurangkan dengan biaya proyek pada tahun yang bersangkutan dan didiskontokan dengan tingkat diskonto yang berlaku. Untuk mengimplementasikan pendekatan ini, kita ikuti proses sebagai berikut :
(1)  Tentukan nilai sekarang dari setiap arus kas, termasuk arus masuk dan arus keluar, yang didiskontokan pada biaya modal proyek,
(2)  Jumlahkan arus kas yang didiskontokan ini, hasil ini didefinisikan sebagai NPV proyek,
(3)  Jika NPV adalah positif, maka proyek harus diterima, sementara jika NPV adalah negatif, maka proyek itu harus ditolak. Jika dua proyek dengan NPV positif adalah mutually exclusive, maka salah satu dengan nilai NPV terbesar harus dipilih .
Persamaan untuk NPV adalah sebagai berikut :
Add caption

Di mana : CF = arus kas masuk dan arus kas keluar
K = biaya modal proyek

b. Return On Investment


Metode pengembalian investasi digunakan untuk mengukur prosentase manfaat yang dihasilkan oleh suatu proyek dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkannya. Sedangkan return on investment dari suatu proyek investasi dapat dihitung dengan rumus: 

Misalnya diketahui bahwa total manfaat dari Proyek Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Program Pasca Sarjana UPI adalah: 

Manfaat tahun ke 1             = Rp.    346.000.000,-
Manfaat tahun ke 2             = Rp.    440.000.000,-
Manfaat tahun ke 3             = Rp.    565.000.000,-
Manfaat tahun ke 4             = Rp.    627.500.000,- +
Total Manfaat          = Rp. 1.978.500.000,-
Sedang total biaya yang dikeluarkan adalah:
Biaya tahun ke 0      = Rp.    788.500.000,-
Biaya tahun ke 1      = Rp.      61.000.000,-
Biaya tahun ke 2      = Rp.      67.500.000,-
Biaya tahun ke 3      = Rp.      79.000.000,-
Biaya tahun ke 4      = Rp.      85.250.000,- +
Total Biaya               = Rp. 1.081.250.000,-

ROI untuk proyek ini adalah sebesar = (Rp. 1.978.500.000 – Rp. 1.081.250.000,-)/ Rp. 1.081.250.000,-) x 100% = 82,98 % .  Apabila suatu proyek investasi mempunyai ROI lebih besar dari 0 maka proyek tersebut dapat diterima. Pada proyek ini nilai ROI nya adalah 0,8298 atau 82,98%, ini berarti proyek ini dapat diterima, karena proyek ini akan memberikan keuntungan sebesar 82,98% dari total biaya investasinya.

c. Internal Rate of Return Method

Sama seperti NPV metode tingkat pengembalian internal atau IRR juga merupakan metode yang memperhatikan nilai waktu dari uang. Rumus yang digunakan adalah:

Pada metode NPV tingkat bunga yang diinginkan telah ditetapkan sebelumnya, sedangkan pada metode IRR, kita justru akan menghitung tingkat bunga tersebut. Tingkat bunga yang akan dihitung ini merupakan tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari tiap-tiap cash inflow yang didiskontokan dengan tingkat bunga tersebut sama besarnya dengan nilai sekarang dari initial cash outflow atau nilai proyek. Dengan kata lain tingkat bunga ini adalah merupakan tingkat bunga persis investasi bernilai impas, yaitu tidak menguntungkan dan juga tidak merugikan.
Dengan mengetahui tingkat bunga impas ini, maka dapat dibandingkan dengan tingkat bunga pengembalian atau rate of return yang diinginkan, jika lebih besar berarti investasi menguntungkan dan bila sebaliknya investasi tidak menguntungkan. Misalnya IRR yang dihasilkan oleh sebuah proyek adalah 25% yang berarti proyek ini akan menghasilkan keuntungan dengan tingkat bunga 25%. Bila rate of return yang diinginkan adalah 20%, maka proyek dapat diterima kelayakannya.

d. Payback Period Method
Penilaian proyek investasi menggunakan metode ini didasarkan pada lamanya investasi tersebut dapat tertutup dengan aliran-aliran kas masuk, dan faktor bunga tidak dimasukan dalam perhitungan ini.
Sebagai misal : Sebuah Proyek Sistem Informasi Manajemen bernilai Rp. 20.000.000,-. Dan misalnya cash inflow tiap tahunnya adalah sama, yaitu sebesar Rp. 6.000.000,-. Maka periode pengembalian investasi ini adalah : Rp. 20.000.000,-/Rp. 6.000.000,- = 3,333 tahun. Ini berarti proyek investasi sistem informasi manajemen tersebut akan tertutup dalam waktu 3 tahun 3 bulan.
Bila cash inflow tiap tahun tidak sama besarnya, maka harus dihitung satu-persatu. Misalnya nilai proyek sistem informasi manajemen adalah Rp. 788.500.000,-, dan umur ekonomis proyek tersebut adalah 4 tahun dan cash inflow setiap tahunnya adalah seperti berikut ini :
-       cash inflow tahun 1 sebesar Rp. 285.000.000,-
-       cash inflow tahun 2 sebesar Rp. 372.500.000,-
-       cash inflow tahun 3 sebesar Rp. 486.000.000,-
-       cash inflow tahun 4 sebesar Rp. 542.250.000,-
maka payback period untuk investasi sistem informasi manajemen ini adalah :
Nilai investasi                      = Rp. 788.500.000,-
cash inflow tahun 1                        = Rp. 285.000.000,-
Sisa investasi tahun 2        = Rp. 503.500.000,-
cash inflow tahun 2                        = Rp. 372.500.000,-
Sisa investasi tahun 3        = Rp. 131.000.000,-
Sisa investasi tahun 3 sebesar Rp. 131.000.000,- tertutup oleh sebagian dari cash inflow tahun 3 sebesar Rp. 486.000.000,-, yaitu Rp. 131.000.000,-/Rp. 486.000.000,- = 0.2695 bagian. Kesimpulannya adalah bahwa payback period investasi ini adalah 2 tahun 3,234 bulan, dan kelayakan dari investasi ini dapat dilakukan dengan membandingkan payback period yang ada dengan maximum payback period yang dianggap layak yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya maximum payback period adalah 3 tahun, berarti investasi ini diterima.


PEMBAHASAN

3.1. Analisis Manfaat-Biaya Dalam Pendidikan

Analisis Manfaat-Biaya bersandar pada rasionalitas ekonomi, yang memperhitungkan sisi efisiensi. Dengan perkataan lain, suatu pilihan akan dilaksanakan manakala manfaat yang ditimbulkan lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan, dan sebaliknya berdasarkan teknik ini, suatu pilihan akan dihindari manakala manfaat yang dihasilkan tidak sebanding (lebih kecil)  dengan biaya yang dikeluarkan. Biasanya ABM cocok diterapkan pada proyek-proyek pembangunan insfrastruktur untuk kepentingan publik, misalnya pembangunan jalan tol, pembangunan waduk/dam, pembangunan pasar modern.
Bila kita letakkan teknik ABM dalam lapangan pendidikan, maka kita akan berhadapan dengan ’nilai manfaat” yang terkait dengan pembangunan manusia yang tidak mudah dinilai dengan ukuran uang. Atau dengan perkataan lain, suatu proyek pendidikan yang berorientasi sepenuhnya kepada pembangunan karakter manusia akan mendapatkan nilai manfaat yang sangat tinggi. Oleh karena itu, pengukuran efisiensi (menimbang besaran biaya terhadap manfaat) akan berhadapan dengan nilai manfaat (investasi sumber daya insani) yang seolah tanpa batas.
Dalam penerapannya di lapangan pendidikan, ABM dapat secara tajam menghitung cost (biaya). Biaya pendidikan menurut Prof. Dr. Dedi Supriadi, merupakan salah satu komponen instrumental (instrumental input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan (di sekolah). Biaya dalam pengertian ini memiliki cakupan yang luas, yakni semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan, baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga (yang dapat dihargakan uang). Nanang Fattah (2004) menABMahkan biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost).
Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar siswa seperti pembelian alat-alat pembelajaran, penyediaan sarana pembelajaran, biaya transportasi, gaji guru, baik yang dikeluarkan pemerintah, orang tua maupun siswa sendiri. Sedangkan biaya tidak langsung berupa keuntungan yang hilang (earning forgone) dalam bentuk biaya kesempatan yang hilang (opportunity cost) yang dikorbankan oleh siswa selama belajar, contohnya, uang jajan siswa, pembelian peralatan sekolah (pulpen, tas, buku tulis,dll).
Dalam konsep dasar pembiayaan pendidikan ada dua hal penting yang perlu dikaji atau dianalisis, yaitu biaya pendidikan secara keseluruhan (total cost) dan biaya satuan per siswa). Biaya satuan ditingkat sekolah merupakan aggregate biaya pendidikan tingkat sekolah baik yang bersumber dari pemerintah, orang tua, dan masyarakat yang dikerluarkan untuk menyelenggarakan pendidikan dalam satu tahun pelajaran.
Biaya satuan per murid merupakan ukuran yang menggABMarkan seberapa besar uang yang dialokasikan sekolah secara efektif untuk kepentingan murid dalam menempuh pendidikan, oleh karena biaya satuan ini diperoleh dengan memperhitungkan jumlah murid pada masing-masing sekolah, maka ukuran biaya satuan dianggap standard dan dapat dibandingkan antara sekolah yang satu dengan yang lainnya.
Analisis mengenai biaya satuan dalam kaitannya dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya dapat dilakukan dengan menggunakan sekolah sebagai unit analisis. Dengan menganalisis biaya satuan, memungkinkan kita untuk mengetahui efisiensi dalam penggunaan sumber-sumber di sekolah, keuntungan dari investasi pendidikan, dan pemerataan pengeluaran masyarakat, pemerintah untuk pendidikan, disamping itu, juga dapat menjadi penilaian bagaimana alternatif kebijakan dalam upaya perbaikan atau peningkatan sistem pendidikan.
3.2. Mengukur Biaya Pendidikan.
Nanang Fattah (2004) menjelaskan bahwa di dalam menentukan biaya satuan terdapat dua pendekatan, yaitu:
Pendekatan makro. Faktor utama yang menentukan perhitungan biaya satuan dalam sistem pendidikan adalah kebijakan dalam pengalokasian anggaran pendidikan disetiap negara. Satuan biaya pendidikan disetiap negara sangat bervariasi, yang disebabkan oleh perbedaan cara penyelenggaraan pendidikan. Untuk membandingkan biaya pendidikan pada tiap jenjang ditiap negara, teknik yang dilakukan adalah dengan membandingkan biaya operasional pendidikan dan sumber keuangannya, yang bisa dilihat dari persentase GNP dari tiap negara.
Pendekatan mikro. Pendekatan ini menganalisis biaya pendidikan berdasarkan pengeluaran total (total cost) dan jumlah biaya satuan (unit cost) menurut jenis dan tingkat pendidikan. Biaya total merupakan gabungan-gabungan biaya per komponen input pendidikan di tiap sekolah. Satuan biaya pendidikan merupakan biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk melaksanakan pendidikan di sekolah per murid per tahun anggaran. Satuan biaya ini merupakan fungsi dari besarnya pengeluaran sekolah serta banyaknya murid sekolah. Dengan demikian, satuan biaya ini dapat diketahui dengan jalan membagi seluruh jumlah pengeluaran sekolah setiap tahun dengan jumlah murid sekolah pada tahun yang bersangkutan. Perhtitungan satuan biaya pendidikan dapat menggunakan formula sebagai berikut:
Sb (s,t) = f [K (s,t) : M (s,t)] , di mana:
Sb : satuan biaya murid per tahun
K   : jumlah seluruh pengeluaran.
M  : jumlah murid
s   : sekolah tertentu,
t   : tahun tertentu
Selain itu biaya pendidikan menurut Nanang Fattah tidak hanya berorientasi pada uang saja, tetapi juga dalam bentuk biaya kesempatan (oppurtunity cost) yang sering juga disebut income forgone (potensi pendapatan bagi seorang siswa selama ia mengikuti pelajaran, atau menyelesaikan studi), yang dapat dihitung dengan formula berikut:
C = L + K, di mana:
C : biaya pendidikan
L : biaya langsung dan biaya tak langsung
K : jumlah rata-rata penghasilan tamatan
3.3. Mengukur Manfaat Pendidikan
Mengukur manfaat pendidikan tidak dapat dengan mudah dinilai dengan besaran uang, karena kemanfaatan pendidikan sangat bersifat sosial, yaitu bermuara kepada ketercapaian karakter dan atau kompetensi tertentu yang melekat di peserta didik. Nanag Fattah menyebutkan ada empat kategori yang dapat dijadikan indikator dalam menentukan tingkat keberhasilan pendidikan, yaitu:
1.    dapat tidaknya seorang lulusan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi,
2.    dapat tidaknya memperoleh pekerjaan
3.    besarnya penghasilan yang diterima
4.    sikap perilaku dalam konteks sosial, budaya dan politik.
Nanang Fattah lebih lanjut mengatakan bahwa untuk mengukur keuntungan pendidikan menurut ukuran ekonomi adalah dengan cara membandingkan antara biaya yang dikeluarkan sejalan dengan lamanya pendidikan yang ditempuh dibandingkan dengan pola penghasilan seumur hidup, yang berpola: agak rendah di usia muda, meningkat pada usia berikutnya, dan menurun pada usia lanjut, lihat tabel di bawah ini:
                                                           

      
  Sumber: Nanang Fattah (2004:29)

Tujuan Analisis Manfaat Biaya dalam lapangan pendidikan adalah untuk memberikan kemudahan, memberikan informasi pada para pengambil keputusan untuk menentukan langkah/cara dalam pembuatan kebijakan sekolah, guna mencapai efektivitas maupun efisiensi pengolahan dana pendidikan serta peningkatan mutu pendidikan. Secara khusus, analisis manfaat biaya pendidikan bagi pemerintah menjadi acuan untuk menetapkan anggaran pendidikan dalam RAPBN, dan juga sebagai dasar untuk meningkatkan kualitas SDM dengan meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Sedangkan bagi masyarakat, analisis manfaat biaya pendidikan ini berguna sebagai dasar/pijakan dalam melakukan ”investasi” di dunia pendidikan. Hal ini dirasakan penting untuk diketahui dan dipelajari, karena menurut sebagian masyarakat pendidikan hanya menghabis-habiskan uang tanpa ada jaminan/prospek peningkatan hidup yang jelas dimasa yang akan datang.
Penerapan analisis manfaat-biaya dalam pendidikan dapat digunakan untuk mengevaluasi secara kritis kebijakan-kebijakan pendidikan yang menyerap dana sangat besar. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemanfaatan yang dihasilkan dari sejumlah biaya yang sedemkian besar telah dikeluarkan. Misalnya dalam kasus kebijakan UN, anggaran yang diusulkan oleh pemerintah sebesar Rp 754 Milyar, yang terdiri dari Anggaran untuk UN tingkat SD dalam RAPBN 2008 sebesar Rp 500 miliar untuk sekitar lima juta murid.
Adapun untuk pelaksanaan UN tingkat SMP sederajat dialokasikan Rp 150 miliar dan di level SMA sederajat direncanakan sebesar Rp 104 miliar.[7]. Meskipun banyak pihak menganggap bahwa penyelenggaraan UN ini merupakan suatu kebijakan yang mubazir[8] UN ini, namun pemerintah menganggap bahwa manfaat dari UN sangat besar (strategis) bila dibandingkan dengan pilihan tidak melaksanakan UN. Argumentasi pemerintah ini sesunggunya dapat di kritisi dengan melakukan analisis Biaya Manfaat melalui pendekatan Opportunity Cost. Berapa besar kerugian yang ditimbulkan dengan hilangnya kesempatan bagi pemerintah dengan biaya sebesar itu bila dipakai untuk menjalankan kebijakan lain, misalnya pembangunan dan perbaikan gedung SD ?. 
Secara sederhana dapat dibandingkan manfaat yang didapatkan dengan pelaksanaan UAN, dengan manfaat apabila dana sebsar itu digunakan untuk menyediakan dan atau memperbaiki sarana dan prasarana sekolah, terutama yang berada di pelosok desa. Dengan analisis manfaat-biaya ini, diharapkan semua debat dan kontrovesri maslah UN dapat di ’selesaikan’ secara rasional, bukan emosional ataupun politik.

PENUTUP

Analisia biaya dan manfaat sangat bermanfaat untuk memandu pengambil kebijakan apabila ukuran yang diperhitungkan adalah berapa besar tingkat efisiensi yang ditimbulkan, dengan perkataan lain, analisa biaya-manfaat ini sangat memperhitungkan untung rugi melalui ukuran nilai uang, oleh karenanya memerlukan kecermatan dan tingkat berfikir yang sangat rasional.

Daftar Pustaka

Dunn, William (1981). “Public Policy Analysis. An Introduction”. Engelwood Cliffs:Prentice Hall

Dunn, William N. (1999, Terjemahan). “Pengantar Analisis Kebijakan Publik.” Yogyakarta: Gadjahmada University Press

Nanang Fattah (2004). “Ekonomi Dan Pembiayaan Pendidikan”. Bandung:Rosda Karya.

Agus Sugiyono, Makalah (2001) .“Analisis Manfaat dan Biaya Sosial Ekonomi Publik”. Program Pascasarjana-FE Universitas Gadjah Mada, Ygy.

Gatot Prabantoro , Makalah “Mengukur Kelayakan Ekonomis Proyek Sistem Informasi Manajemen, Menggunakan Metode ‘Cost & Benefits Análisis Dan Aplikasinya Dengan MS EXCEL 2000. STIE Indonesia

AM. Sumastuti, Makalah, Keunggulan NPV Sebagai Alat Analisis Uji  Kelayakan Investasi dan Penerapannya, FE Universitas Gadjah Mada, Ygy.










[1]  Roy Simbel. (2003) ”Decisions at The Speed of Light”: Strategi MengABMil Keputusan Instan. Dalam internet: http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2003/0603/man01.html
[2] Dunn, William (1981). “Public Policy Analysis. An Introduction”. Engelwood Cliffs: Prentice Hall. Halaman 244
[3] Enterpreneur.com (….) “Cost-Benefit Analysis”. Intrenet: www. entrepreneur.com/encyclopedia

[4] Investorwords.com dalam internet: http://www.investorwords.com/1151/cost_benefit_analysis.html
[5] Bitpipe.com. internet: http://www.bitpipe.com/tlist/Cost-Benefit-Analysis.html
[6]  Chapter tentang “Cost & Benefits Analysis” dalam buku: …………………. 
[7] Rapat Kerja Mendikas dengan Komisi X pada tanggal 11-10-2007, sebagaimana dilaporkan Harian Kompas edisi 12-09-07

[8] Anggota Komisi X dari Fraksi PDI-P, Wayan Koster, mengingatkan sebaiknya pemerintah membuka mata terhadap realitas kondisi pendidikan di tingkat SD. Bahkan, di pedesaan terpencil kondisinya sangat parah, baik dari segi gedung, sarana belajar, maupun guru. Banyak sekolah yang gurunya sangat terbatas sehingga merangkap sebagai kepala sekolah dan pegawai tata usaha. Lagi pula, bagi siswa SD yang lulus UN, ijazahnya juga tidak dapat dipakai mencari kerja karena lulusan SD belum memungkinkan bekerja. "Jelas UN SD yang memakan anggaran Rp 500 miliar itu merupakan kebijakan yang mubazir, menghABMurkan uang negara karena tidak bermanfaat,"

3 comments:

  1. Terima kasih share ilmunya pak.
    bolehkah saya memperoleh PDFnya?
    mohon bantuannya ya pak, terima kasih..

    ReplyDelete
  2. I am using CBA to analyse th Net Benefit of a Special Economic Zone..contact me at WA 08124303550. I am a Profesor NIDK at Univ Pelita Harapan. Good article..especially when you furthe elaboratye coveing the estimation of shadow price...move on Bob,,,GBU

    ReplyDelete
  3. Perusahaan menggunakan metode penetapan harga transfer atas dasar biaya yang ditimbulkan oleh divisi penjual dalam memproduksi barang atau jasa, penetapan harga transfer metode ini relatif mudah diterapkan namun memiliki beberapa kekurangan. Pertama, penggunaan biaya sebagai harga transfer dapat mengarah pada keputusan yang buruk, jika seandainya unit penjual tidak dapat memproduksi dengan optimal sehingga menghasilkan biaya yang lebih tinggi daripada harga pasar, maka dapat terjadi kecenderungan pembelian barang dari luar. Kedua, jika biaya digunakan sebagai harga transfer, divisi Transfer DANA ke OVO

    ReplyDelete