(Dr. Bovie Kawulusan., M.Si)
ABSTRAK
The spirit of succsess merupakan kunci
keberhasilan dari 8 (delapan) etos kerja professional sebagai enerji batin
dalam mendaki gunung untuk mencapai puncak keberhasilan kehidupan atau
kesuksesan sebagai dambaan seseorang, kelompok, organisasi, masyarakat,
organisasi maupun negara sebagai wujud dari harapan menjadi kenyataan.
Nilai moral dan sosial budaya akan
tercermin etos atau kebiasaan kerja profesional yaitu, kerja profesional adalah
rahmat, kerja professional adalah amanah, kerja profesional adalah panggilan,
kerja profesional adalah aktualisasi, kerja profesional adalah ibadah, kerja
profesional adalah seni, kerja profesional adalah kehormatan, dan kerja profesional
adalah pelayanan, artinya keberhasilan atau kesuksesan yang nyata bagi
seseorang, kelompok, organisasi, masyarakat dan negara akan sesuai dengan
harapan apabila nilai moral dan sosial
budaya yang dimiliki mencerminkan 8 (delapan) etos kerja yang profesional.
Key
Words: Nilai Moral, Sosial Budaya dan Etos Kerja Profesional
A.
Latar
Belakang
Suasana kehidupan dewasa
ini banyak tuntutan, tantangan dan masalah yang dihadapi terutama dalam
mencapai suatu kesuksesan dan kesuksesan tersebut dapat direalisasikan dengan
kebiasaan kerja professional dan didukung oleh nilai moral seseorang, kelompok,
organisasi maupun sosial budaya suatu masyarakat yang dianutnya.
Etos kerja professional atau
kebiasaan kerja profesional saat ini menjadi topik pembicaraan baik dalam
negeri maupun luar negeri karena semakin disadari bahwa perannya yang sangat
sentral dalam kinerja sebuat organisasi, kelompok, masyarakat, bahkan negara
dan memberikan gambaran yang jelas dan lengkap tentang hubungan antara etos
kerja professional dengan pencapaian kinerja seseorang, kelompok, organisasi,
masyarakat maupun negara tersebut.
The spirit of succsess
merupakan kunci keberhasilan dari 8 (delapan) etos kerja professional sebagai
enerji batin dalam mendaki gunung untuk mencapai puncak keberhasilan kehidupan
tersebut sebagai dambaan seseorang, kelompok, organisasi, masyarakat,
organisasi maupun negara.
Sebagai mahluk pekarya
baik pegawai negeri, pegawai swasta, anak-anak, remaja, dewasa tentunya
memiliki apa yang disebut the spirit of succsess yang dilandasi oleh 8
(delapan) kebiasaan atau etos kerja professional tersebut yaitu, kerja
professional adalah rahmat, kerja professional adalah amanah, kerja
professional adalah panggilan, kerja professional adalah aktualisasi, kerja
profesional adalah ibadah, kerja professional adalah seni, kerja professional
adalah kehormatan, dan kerja professional adalah pelayanan.
B.
Permasalahan
dan rumusan masalah
Seseorang, kelompok,
organisasi, masyarakat, negara untuk mencapai kesuksesan sebagai puncak dari
suatu harapan selalu dihadapkan oleh banyak permasalahan sehingga apa yang
diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Untuk mengetahui tentang tantangan
apa yang dihadapi untuk mencapai kesuksesan sesuai dengan apa yang diharapkan
maka dapat dirumuskan bahwa “bagaimana nilai moral dan social budaya yang harus
dimiliki oleh seseorang, kelompok, organisasi, masyarakat atau Negara untuk
mencapai sukses sesuai dengan harapan?”.
C.
Tujuan
Secara umum tujuan
tulisan ini adalah untuk mengetahui nilai moral dan sosial budaya yang dimiliki
oleh seseorang, kelompok, organisasi, masyarakat dan negara dalam mencapai
puncak kesuksesan seuai dengan harapan.
D.
Manfaat
Bagi penulis sangat
bermanfaat untuk mengetahui ethos kerja professional sebagai nilai moral dan
sosial budaya yang dimiliki oleh seseorang, kelompok, organisasi, masyarakat
dan negara, dan bagi pembaca merupakan bahan kajian yang lebih mendalam dalam
memahami tentang nilai moral dan sosial budaya tersebut.
E.
Metodologi
Metode yang digunakan
dalam tuisan ini adalah kajian pustaka yang bersumber dari penulis Jansen
Sinamo yang berjudul 8 Etos Kerja Profesional (sebagai navigator menuju sukses)
F.
Pembahasan
Kerja membuat setiap
orang atau anggota masyarakat memiliki perhatian dengan anggota masyarakat
lainnya yang membuat masyarakat menjadi dinamis dalam suatu keteraturan
sehingga tercapainya suatu masyarakat kekaryaan yang menyatukan bangsa dan
menjaga keutuhan suatu negara dan akan menjadikan terbentuknya masyarakat yang
berorientasi kepada achievement atau prestasi.
Etos merupakan kata yang
sangat popular dan sering diungkapkan oleh banyak kalangan, namun dalam
melaksanakannya sangat sangat terbatas. Status seseorang, kelompok sosial
ataupun masyarakat atau organisasi dan negara akan sangat bernilai jika setiap
individu lebih mengenal dan menjadikan etos bagian dari keseharian atau
menjadikan kebiasaan yang dilakukan setiap saat, artinya sukses seseorang
(pribadi), kelompok, masyarakat ataupun negara harus didasarkan pada kebiasaan
atau etos yang memiliki nilai moral dan sosial budaya yang dianutnya.
a.
Nilai
Moral
Nilai/Value (Krech, Crutchfield, Ballachey) yaitu: Keyakinan Bebas
berbicara dan apa yang dilakukannya atau
nilai merupakan refleksi dari budaya dan berkembang atas dasar alam
pikiran manusia di dalam masyarakat dan secara luas harus disepakati dan tidak
selalu hitam di atas putih baik secara individual atau kelompok untuk mencapai
tujuan (hak dan kewajiban, kebebasan dan tanggung jawab)
Nilai moral yang
perlu ditanamkan bagi individu, kelompok, organisasi, masyarakat dan negara
tersebut adalah memberikan dorongan yang benar-benar sesuai dengan nilai-nilai yang
dianut untuk berkiprah dalam membangun individu, kelompok, masyarakat,
organisasi atau negara untuk mencapai keberhasilan atau kesuksesan.
Kiprah generasi
muda sebagai penerus bangsa ini dan sebagai calon-calon pimpinan bangsa ini
tentunya memiliki moral dan etika yang baik sesuai dengan aturan yang berlaku (di
Indonesia) berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Jika nilai-nilai
ini dipahami dan dilaksanakan oleh genarasi penerus bangsa ini maka
keberhasilan bangsa akan nampak dalam berbagai hal yang ditunjukkan dengan
kemajuan-kemajuan sebagai akibat dari perubahan-perubahan yang terjadi. Intinya
adalah dibelakang semua perubahan yang terjadi tersebut memiliki moral dan
etika serta mengikuti aturan yang berlalu untuk bangsa.
b.
Sosial Budaya
Secara harfiah menurut
Soerjanto Poespowardoyo (1993),
pengertian budaya sering digunakan untuk menterjemahkan istilah inggris
yaitu culture, istilah culture ini berasal dari bahasa latin colere, yang berarti mengerjakan tanah
dan mengelola memelihara lading. Namun menurut
Langaveld, (1993) pengertian yang semula berbau agraris ini selanjutnya
diterapkan pada hal hal yang bersifat rohani, dan menurut Ashley Montagu dan
Cristoper Dawson
(1993) mengartikan culture sebagai way of
life, yaitu cara hidup tertentu yang memancarkan identitas tertentu pula
dari suatu bangsa.
Istilah culture ini sering juga diterjemahkan
menjadi kebudayaan atau peradapan atau budi dalam bahasa arab di sebut ahklak.
The American Heritage Dictionary (Dalam Kotter dan Heskett, 1992)
mendefinisikan culture secara lebih formal, yaitu sebagai “suatu keseluruhan
dari pola perilaku yang dikirimkan melalui kehidupan social seni ragam
kelembagaan dan segala hasil kerja serta pemikiran manusia dari suatu kelompok
manusia”
Budaya adalah yang
membuat orang jawa seperti orang jawa; orang sunda seperti orang sunda, orang padang seperti orang padang,
(Charles Mitcchel) ahli belanda (geert hofstede) mengatakan bahwa budaya
sebagai perangkat lunak pikiran pemrograman sosial yang mengatur cara kita
berfikir, bertindak dan mempersiapkan diri kita dengan orang lain.
Secara umum dalam budaya
bisnis internasional dikatakan bahwa terdapat 3 (tiga) komponen budaya dalam
kaitanya dengan transaksi bisnis yaitu:
a.
Bahasa
Bahasa adalah kata–kata yang terucapkan atau
tertulis, dengan demikian bahasa
merupakan alat komunikasi bagi manusia dalam melakukan interaksi diantara
mereka komunikasi non verbal, gerak gerik, bahasa tubuh, ekzpresi wajah
semuanya adalah menyatakan pesan ketika 2 orang tidak berbicara dengan bahasa
yang sama maka terpaksa menggunakan penterjemah, oleh sebab itu bentuk
komunikasi non ferbal merupakan satu satunya metode dan kontak langsung yang
dapat dilakukan bagi orang orang yang ingin memahami diantara yang satu dengan
lainnya secara langsung.
b.
Agama
Dominasi religi dalam budaya mempunyai
pengaruh yang amat besar dalam melakukan berbagai kegiatan, sekalipun
orang–orang yang terlibat dalam kegiatan itu bukan penganut agama yang taat.
Dalam lingkungan muslim perkataan yang sering muncul kata insya Allah yang
mempunyai arti jika Tuhan menghendaki/mengijinkan. Hal ini menunjukan penghargaan
atas kekuasaan Tuhan yang amat tinggi, dan sebaliknya kesadaran manusia ketidak
berdayaannya dalam melakukan pekerjaan, oleh karena itu dalam berbagai
aktifitas sering menggunakan istilah di atas agar semuanya dapat berjalan
sesuai dengan kehendakNya.
c.
Sikap–sikap
yang saling bertentangan
Jelas bahwa
nilai–nilai budaya mempunyai dampak terhadap kegiatan pengelolaan pemerintahan
dan pembangunan. Dua perbedaan nilai yang paling mendasar untuk di
pertimbangkan adalah apakah suatu budaya menekankan pada individualistis
seperti yang ditunjukan bangsa Amerika (contohnya), kolektivisme seperti orang
cina nilai budaya tercermin dalam kehidupan sehari hari dalam kelompok kelompok
(suku), baik dalam kehidupan sosial dan lainya. Pemahaman budaya yang mendasar
di antara kelompok ataupun suku, maka sangat menimbulkan masalah, lebih-lebih
budaya/kebiasaan suatu kelompok lain. Disamping adanya tiga komponen dalam
budaya, terdapat komponen–komponen lainya yang secara nyata dapat dijumpai
yaitu :
1)
Sopan santun dan kebiasaan
Hal ini terlihat dari kejadian yang terus
menerus terjadi seperti sapaan, ucapan selamat datang dirumah–rumah penduduk
yang menerima tamu, atau menit pertama jika turun dari pesawat di Negara lain.
2)
Seni
Drama, musik, sastra, ketoprak humor wayang
orang, ludruk merupakan maninfestasi dari paradigma budaya yang dapat
memberikan petunjuk mengenai pola pikir masyarakat.
3)
Pendidikan
Budaya menempatkan nilai yang tinggi pada
pendidikan formal, sebagai contoh pembuatan kartu nama bagi banyak orang dengan
menempatkan nama secara lengkap yang disertai dengan gelar akademik yang
bersangkutan.
4)
Humor
Ada kelompok mayarakat yang lebih periang, masyarakat inggris sebagai
contoh mempunyai kemampuan humor yang tinggi (Lihat Mr. Bean). Hal ini sangat
sulit ditemukan dalam masyarakat jerman, karena orang Jerman menganggap
pekerjaan apapun sebagai urusan yang terlalu serius untuk dijadikan ajang
humor.
5)
Organisasi social
Organisasi swasta atau non pemerintah
kecenderungan seseorang bergabung dalam kelompok, dan bagaimana kelompok–kelompok
ini mengarah dan mempunyai petunjuk yang jelas budaya proses pengambilan
keputusan hal ini pada akhirnya dapat memberi kita pandangan bagaimana
keputusan keputusan dibuat. Budaya yang terstruktur biasanya berarti waktu
pengambilan keputusan yang panjang dan karena kurangnya otonomi pada tingkat
bawah.
Di dalam bahasa Indonesia istilah Budaya ini
dapat dianggap berasal dari dua istilah yaitu budi dan daya. Budi
adalah akhlak dan daya adalah upaya atau usaha. Jadi budaya berarti upaya-upaya manusia yang didasarkan atas
budi yang luhur yang melahirkan konsep–konsep bagaimana harusnya hidup (way of
life) sehingga melahirkan adat istiadat, sebagai pedoman untuk hidup
bermasyarakat. Peninggalan kebudayaan manusia purba dapat dilihat dari
tulisan, prasasti, barang kerajinan, bangunan, serta benda benda lain sebagai
perwujudan buah pikiran dan seni yang digunakan untuk mendukung kehidupan
manusia.
Dengan demikian maka sosial budaya adalah upaya-upaya
manusia yang didasarkan atas budi yang luhur yang melahirkan konsep–konsep
bagaimana harusnya hidup (way of life) sehingga melahirkan adat istiadat,
sebagai pedoman untuk hidup bermasyarakat dan diakui dan disepakati untuk
dijadikan kebiasaan atau etos yang dapat dijunjung tinggi oleh individu,
kelompok, masyarakat, organisasi maupun negara.
d.
8 (delapan) Etos Kerja
Profesional
Nilai moral dan sosial budaya yang menjadi
landasan untuk mencapai kesuksesan dan sebagai the spirit of succsess adalah
delapan etos kerja professional atau kebiasaan kerja professional yaitu:
1)
Kerja professional adalah
rahmat (aku bekerja tulus penuh dengan syukur)
Jika kita selalu baik dan menjadi rahmat bagi sesama maka kebaikan
dan rahmat akan selalu bersama kita. Rahmat terdiri dari 3 (tiga) macam yaitu
rahmat umum, rahmat khusus, dan rahmat terselubung. Pekerjaan sebagai rahmat
merupakan suatu paradikma dan pengakuan bahwa kerja adalah anugerah Tuhan Sang
Maha Pengasih, dan pengakuan ini lahir dari keyakinan yang kental bahwa kita adalah
kekasih Tuhan sehingga hidup kita pasti terpelihara karena Tuhan dekat dengan
kita, dan selalu hadir bersama kita “dahulu, sekarang dan mendatang”, dan salah
satunya Tuhan menganugrahkan kita kerja dan pekerjaan.
Hasil/makna atau buah dari kerja profesional
adalah rahmat adalah 1) kita selalu bersikap dan berfikir positif, berkerja
dengan hati yang bersih dan tulus dengan penuh syukur, tidak bermalas-malasan,
dan melakukan dengan penuh keyakinan; 2) mensyukuri dengan memiliki tindakan
untuk membalas kebaikan diri sendiri
2)
Kerja professional adalah
amanah (aku bekerja benar penuh tanggung jawab)
Amanah dalam pengertian menurut Yansen Sinamo
(2008:62) adalah titipan berharga yang dipercayakan kepada kita atau asset
penting yang dipasrahkan kepada kita, dengan konsekuensi bahwa sebagai penerima
amanah kita terikat secara moral untuk melaksanakan amanah tersebut dengan baik
dan benar, artinya mulai dari amanah akan muncul atau melahirkan tanggung
jawab
Terdapat empat sikap kerja professional yang
amanah yaitu 1) bekerja untuk mencapai kinerja yang unggul dan bermutu tinggi seperti yang dituntut dalam era
globalisasi sekarang ini; 2) peduli dan tanggap kepada situasi pekerjaan; 3)
bekerja dengan serius, dan bersemangat serta bertanggungjawab; 4) bekerja dengan
baik dan benar sampai selesai sesuai dengan standard yang disepakati.
3)
Kerja
professional adalah panggilan (aku bekerja tuntas penuh integritas)
Orang secara
natural akan berhasil ketika menemukan dan melaksanakan panggilan jiwanya.
Setiap orang pasti dilengkapi dengan potensi dan kemampuan untuk melakukan
panggilan tersebut.
Kerja sebagai
panggilan merupakan konsep yang sangat tua yang dalam tradisi Hinduisme dan
Buddhisme konsep ini disebut dharma yaitu panggilan suci, kewajiban suci, tugas
yang sakral untuk melakukan sesuatu, dan menunaikan dharma merupakan tindakan
yang luhur. Bagi filsuf Immanuel Kant dalam Jansen Sinamo (2008:84) menyatakan
bahwa kesadaran akan darma disebut sebagai kesadaran moral yang pada gilirannya
melahirkan kehendak yang baik untuk melaksanakan dharma tersebut sebagai suatu
kewajiban yang mutlah, dan itulah budhi yang paling tinggi.
4)
Kerja
professional adalah aktualisasi (aku bekerja keras penuh semangat)
Mengembangkan etos
kerja ini dengan kerja keras terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan
seperti: 1) kembangkanlah visi sebagai ilham untuk bekerja keras; 2) kerja
keras merupakan ongkos mengembangkan benih keagungan dalam diri kita yang
sekaligus juga sebagai pengembangan diri kita; 3) kerja keras itu baik karena
menyehatkan dan menguatkan diri kita.
Kerja keras adalah
usaha luhur untuk menggali potensi maksimum diri dan lingkungan kita sebagai
jalan yang haru kita lalui dan bukan tujuan, dan kunci mencapai keberhasilan
adalah kerja keras, keyakinan dan terfokus, dan aktualisasi adalah kekuatan
untuk mengubah potensi menjadi realisasi dengan bantuan kecerdasan dan kerja
keras serta bekerja dengan tuntas.
5)
Kerja
adalah ibadah (aku bekerja serius penuh kecintaan)
Makna ibadah
menurut Jansen Sinamo (2008:125) adalah persembahan diri, penyerahan diri yang
dilandasi kesadaran mendalam dan serius. Secara absolut hanya Tuhan yang patut
menerima ibadah kita; dan beribadah berarti mengabdi kepada Tuhan secara total.
Ibadah yang diwujutkan seseorang terlihat dari etosnya atau kebiasaannya.
Ibadah yang diwujudkan dalam cinta kepada pekerjaan atau mencintai melalui
bekerja yang menurut Khalil Gibran, 2000
(Jansen Sinamo (2008:125) bila engkau bekerja dengan cinta, itu berarti engkau
menenun dengan sutra dari hatimu seakan kekasihmu yang akan mengenakannya. Itu
berarti engkau menabur dalam kelembutan, memetik dengan suka cita.
Ibadah yang
diwujudkan dalam bentuk kasih sayang kepada sesama termasuk atasan, rekan
kerja, bawahan dan pelanggan adalah sesuatu yang indah dan baik. Intinya kita
harus ikut berkarya membangun hal-hal yang baik, benar dan adil, dan kerja
sebagai ibadah sesungguhnya adalah tindakan memberikan dan membaktikan dengan
tujuan ibadah yang terpenting yaitu agar kita bisa bekerja serius namun penuh
kecintaan.
6)
Kerja
professional adalah seni (aku bekerja
cerdas penuh kreativitas)
Seni adalah sarana
ekspresi jiwa manusia yang merefleksikan realitas hidup yang ditangkapnya
sebagai sebuah pengalaman bathin. Seni adalah bentuk keindahan yang datang dari
dorongan perasaan dalam jiwa manusia. Seni selalu menampilkan cita rasa tinggi
yang pada gilirannya sanggup memperkenalkan kesadaran dan kearifan baru bagi
masyarakat penimatnya, sehingga sehingga oleh karenanya kit semua akan lebih
beradab dan berbudaya.
Kerja sebagai seni
yang mendatangkan kesukaan dan gairah kerja bersumber pada aktivitas-aktivitas
kreatif, artistik dan interaktif. Sukacita akan bertambah jika pada dasarnya
adanya suasana penuh tantangan yang memungkinkan terjadinya kegagalan prestasi (sence of accomplishment).
Aktivitas seni
menuntut penggunaan potensi kreatif dalam diri kta baik untuk menyelesaikan
masalah-masalah kerja yang timbul maupun untuk menggagas hal-hal yang baru.
Orang yang bekerja seperti ini akan tenggelam dalam keasyikan melaksanakan
tugas-tugas secara positif dan produktif. Kita selalu menemukan apa
yang kita cari, maka carilah keindahan pekerjaan kita, pelangi tugas kita, dan
mutiara kehidupan kita, dan percayalah bahwa kita pasti menemukannya. Intinya bahwa kekuatan seni adalah
keindahan dan sukacita, dan kreativitas akan menghasilkan karya-karya
artistik-estetik yang sekaligus menggembirakan hati.
7)
Kerja
professional adalah kehormatan (aku bekerja tekun penuh keunggulan).
Kerja profesional
adalah kehormatan karena berkarya dengan kemampuan sendiri adalah suatu
kebajikan sosial dimana kita diakui sebagai manusia produktif dan kontributif.
Kehormatan yang sejati bersumber pada kepribadian yang otentik, akhlak yang
mulia, pekerti yang terpuji, hati yang bersih, nurani yang bening, budi yang
luhur, karya yang unggul, kinerja yang hebat dan kualitas yang luar biasa.
Semua pekerjaan
yang dilakukan dengan tulus adalah pekerjaan terhormat, dan kerja sebagai
kehormatan memiliki sejumlah dimensi yang sangat kaya: 1) secara occupational
pemberi kerja menghormati kemampuan kita dengan memilih kita sebagai orang yang
layak menduduki jabatan atau melaksanakan tugas tersebut sesuai dengan
kemampuan, kesempatan yang diberikan, mempercayai kompetensi yang kita miliki
dan ini adalah suatu kehormatan; 2) secara psikologis, pekerjaan memang
menyediakan rasa hormat diri bagi kita yang tumbuh dari kesadaran bahwa kita
mampu dan dibuktikan dengan prestasi yang melahirkan kebanggaan dan harga diri yang sehat dan itulah self
respect (rasa hormat) yang menjadi
fondasi akan tubuhnya rasa percaya diri (self confidence) yang sehat; 3) secara
sosial kerja memberikan kehormatan karena berkarya dengan kemampuan diri
sendiri adalah kebajikan karena kita menjadi manusia yang produktif dan tidak
membebani orang lain. Kehormatan
menunjukkan prilaku kerja yang etis dan menjauhi perilaku kerja yang nista.
8)
Kerja
professional adalah pelayanan. (aku bekerja paripurnah penuh kerendahan hati)
Hasil kerja yang
unggul karena mutu yang tinggi dihasilkan oleh serangkaian langkah yang logis
rasional dimana setiap elemen proses tersebut juga harus bermutu dan juga
menuntut perbaikan yang secara kontinyu menuju kesempurnaan yang berakibat pada
pemuasan pelanggan.
Keunggulan hanya
dapat dicapai atau dihasilkan oleh manusia-manusia yang memiliki etos
kerja yang unggul pula yaitu mereka yang
berhati teguh, bervisi yang jelas, dan bertekat yang kuat.
Etos pelayanan yang
berpusat pada sikap altruistik dan idealistik sangat penting bukan saja sebagai
strategi sukses sejati, tetapi juga sebagai langkah utama untuk memanusiakan
diri kita. Orang yang bekerja untuk diri sendiri adalah normal, tetapi orang
yang melalui pekerjaannya mengabdi
kepada sesuatu yang lebih besar apakah itu mengabdi kepada masyarakat, negara,
lingkungan hidup, organisasi, kelompok dan bahkan lingkungan hidup menunjukkan
bahwa nilai-nilai demokrasi dan kemanusiaan adalah hal yang mulia.
Kemuliaan datang
dari pelayanan dan orang yang melayani adalah orang yang mulia. Pekerjaan dan
profesi yang melayani adalah pekerjaan dan profesi yang mulia karena merupakan
bentuk pelayanan riil bagi sesama baik secara fungsional maupun secara hirarhis.
Output kerja kita menjadikan input kerja
bagi orang lain, dan dan produk kita akan menjadikan bahan baku bagi orang
lain, artinya kita menghasilkan nilai tambah yang memungkinkan pihak lain
bekerja dn hidup lebih mudah, lebih sejahtera, atau lebih makmur.
Apapun pekerjaan
kita sesungguhnya kerja adalah untuk melayani, dan secara sosial pelayanan
adalah hal yang mulia, karena itu hakekat pekerjaan kitapun mulia dan sebagai mahluk
pekerjakita semua adalah insan yang mulia.
G.
Kesimpulan
Berdasarkan kajian
di atas maka dapat disimpulkan bahwa keberhasilan atau kesuksesan yang nyata
bagi seseorang, kelompok, organisasi, masyarakat dan negara akan sesuai dengan
harapan apabila nilai moral dan sosial
budaya yang dimiliki mencerminkan 8 (delapan) etos kerja yang profesional.
Daftar Pustaka
Hans Kung dan Karl-josef Kuschel, 1999., Etik
Global, Pustaka Pelajar Offset:Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment