Thursday, 14 January 2016

NILAI MORAL DAN SOSIAL BUDAYA INDONESIA (Kunci Sukses dengan 8 (delapan) Etos Kerja Profesional)



(Dr. Bovie Kawulusan., M.Si)


ABSTRAK

The spirit of succsess merupakan kunci keberhasilan dari 8 (delapan) etos kerja professional sebagai enerji batin dalam mendaki gunung untuk mencapai puncak keberhasilan kehidupan atau kesuksesan sebagai dambaan seseorang, kelompok, organisasi, masyarakat, organisasi maupun negara sebagai wujud dari harapan menjadi kenyataan.

Nilai moral dan sosial budaya akan tercermin etos atau kebiasaan kerja profesional yaitu, kerja profesional adalah rahmat, kerja professional adalah amanah, kerja profesional adalah panggilan, kerja profesional adalah aktualisasi, kerja profesional adalah ibadah, kerja profesional adalah seni, kerja profesional adalah kehormatan, dan kerja profesional adalah pelayanan, artinya keberhasilan atau kesuksesan yang nyata bagi seseorang, kelompok, organisasi, masyarakat dan negara akan sesuai dengan harapan apabila nilai moral  dan sosial budaya yang dimiliki mencerminkan 8 (delapan) etos kerja yang profesional.

Key Words: Nilai Moral, Sosial Budaya dan Etos Kerja Profesional

           
A.    Latar Belakang

Suasana kehidupan dewasa ini banyak tuntutan, tantangan dan masalah yang dihadapi terutama dalam mencapai suatu kesuksesan dan kesuksesan tersebut dapat direalisasikan dengan kebiasaan kerja professional dan didukung oleh nilai moral seseorang, kelompok, organisasi maupun sosial budaya suatu masyarakat yang dianutnya.

Etos kerja professional atau kebiasaan kerja profesional saat ini menjadi topik pembicaraan baik dalam negeri maupun luar negeri karena semakin disadari bahwa perannya yang sangat sentral dalam kinerja sebuat organisasi, kelompok, masyarakat, bahkan negara dan memberikan gambaran yang jelas dan lengkap tentang hubungan antara etos kerja professional dengan pencapaian kinerja seseorang, kelompok, organisasi, masyarakat maupun negara tersebut.

The spirit of succsess merupakan kunci keberhasilan dari 8 (delapan) etos kerja professional sebagai enerji batin dalam mendaki gunung untuk mencapai puncak keberhasilan kehidupan tersebut sebagai dambaan seseorang, kelompok, organisasi, masyarakat, organisasi maupun negara.

Sebagai mahluk pekarya baik pegawai negeri, pegawai swasta, anak-anak, remaja, dewasa tentunya memiliki apa yang disebut the spirit of succsess yang dilandasi oleh 8 (delapan) kebiasaan atau etos kerja professional tersebut yaitu, kerja professional adalah rahmat, kerja professional adalah amanah, kerja professional adalah panggilan, kerja professional adalah aktualisasi, kerja profesional adalah ibadah, kerja professional adalah seni, kerja professional adalah kehormatan, dan kerja professional adalah pelayanan.

B.     Permasalahan dan rumusan masalah

Seseorang, kelompok, organisasi, masyarakat, negara untuk mencapai kesuksesan sebagai puncak dari suatu harapan selalu dihadapkan oleh banyak permasalahan sehingga apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Untuk mengetahui tentang tantangan apa yang dihadapi untuk mencapai kesuksesan sesuai dengan apa yang diharapkan maka dapat dirumuskan bahwa “bagaimana nilai moral dan social budaya yang harus dimiliki oleh seseorang, kelompok, organisasi, masyarakat atau Negara untuk mencapai sukses sesuai dengan harapan?”. 

C.     Tujuan

Secara umum tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui nilai moral dan sosial budaya yang dimiliki oleh seseorang, kelompok, organisasi, masyarakat dan negara dalam mencapai puncak kesuksesan seuai dengan harapan.

D.    Manfaat

Bagi penulis sangat bermanfaat untuk mengetahui ethos kerja professional sebagai nilai moral dan sosial budaya yang dimiliki oleh seseorang, kelompok, organisasi, masyarakat dan negara, dan bagi pembaca merupakan bahan kajian yang lebih mendalam dalam memahami tentang nilai moral dan sosial budaya tersebut.


E.     Metodologi

Metode yang digunakan dalam tuisan ini adalah kajian pustaka yang bersumber dari penulis Jansen Sinamo yang berjudul 8 Etos Kerja Profesional (sebagai navigator menuju sukses)

F.      Pembahasan

Kerja membuat setiap orang atau anggota masyarakat memiliki perhatian dengan anggota masyarakat lainnya yang membuat masyarakat menjadi dinamis dalam suatu keteraturan sehingga tercapainya suatu masyarakat kekaryaan yang menyatukan bangsa dan menjaga keutuhan suatu negara dan akan menjadikan terbentuknya masyarakat yang berorientasi kepada achievement atau prestasi.

Etos merupakan kata yang sangat popular dan sering diungkapkan oleh banyak kalangan, namun dalam melaksanakannya sangat sangat terbatas. Status seseorang, kelompok sosial ataupun masyarakat atau organisasi dan negara akan sangat bernilai jika setiap individu lebih mengenal dan menjadikan etos bagian dari keseharian atau menjadikan kebiasaan yang dilakukan setiap saat, artinya sukses seseorang (pribadi), kelompok, masyarakat ataupun negara harus didasarkan pada kebiasaan atau etos yang memiliki nilai moral dan sosial budaya yang dianutnya.

a.       Nilai Moral

Nilai/Value (Krech, Crutchfield, Ballachey) yaitu: Keyakinan Bebas berbicara dan apa yang dilakukannya atau  nilai merupakan refleksi dari budaya dan berkembang atas dasar alam pikiran manusia di dalam masyarakat dan secara luas harus disepakati dan tidak selalu hitam di atas putih baik secara individual atau kelompok untuk mencapai tujuan (hak dan kewajiban, kebebasan dan tanggung jawab)

Nilai moral yang perlu ditanamkan bagi individu, kelompok, organisasi, masyarakat dan negara tersebut adalah memberikan dorongan yang benar-benar sesuai dengan nilai-nilai yang dianut untuk berkiprah dalam membangun individu, kelompok, masyarakat, organisasi atau negara untuk mencapai keberhasilan atau kesuksesan.

Kiprah generasi muda sebagai penerus bangsa ini dan sebagai calon-calon pimpinan bangsa ini tentunya memiliki moral dan etika yang baik sesuai dengan aturan yang berlaku (di Indonesia) berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Jika nilai-nilai ini dipahami dan dilaksanakan oleh genarasi penerus bangsa ini maka keberhasilan bangsa akan nampak dalam berbagai hal yang ditunjukkan dengan kemajuan-kemajuan sebagai akibat dari perubahan-perubahan yang terjadi. Intinya adalah dibelakang semua perubahan yang terjadi tersebut memiliki moral dan etika serta mengikuti aturan yang berlalu untuk bangsa.

b.      Sosial Budaya

Secara harfiah menurut Soerjanto Poespowardoyo (1993),  pengertian budaya sering digunakan untuk menterjemahkan istilah inggris yaitu culture, istilah culture ini berasal dari bahasa latin colere, yang berarti mengerjakan tanah dan mengelola memelihara lading. Namun menurut  Langaveld, (1993) pengertian yang semula berbau agraris ini selanjutnya diterapkan pada hal hal yang bersifat rohani, dan menurut Ashley Montagu dan Cristoper Dawson (1993) mengartikan culture sebagai way of life, yaitu cara hidup tertentu yang memancarkan identitas tertentu pula dari suatu bangsa.

Istilah culture ini sering juga diterjemahkan menjadi kebudayaan atau peradapan atau budi dalam bahasa arab di sebut ahklak. The American Heritage Dictionary (Dalam Kotter dan Heskett, 1992) mendefinisikan culture secara lebih formal, yaitu sebagai “suatu keseluruhan dari pola perilaku yang dikirimkan melalui kehidupan social seni ragam kelembagaan dan segala hasil kerja serta pemikiran manusia dari suatu kelompok manusia”

Budaya adalah yang membuat orang jawa seperti orang jawa; orang sunda seperti orang sunda, orang padang seperti orang padang, (Charles Mitcchel) ahli belanda (geert hofstede) mengatakan bahwa budaya sebagai perangkat lunak pikiran pemrograman sosial yang mengatur cara kita berfikir, bertindak dan mempersiapkan diri kita dengan orang lain.
Secara umum dalam budaya bisnis internasional dikatakan bahwa terdapat 3 (tiga) komponen budaya dalam kaitanya dengan transaksi bisnis yaitu:

a.       Bahasa
Bahasa adalah kata–kata yang terucapkan atau tertulis, dengan demikian  bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia dalam melakukan interaksi diantara mereka komunikasi non verbal, gerak gerik, bahasa tubuh, ekzpresi wajah semuanya adalah menyatakan pesan ketika 2 orang tidak berbicara dengan bahasa yang sama maka terpaksa menggunakan penterjemah, oleh sebab itu bentuk komunikasi non ferbal merupakan satu satunya metode dan kontak langsung yang dapat dilakukan bagi orang orang yang ingin memahami diantara yang satu dengan lainnya secara langsung.

b.      Agama
Dominasi religi dalam budaya mempunyai pengaruh yang amat besar dalam melakukan berbagai kegiatan, sekalipun orang–orang yang terlibat dalam kegiatan itu bukan penganut agama yang taat. Dalam lingkungan muslim perkataan yang sering muncul kata insya Allah yang mempunyai arti jika Tuhan menghendaki/mengijinkan. Hal ini menunjukan penghargaan atas kekuasaan Tuhan yang amat tinggi, dan sebaliknya kesadaran manusia ketidak berdayaannya dalam melakukan pekerjaan, oleh karena itu dalam berbagai aktifitas sering menggunakan istilah di atas agar semuanya dapat berjalan sesuai dengan kehendakNya.

c.       Sikap–sikap yang saling bertentangan

Jelas bahwa nilai–nilai budaya mempunyai dampak terhadap kegiatan pengelolaan pemerintahan dan pembangunan. Dua perbedaan nilai yang paling mendasar untuk di pertimbangkan adalah apakah suatu budaya menekankan pada individualistis seperti yang ditunjukan bangsa Amerika (contohnya), kolektivisme seperti orang cina nilai budaya tercermin dalam kehidupan sehari hari dalam kelompok kelompok (suku), baik dalam kehidupan sosial dan lainya. Pemahaman budaya yang mendasar di antara kelompok ataupun suku, maka sangat menimbulkan masalah, lebih-lebih budaya/kebiasaan suatu kelompok lain. Disamping adanya tiga komponen dalam budaya, terdapat komponen–komponen lainya yang secara nyata dapat dijumpai yaitu :
1)      Sopan santun dan kebiasaan
Hal ini terlihat dari kejadian yang terus menerus terjadi seperti sapaan, ucapan selamat datang dirumah–rumah penduduk yang menerima tamu, atau menit pertama jika turun dari pesawat di Negara lain.
2)      Seni
Drama, musik, sastra, ketoprak humor wayang orang, ludruk merupakan maninfestasi dari paradigma budaya yang dapat memberikan petunjuk mengenai pola pikir masyarakat.
3)      Pendidikan
Budaya menempatkan nilai yang tinggi pada pendidikan formal, sebagai contoh pembuatan kartu nama bagi banyak orang dengan menempatkan nama secara lengkap yang disertai dengan gelar akademik yang bersangkutan.

4)      Humor

Ada kelompok mayarakat yang lebih periang, masyarakat inggris sebagai contoh mempunyai kemampuan humor yang tinggi (Lihat Mr. Bean). Hal ini sangat sulit ditemukan dalam masyarakat jerman, karena orang Jerman menganggap pekerjaan apapun sebagai urusan yang terlalu serius untuk dijadikan ajang humor.


5)      Organisasi social

Organisasi swasta atau non pemerintah kecenderungan seseorang bergabung dalam kelompok, dan bagaimana kelompok–kelompok ini mengarah dan mempunyai petunjuk yang jelas budaya proses pengambilan keputusan hal ini pada akhirnya dapat memberi kita pandangan bagaimana keputusan keputusan dibuat. Budaya yang terstruktur biasanya berarti waktu pengambilan keputusan yang panjang dan karena kurangnya otonomi pada tingkat bawah.

Di dalam bahasa Indonesia istilah Budaya ini dapat dianggap berasal dari dua istilah yaitu budi dan daya. Budi adalah akhlak dan daya adalah upaya atau usaha. Jadi budaya berarti upaya-upaya manusia yang didasarkan atas budi yang luhur yang melahirkan konsep–konsep bagaimana harusnya hidup (way of life) sehingga melahirkan adat istiadat, sebagai pedoman untuk hidup bermasyarakat. Peninggalan kebudayaan manusia purba dapat dilihat dari tulisan, prasasti, barang kerajinan, bangunan, serta benda benda lain sebagai perwujudan buah pikiran dan seni yang digunakan untuk mendukung kehidupan manusia.

Dengan demikian maka sosial budaya adalah upaya-upaya manusia yang didasarkan atas budi yang luhur yang melahirkan konsep–konsep bagaimana harusnya hidup (way of life) sehingga melahirkan adat istiadat, sebagai pedoman untuk hidup bermasyarakat dan diakui dan disepakati untuk dijadikan kebiasaan atau etos yang dapat dijunjung tinggi oleh individu, kelompok, masyarakat, organisasi maupun negara.

d.        8 (delapan) Etos Kerja Profesional
Nilai moral dan sosial budaya yang menjadi landasan untuk mencapai kesuksesan dan sebagai the spirit of succsess adalah delapan etos kerja professional atau kebiasaan kerja professional yaitu:

1)      Kerja professional adalah rahmat (aku bekerja tulus penuh dengan syukur)

Jika kita selalu baik  dan menjadi rahmat bagi sesama maka kebaikan dan rahmat akan selalu bersama kita. Rahmat terdiri dari 3 (tiga) macam yaitu rahmat umum, rahmat khusus, dan rahmat terselubung. Pekerjaan sebagai rahmat merupakan suatu paradikma dan pengakuan bahwa kerja adalah anugerah Tuhan Sang Maha Pengasih, dan pengakuan ini lahir dari keyakinan yang kental bahwa kita adalah kekasih Tuhan sehingga hidup kita pasti terpelihara karena Tuhan dekat dengan kita, dan selalu hadir bersama kita  “dahulu, sekarang dan mendatang”, dan salah satunya Tuhan menganugrahkan kita kerja dan pekerjaan.

Hasil/makna atau buah dari kerja profesional adalah rahmat adalah 1) kita selalu bersikap dan berfikir positif, berkerja dengan hati yang bersih dan tulus dengan penuh syukur, tidak bermalas-malasan, dan melakukan dengan penuh keyakinan; 2) mensyukuri dengan memiliki tindakan untuk membalas kebaikan diri sendiri

2)      Kerja professional adalah amanah (aku bekerja benar penuh tanggung jawab)

Amanah dalam pengertian menurut Yansen Sinamo (2008:62) adalah titipan berharga yang dipercayakan kepada kita atau asset penting yang dipasrahkan kepada kita, dengan konsekuensi bahwa sebagai penerima amanah kita terikat secara moral untuk melaksanakan amanah tersebut dengan baik dan benar, artinya mulai dari amanah akan muncul atau melahirkan tanggung jawab 

Terdapat empat sikap kerja professional yang amanah yaitu 1) bekerja untuk mencapai kinerja yang unggul dan bermutu  tinggi seperti yang dituntut dalam era globalisasi sekarang ini; 2) peduli dan tanggap kepada situasi pekerjaan; 3) bekerja dengan serius, dan bersemangat serta bertanggungjawab; 4) bekerja dengan baik dan benar sampai selesai sesuai dengan standard yang disepakati.

3)      Kerja professional adalah panggilan (aku bekerja tuntas penuh integritas)

Orang secara natural akan berhasil ketika menemukan dan melaksanakan panggilan jiwanya. Setiap orang pasti dilengkapi dengan potensi dan kemampuan untuk melakukan panggilan tersebut.

Kerja sebagai panggilan merupakan konsep yang sangat tua yang dalam tradisi Hinduisme dan Buddhisme konsep ini disebut dharma yaitu panggilan suci, kewajiban suci, tugas yang sakral untuk melakukan sesuatu, dan menunaikan dharma merupakan tindakan yang luhur. Bagi filsuf Immanuel Kant dalam Jansen Sinamo (2008:84) menyatakan bahwa kesadaran akan darma disebut sebagai kesadaran moral yang pada gilirannya melahirkan kehendak yang baik untuk melaksanakan dharma tersebut sebagai suatu kewajiban yang mutlah, dan itulah budhi yang paling tinggi.

4)      Kerja professional adalah aktualisasi (aku bekerja keras penuh semangat)

Mengembangkan etos kerja ini dengan kerja keras terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan seperti: 1) kembangkanlah visi sebagai ilham untuk bekerja keras; 2) kerja keras merupakan ongkos mengembangkan benih keagungan dalam diri kita yang sekaligus juga sebagai pengembangan diri kita; 3) kerja keras itu baik karena menyehatkan dan menguatkan diri kita.

Kerja keras adalah usaha luhur untuk menggali potensi maksimum diri dan lingkungan kita sebagai jalan yang haru kita lalui dan bukan tujuan, dan kunci mencapai keberhasilan adalah kerja keras, keyakinan dan terfokus, dan aktualisasi adalah kekuatan untuk mengubah potensi menjadi realisasi dengan bantuan kecerdasan dan kerja keras serta bekerja dengan tuntas.

5)      Kerja adalah ibadah (aku bekerja serius penuh kecintaan)

Makna ibadah menurut Jansen Sinamo (2008:125) adalah persembahan diri, penyerahan diri yang dilandasi kesadaran mendalam dan serius. Secara absolut hanya Tuhan yang patut menerima ibadah kita; dan beribadah berarti mengabdi kepada Tuhan secara total. Ibadah yang diwujutkan seseorang terlihat dari etosnya atau kebiasaannya. Ibadah yang diwujudkan dalam cinta kepada pekerjaan atau mencintai melalui bekerja  yang menurut Khalil Gibran, 2000 (Jansen Sinamo (2008:125) bila engkau bekerja dengan cinta, itu berarti engkau menenun dengan sutra dari hatimu seakan kekasihmu yang akan mengenakannya. Itu berarti engkau menabur dalam kelembutan, memetik dengan suka cita.

Ibadah yang diwujudkan dalam bentuk kasih sayang kepada sesama termasuk atasan, rekan kerja, bawahan dan pelanggan adalah sesuatu yang indah dan baik. Intinya kita harus ikut berkarya membangun hal-hal yang baik, benar dan adil, dan kerja sebagai ibadah sesungguhnya adalah tindakan memberikan dan membaktikan dengan tujuan ibadah yang terpenting yaitu agar kita bisa bekerja serius namun penuh kecintaan.

6)      Kerja professional adalah seni (aku bekerja  cerdas penuh kreativitas)

Seni adalah sarana ekspresi jiwa manusia yang merefleksikan realitas hidup yang ditangkapnya sebagai sebuah pengalaman bathin. Seni adalah bentuk keindahan yang datang dari dorongan perasaan dalam jiwa manusia. Seni selalu menampilkan cita rasa tinggi yang pada gilirannya sanggup memperkenalkan kesadaran dan kearifan baru bagi masyarakat penimatnya, sehingga sehingga oleh karenanya kit semua akan lebih beradab dan berbudaya.

Kerja sebagai seni yang mendatangkan kesukaan dan gairah kerja bersumber pada aktivitas-aktivitas kreatif, artistik dan interaktif. Sukacita akan bertambah jika pada dasarnya adanya suasana penuh tantangan yang memungkinkan terjadinya  kegagalan prestasi (sence of accomplishment).

Aktivitas seni menuntut penggunaan potensi kreatif dalam diri kta baik untuk menyelesaikan masalah-masalah kerja yang timbul maupun untuk menggagas hal-hal yang baru. Orang yang bekerja seperti ini akan tenggelam dalam keasyikan melaksanakan tugas-tugas secara positif dan produktif. Kita selalu menemukan apa yang kita cari, maka carilah keindahan pekerjaan kita, pelangi tugas kita, dan mutiara kehidupan kita, dan percayalah bahwa kita pasti menemukannya. Intinya bahwa kekuatan seni adalah keindahan dan sukacita, dan kreativitas akan menghasilkan karya-karya artistik-estetik yang sekaligus menggembirakan hati.

7)      Kerja professional adalah kehormatan (aku bekerja tekun penuh keunggulan).

Kerja profesional adalah kehormatan karena berkarya dengan kemampuan sendiri adalah suatu kebajikan sosial dimana kita diakui sebagai manusia produktif dan kontributif. Kehormatan yang sejati bersumber pada kepribadian yang otentik, akhlak yang mulia, pekerti yang terpuji, hati yang bersih, nurani yang bening, budi yang luhur, karya yang unggul, kinerja yang hebat dan kualitas yang luar biasa.

Semua pekerjaan yang dilakukan dengan tulus adalah pekerjaan terhormat, dan kerja sebagai kehormatan memiliki sejumlah dimensi yang sangat kaya: 1) secara occupational pemberi kerja menghormati kemampuan kita dengan memilih kita sebagai orang yang layak menduduki jabatan atau melaksanakan tugas tersebut sesuai dengan kemampuan, kesempatan yang diberikan, mempercayai kompetensi yang kita miliki dan ini adalah suatu kehormatan; 2) secara psikologis, pekerjaan memang menyediakan rasa hormat diri bagi kita yang tumbuh dari kesadaran bahwa kita mampu dan dibuktikan dengan prestasi yang melahirkan kebanggaan  dan harga diri yang sehat dan itulah self respect (rasa hormat)  yang menjadi fondasi akan tubuhnya rasa percaya diri (self confidence) yang sehat; 3) secara sosial kerja memberikan kehormatan karena berkarya dengan kemampuan diri sendiri adalah kebajikan karena kita menjadi manusia yang produktif dan tidak membebani orang lain. Kehormatan menunjukkan prilaku kerja yang etis dan menjauhi perilaku kerja yang nista.
8)      Kerja professional adalah pelayanan. (aku bekerja paripurnah penuh kerendahan hati)
Hasil kerja yang unggul karena mutu yang tinggi dihasilkan oleh serangkaian langkah yang logis rasional dimana setiap elemen proses tersebut juga harus bermutu dan juga menuntut perbaikan yang secara kontinyu menuju kesempurnaan yang berakibat pada pemuasan pelanggan.

Keunggulan hanya dapat dicapai atau dihasilkan oleh manusia-manusia yang memiliki etos kerja  yang unggul pula yaitu mereka yang berhati teguh, bervisi yang jelas, dan bertekat yang kuat.

Etos pelayanan yang berpusat pada sikap altruistik dan idealistik sangat penting bukan saja sebagai strategi sukses sejati, tetapi juga sebagai langkah utama untuk memanusiakan diri kita. Orang yang bekerja untuk diri sendiri adalah normal, tetapi orang yang melalui pekerjaannya  mengabdi kepada sesuatu yang lebih besar apakah itu mengabdi kepada masyarakat, negara, lingkungan hidup, organisasi, kelompok dan bahkan lingkungan hidup menunjukkan bahwa nilai-nilai demokrasi dan kemanusiaan adalah hal yang mulia.

Kemuliaan datang dari pelayanan dan orang yang melayani adalah orang yang mulia. Pekerjaan dan profesi yang melayani adalah pekerjaan dan profesi yang mulia karena merupakan bentuk pelayanan riil bagi sesama baik secara fungsional maupun secara hirarhis. Output kerja kita menjadikan input  kerja bagi orang lain, dan dan produk kita akan menjadikan bahan baku bagi orang lain, artinya kita menghasilkan nilai tambah yang memungkinkan pihak lain bekerja dn hidup lebih mudah, lebih sejahtera, atau lebih makmur.

Apapun pekerjaan kita sesungguhnya kerja adalah untuk melayani, dan secara sosial pelayanan adalah hal yang mulia, karena itu hakekat pekerjaan kitapun mulia dan sebagai mahluk pekerjakita semua adalah insan yang mulia.
G.    Kesimpulan

Berdasarkan kajian di atas maka dapat disimpulkan bahwa keberhasilan atau kesuksesan yang nyata bagi seseorang, kelompok, organisasi, masyarakat dan negara akan sesuai dengan harapan apabila nilai moral  dan sosial budaya yang dimiliki mencerminkan 8 (delapan) etos kerja yang profesional.

Daftar Pustaka

Hans Kung dan Karl-josef Kuschel, 1999., Etik Global, Pustaka Pelajar Offset:Yogyakarta.

No comments:

Post a Comment