(Oleh: Dr. Bovie Kawulusan., M.Si)
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejak dahulu kala, manusia bila berkumpul bersama untuk mencapai tujuan
telah merasakan kebutuhan akan seorang pemimpin. Peranan pemimpin telah
sedemikian dilembagakan, misalnya kepala suku, kepala adat, kepala desa, camat,
dan seterusnya sampai kepala negara. Kalau dicermati, ternyata efektivitas dari
struktur kelembagaan yang ada sangat tergantung pada kualitas seorang pemimpin
yang muncul dalam suatu lembaga atau organisasi, baik kepemimpinan itu
bentuknya formal atau informal.
Meskipun kepemimpinan merupakan suatu fenomena yang menarik, namun baru
sekitar 70 tahun atau lebih kepemimpinan dalam organisasi menjadi fokus analisa
teoritis dan empiris. Cowley (1928) telah mengadakan semacam penjelajahan
tentang kepemimpinan, walau baru merupakan studi tentang sifat-sifat
kepribadian seorang pemimpin, terlepas dari konteks dimana sang pemimpin
berada. Studi tentang kepemimpinan yang dikaitkan dengan keberadaannya
ditengah-tengah kelompok dimana seorang pemimpin berada, dilakukan oleh
Lewin dan kawan-kawannya (1939), Coch
dan French (1948), McGregor (1960), Likert(1961), Vroom dan Yetton (1973),
Froom dan Jago (1988) dan banyak lagi yang lain.
Seiring dengan proses dinamika kehidupan, kompleksitas suatu organisasi
atau lembaga, kemajuan teknologi, dan factor-faktor lain, sungguhpun kompetensi
kepemimpinan tidak bergeser, namun pemahaman tentang peranan pemimpin, cara
kerja pemimpin, gaya dan model kepemimpinan, ketampilan memimpin telah berubah.
Pandangan John Naisbit ada 10 persuasi saat ini dan masa depan di dalam
Megatrends, dimana seorang pemimpin harus siap untuk menggeser paradigma
berfikir dari masyarakat industry kemasyarakat informasi, dari teknologi yang
dipaksakan (forced technology) keteknologi tinggi dengan sentuhan manusia (high
technology/high touch), dari perekonomian nasional jangka pendek, ke perekonomian
dunia jangka panjang, dari sentralisasi ke desentralisasi, dari bantuan
kelembagaan ke bantuan dari diri
sendiri, dari hierarki ke jenjang, dari utara ke selatan, dari salah satu/atau
ke pilihan ganda (Warren Bennis & Burt Nanus, 2006:15).
Atas dasar pernyataan-pernyataan di atas, penulis ingin menuangkan konsep
kepemimpinan dari berbagi pandangan dengan lebih rinci yaitu: pengertian,
peranan, model dan gaya kepemimpinan
yang diharapkan bagi organisasi dimasa sekarang
B.
Identifikasi Masalah
Adanya perubahan dibanyak aspek kehidupan telah menuntut banyak perubahan
organisasi, yang berdampak pada perubahan konsep kepemimpinan, dan berdasarkan
pernyataan dan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan
sebagai berikut :
l. Apakah pengertian pemimpin dan kepemimpinan ?
2. Apa peran pemimpin yang sesuai dimasa depan?
3. Model kepemimpinan yang sesuai?
C. Perumusan Masalah
Pimpinan dan kepemimpinan akan sangat berpengaruh pada capaian tujuan
organisasi. Konsep kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan organisasi disaat sekarang sangat diperlukan. Berdasarkan
identifikasi masalah di atas, penulisan makalah ini akan membatasi pada ”Bagaimana
Konsep, peranan, dan model kepemimpinan”.
D. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan adalah untuk memahami konsep, peran dan model kepemimpinan
secara umum dan terapannya dimasa depan, khususnya peran dan gaya kepemimpinan.
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Kepemimpinan (Leadership)
Stogdill (l974) menyimpulkan bahwa banyak sekali
definisi mengenai
kepemimpinan. Hal ini dikarenakan banyak sekali yang telah mencoba
mendefinisikan konsep kepemimpinan tersebut. Namun demikian, semua definisi
konsep kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa unsur yang sama. Menurut Sarros
dan Butchatsky (l996), ”leadership is defined as the purposeful behaviour of
influencing others to contribute to commonly agreed goal for the benefit of
individual as well as organization or common good”. Sedangkan menurut Anderson ( l988 ), “leadership means using power to influence
the thoughts and actions of others in such a way that achieve high
performancfe”.
Berdasarkan
kedua definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi yaitu: Pertama, kepemimpinan berarti melibatkan
orang atau pihak lain, yaitu karyawan
(followers). Para karyawan atau bawahan
harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin, namun walau
demikian, tanpa ada karyawan atau bawahan, kepemimpinan tidak akan ada juga.
Kedua, seorang pemimpin yang efektif
adalah seseorang yang dengan kekuasaannya mampu menggugah pengikutnya untuk
mencapai kinerja yang memuaskan. Menurut French and Raven (l968), kekuasaan
yang dimiliki oleh para pemimpin dapat bersumber dari:
1.
Reward
power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan
dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti
arahan-arahan pemimpinnnya.
2.
Coercive
power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan
memberikan hukuman bagi bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan pemimpinnya.
3.
Legitimate
power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai hak untuk
menggunakan pengaruh dan otoritas yang dimiliki.
4.
Referent
power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan terhadap sosok
pemimpin. Para pemimpin dapat menggunakan
pengaruhnya karena karakteristik pribadinya, reputasinya atau karismanya.
5.
Expert
power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin adalah seseorang
yang memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian dalam bidangnya.
Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan
atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai
situasi.
Ketiga, kepemimpinan harus memiliki
kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus
(compassion), pengetahuan (cognizance),
keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment) kepercayaan terhadap
diri sendiri dan orang lain (confidence), dan kemampuan untuk meyakinkan orang
lain (communication) dalam membangun organisasi.
Sungguhpun
kepemimpinan (leadership) seringkali disamakan dengan manajemen (management),
kedua konsep tersebut sangat berbeda. Perbedaan antara pemimpin dan manager
dinyatakan secara jelas oleh Bennis dan Nanus (1995). Pemimpin berfokus pada
mengerjakan yang benar, sedangkan manager memusatkan perhatian mengerjakan
secara tepat (manager are people who do things right and leaders are people who
do the right things). Kepemimpinan memastikan tangga yang kita daki bersandar
pada tembok secara tepat, sedangkan managemen mengusahakan agar kita mendaki
tangga seefisien mungkin.
B. Peranan
kepemimpinan
Yuki (1989)
memberikan gambaran dua peranan pokok suatu kepemimpinan yaitu:
1.
Peranan
tugas dengan pusat perhatian yang diarahkan pada identifikasi masalah dan
pemecahannya, termasuk alokasi sumber daya dan monitoring tingkah laku anggota
organisasi agar dapat menjalankan tugas yang dilimpahkan.
2.
Peranan
sosial dengan fokus pada manusianya, termasuk hubungan antar pribadi, yang
kondusif terhadap usaha untuk membangun perpaduan kelompok dan pengembangan
kualitas kerja .
Conger dan Kanungo
(1987) menjelaskan lebih jauh, agar peranan seorang pemimpin dapat membawa
perubahan-perubahan yang berarti dalam suatu kelompok dan organisasi beserta
anggotanya, maka diperlukan pengertian yang lebih komprehensif terhadap
fenomena kepemimpinan untuk itu, keduanya menawarkan peranan kepemimpinan
sebagai berikut: a) Peranan pembuatan keputusan; b) Peranan tugas seperti yang
disebut di atas; c) Peranan sosial; d) Peranan karismatik.
C. Model-model
Kepemimpinan
Banyak
study mengenai kepemimpinan (leadership skills) yang dibahas dari berbagai
perspektif yang telah dilakukan oleh para peneliti. Analisis awal tentang kepemimpinan (sebelum
1950-an), memfokuskan perhatian pada perbedaan karakteristik antara pemimpin
dan pengikut/karyawan. Perhatian para peneliti pada saat itu bergeser pada
masalah pengaruh situasi terhadap
kemampuan dan tingkah laku para pemimpin, karena tidak terdapat sifat
atau watak yang memberi informasi tentang kemampuan pemimpin. Studi–studi kepemimpinan selanjutnya berfokus
pada tingkah laku yang diperagakan oleh para pemimpin yang efektif. Para peneliti menggunakan contingency model, untuk
menguji keterkaitan antara watak pribadi, variabel-variabel situasi dan
keefektifan pemimpin.
Periode
l970an dan l980an masih memfokuskan perhatiannya kepada karakteristik
individual para pemimpin yang mempengaruhi keefektifan mereka dan keberhasilan
organisasi yang mereka pimpin. Hasil penelitian kala itu menunjukkan bahwa
pemimpin dan kepemimpinan adalah persoalan yang sangat penting untuk dipelajari,
namun sangat komplek. Dalam perkembangannya model yang paling baru dalam studi
kepemimpinan disebut sebagai model kepemimpinan transformasional. Berikut
adalah model-model kepemimpinan yang ada dalam literature.
1.
Model
watak kepemimpinan ( Traits model of Leadership )
Studi
kepemimpinan tahap awal meneliti tentang watak individu yang melekat pada
individu pemimpin seperti : kecerdasan, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan
berbicara, keasupelan bergaul, status sosial ekonomi mereka dan lain-lain (Bass
1960, Stogdill l974).
Stogdill
(1974) menyatakan bahwa terdapat enam katagori factor pribadi yang membedakan
antara pemimpin dan pengikut, yaitu kapasitas, prestasi, tanggungjawab,
partisipasi, status dan situasi.Namun dari banyak penelitian sejenis
menunjukkan adanya hubungan karakteristik watak dengan efektifitas
kepemimpinan, walaupun positif, tetapi tingkat signifikasinya sangat rendah.
Bukti yang ada menyarankan: “leadership
is a relation that exists between persons in social situation, and that
persons who are leaders in one situation may not necessarily be leaders in
other situations”. (stogdill l970).
2.
Model
Kepemimpinan Situasional (Model of Situational Leadership)
Model
ini merupakan pengembangan model watak kepemimpinan dengan fokus utama factor
situasi sebagai variabel penentu kemampuan kepemimpinan. Hencley (1973)
menyatakan bahwa factor situasi lebih menentukan keberhasilan seorang pemimpin
dibandingkan dengan watak pribadinya. Menurut pendidikan kepemimpinan
situational ini, seseorang bisa dianggap sebagai pemimpin atau pengikut
tergantung pada situasi atau keadaan yang dihadapi. Hoy dan Miskel (l987)
menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi kinerja pemimpin,
yaitu sifat struktural organisasi, iklim atau lingkungan organisasi
(organizational climate), karakteristik tugas atau peran (role characteristics)
dan karakteristik bawahan (subordinate characteristics). Model ini masih
dianggap belum memadai karena tidak dapat memprediksikan kecakapan kepemimpinan
(leadership skills ) yang mana yang lebih efektif dalam situasi tertentu.
3.
Model
Pemimpin yang Efektif ( Model of Efectiven Leaders)
Model
kepemimpinan ini memberikan informasi tentang tipe-tipe tingkah laku (types of
behaviours) para pemimpin yang efektif. Tingkah laku para pemimpin dapat
dikatagorikan menjadi dua dimensi, yaitu struktur kelembagaan (initiating
structure) dan konsiderasi (consideration). Dimensi struktur kelembagaan
menggambarkan bagaimana para pemimpin mendefinisikan dan menyusun interaksi
kelompok dalam rangka pencapaian tujuan organisasi serta sampai bagaimana para
pemimpin mengorganisasikan kegiatan-kegiatan kelompok mereka. Dimensi
konsiderasi menggambarkan sampai bagaimana tingkat hubungan kerja antara
pemimpin dan bawahannya, dan bagaimana pemimpin memperhatikan kebutuhan sosial
dan emosi bagi bawahan, seperti kebutuhan akan pengakuan, kepuasan kerja, dan
penghargaan yang mempengaruhi kinerja mereka dalam organisasi.
Dimensi
ini juga dikaitkan dengan adanya pendekatan kepemimpinan yang mengutamakan
komunikasi dua arah, partisipasi dan hubungan manusiawi (human relations). Halpin
(l966) dan Mouton (l985) menyatakan bahwa tingkah laku pemimpin yang efektif
cenderung menunjukkan kinerja yang tinggi terhadap aspek organisasi dan
hubungan manusiawi.
4. Model Kepemimpinan Kontingensi (Contingensy Model)
Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya
pada kecocokkan antara karakteristik watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya
dan variabel-variabel situasional. Kalau
model kepemimpinan situasional berasumsi bahwa situasi yang berbeda membutuhkan
tipe kepemimpinan yang berbeda, maka model kepemimpinan kotingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni
pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi atau variabel situasional dengan
watak atau tingkah laku dan kriteria kinerja pemimpin (Hoy dan Miskel l987).
Menurut Fiedler (l967) ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian
situasi dan keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara
pemimpin dan bawahan (leader member relations), struktur tugas (the task structure),
dan kekuatan posisi (position power).
5.
Model
Kepemimpinan Transformasional (Model of Transformational Leadership)
Model
ini relative baru dalam studi-studi kepemimpinan, dan Burns (l978) merupakan
salah satu penggagas yang secara eksplisit mendefinisikan kepemimpinan
transformasional. Menurut Burns, model kepemimpinan transformational pada
hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk
melakukan tanggungjawab mereka lebih
dari yang mereka harapkan. Pemimpin
transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan
mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui
kredibilitas pemimpinnya.
Hater
dan Bass (l988) menyatakan bahwa “the dynamic of transformational leadership
involve strong personal identification with the leader, joining in a shared
vision of the future, or going beyond the self interest exchange of rewards for
compliance”. Dengan demikian pemimpin transformasional merupakan pemimpin yang
karismatik dan mempunyai peran sentral dan strategis dalam membawa organisasi
mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional juga harus mempunyai kemampuan
untuk menyamakan visi masa depan dengan bawahannya, serta mempertinggi
kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada apa yang mereka
butuhkan.
Bass
dan Avolio (l994) dalam buku mereka “Improving Organization effectiveness through
Transformasional Leadership” mengemukakan bahwa, kepemimpinan
transformasional memiliki empat dimensi yang disebutnya sebagai “the four I’s”. Dimensi pertama disebut idealized influence, dimensi kedua inspirational motivation, dimensi ketiga disebut intellectual stimulation, dan terakhir
individualized consideration. Banyak peneliti dan praktisi yang sepakat bahwa
model kepemimpinan tansformasional merupakan konsep kepemimpinan yang terbaik
dalam menguraikan karakteristik pemimpin (Sarros dan Butchatsky l996).
IV.
Kesimpulan
1.
Kepemimpinan
diperlukan disetiap kelompok dan organisasi formal dan informal.
2.
Kepemimpinan
bersifat dinamis, terus bergerak sesuai tantangan zaman.
3.
Kepemimpinan
memiliki peranan pokok perhatian yang diarahkan pada identifikasi masalah dan
pemecahannya, dan peranan sosial yang berfokus pada manusianya.
4.
Sungguhpun terdapat
banyak konsep kajian kepemimpinan, namun semua definisi memiliki unsur yang
sama yaitu: a) Semua melibatkan orang lain (karyawan), b) Mempengaruhi pengikutnya untuk mencapai tujuan organisasi.
c. Kepemimpinan
dituntut memiliki integrity, compassion, cognizance, commitment, confidence,
dan communication.
5. Sumber kekuasaan yang
dimiliki pemimpin antara lain: reward, coercive, legitimate, referent, dan expert
6. Peranan kepemimpinan adalah a) pembuatan keputusan, b) pengidentifikasian
masalah, c) sosial, d) karismatik
7. Model
kepemimpinan berdasarkan pemikiran para ahli ada lima, yaitu: a) Model watak kepemimpinan, b) Model Kepemimpinan
situasional, c) Model pemimpin yang effective, d) Model Kepemimpinan
Contingensi, e) Model Kepemimpinan transformasional
8. Kepemimpinan transformasional dianggap model yang
paling tepat dan mampu terus
meningkatkan efesiensi, produktivitas, dan inovasi guna meningkatkan daya
saing.
V.
Implikasi
No comments:
Post a Comment