Thursday 14 January 2016

KONSEP, PERANAN, MODEL DAN GAYA KEPEMIMPINAN YANG DIHARAPKAN BAGI ORGANISASI DIMASA DEPAN



(Oleh: Dr. Bovie Kawulusan., M.Si)

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Sejak dahulu kala, manusia bila berkumpul bersama untuk mencapai tujuan telah merasakan kebutuhan akan seorang pemimpin. Peranan pemimpin telah sedemikian dilembagakan, misalnya kepala suku, kepala adat, kepala desa, camat, dan seterusnya sampai kepala negara. Kalau dicermati, ternyata efektivitas dari struktur kelembagaan yang ada sangat tergantung pada kualitas seorang pemimpin yang muncul dalam suatu lembaga atau organisasi, baik kepemimpinan itu bentuknya formal atau informal.
                                   
Meskipun kepemimpinan merupakan suatu fenomena yang menarik, namun baru sekitar 70 tahun atau lebih kepemimpinan dalam organisasi menjadi fokus analisa teoritis dan empiris. Cowley (1928) telah mengadakan semacam penjelajahan tentang kepemimpinan, walau baru merupakan studi tentang sifat-sifat kepribadian seorang pemimpin, terlepas dari konteks dimana sang pemimpin berada. Studi tentang kepemimpinan yang dikaitkan dengan keberadaannya ditengah-tengah kelompok dimana seorang pemimpin berada, dilakukan oleh Lewin  dan kawan-kawannya (1939), Coch dan French (1948), McGregor (1960), Likert(1961), Vroom dan Yetton (1973), Froom dan Jago (1988) dan banyak lagi yang lain.
Seiring dengan proses dinamika kehidupan, kompleksitas suatu organisasi atau lembaga, kemajuan teknologi, dan factor-faktor lain, sungguhpun kompetensi kepemimpinan tidak bergeser, namun pemahaman tentang peranan pemimpin, cara kerja pemimpin, gaya dan model kepemimpinan, ketampilan memimpin telah berubah. Pandangan John Naisbit ada 10 persuasi saat ini dan masa depan di dalam Megatrends, dimana seorang pemimpin harus siap untuk menggeser paradigma berfikir dari masyarakat industry kemasyarakat informasi, dari teknologi yang dipaksakan (forced technology) keteknologi tinggi dengan sentuhan manusia (high technology/high touch), dari perekonomian nasional jangka pendek, ke perekonomian dunia jangka panjang, dari sentralisasi ke desentralisasi, dari bantuan kelembagaan ke bantuan  dari diri sendiri, dari hierarki ke jenjang, dari utara ke selatan, dari salah satu/atau ke pilihan ganda (Warren Bennis & Burt Nanus, 2006:15).

Atas dasar pernyataan-pernyataan di atas, penulis ingin menuangkan konsep kepemimpinan dari berbagi pandangan dengan lebih rinci yaitu: pengertian, peranan, model dan gaya kepemimpinan  yang diharapkan bagi organisasi dimasa sekarang

B.     Identifikasi Masalah

Adanya perubahan dibanyak aspek kehidupan telah menuntut banyak perubahan organisasi, yang berdampak pada perubahan konsep kepemimpinan, dan berdasarkan pernyataan dan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :
l. Apakah pengertian pemimpin dan kepemimpinan ?
2. Apa peran pemimpin yang sesuai dimasa depan?
3. Model kepemimpinan yang sesuai?

C. Perumusan Masalah

Pimpinan dan kepemimpinan akan sangat berpengaruh pada capaian tujuan organisasi. Konsep kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan organisasi disaat sekarang sangat diperlukan. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulisan makalah ini akan membatasi pada ”Bagaimana Konsep, peranan, dan model kepemimpinan”.

D. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan adalah untuk memahami konsep, peran dan model kepemimpinan secara umum dan terapannya dimasa depan, khususnya peran dan gaya kepemimpinan.


PEMBAHASAN

A.    Konsep  Kepemimpinan (Leadership)
Stogdill (l974) menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan. Hal ini dikarenakan banyak sekali yang telah mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan tersebut. Namun demikian, semua definisi konsep kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa unsur yang sama. Menurut Sarros dan Butchatsky (l996), ”leadership is defined as the purposeful behaviour of influencing others to contribute to commonly agreed goal for the benefit of individual as well as organization or common good”. Sedangkan menurut Anderson ( l988 ), “leadership means using power to influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high performancfe”.

Berdasarkan kedua definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi yaitu: Pertama, kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu karyawan  (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin, namun walau demikian, tanpa ada karyawan atau bawahan, kepemimpinan tidak akan ada juga.

Kedua, seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Menurut French and Raven (l968), kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin dapat bersumber dari:
1.      Reward power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahan pemimpinnnya.
2.      Coercive power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan memberikan hukuman bagi bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan pemimpinnya.
3.      Legitimate power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai hak untuk menggunakan pengaruh dan otoritas yang dimiliki.
4.      Referent power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan terhadap sosok pemimpin. Para pemimpin dapat menggunakan pengaruhnya karena karakteristik pribadinya, reputasinya atau karismanya.
5.      Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin adalah seseorang yang memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian dalam bidangnya.

Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.

Ketiga, kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion),  pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment) kepercayaan terhadap diri sendiri dan orang lain (confidence), dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun organisasi.

Sungguhpun kepemimpinan (leadership) seringkali disamakan dengan manajemen (management), kedua konsep tersebut sangat berbeda. Perbedaan antara pemimpin dan manager dinyatakan secara jelas oleh Bennis dan Nanus (1995). Pemimpin berfokus pada mengerjakan yang benar, sedangkan manager memusatkan perhatian mengerjakan secara tepat (manager are people who do things right and leaders are people who do the right things). Kepemimpinan memastikan tangga yang kita daki bersandar pada tembok secara tepat, sedangkan managemen mengusahakan agar kita mendaki tangga seefisien mungkin.

B.   Peranan kepemimpinan

Yuki (1989) memberikan gambaran dua peranan pokok suatu kepemimpinan  yaitu:
1.      Peranan tugas dengan pusat perhatian yang diarahkan pada identifikasi masalah dan pemecahannya, termasuk alokasi sumber daya dan monitoring tingkah laku anggota organisasi agar dapat menjalankan tugas yang dilimpahkan.
2.      Peranan sosial dengan fokus pada manusianya, termasuk hubungan antar pribadi, yang kondusif terhadap usaha untuk membangun perpaduan kelompok dan pengembangan kualitas kerja .
Conger dan Kanungo (1987) menjelaskan lebih jauh, agar peranan seorang pemimpin dapat membawa perubahan-perubahan yang berarti dalam suatu kelompok dan organisasi beserta anggotanya, maka diperlukan pengertian yang lebih komprehensif terhadap fenomena kepemimpinan untuk itu, keduanya menawarkan peranan kepemimpinan sebagai berikut: a) Peranan pembuatan keputusan; b) Peranan tugas seperti yang disebut di atas; c) Peranan sosial; d) Peranan karismatik.

C.  Model-model Kepemimpinan

Banyak study mengenai kepemimpinan (leadership skills) yang dibahas dari berbagai perspektif yang telah dilakukan oleh para peneliti.  Analisis awal tentang kepemimpinan (sebelum 1950-an), memfokuskan perhatian pada perbedaan karakteristik antara pemimpin dan pengikut/karyawan. Perhatian para peneliti pada saat itu bergeser pada masalah pengaruh situasi terhadap  kemampuan dan tingkah laku para pemimpin, karena tidak terdapat sifat atau watak yang memberi informasi tentang kemampuan pemimpin.  Studi–studi kepemimpinan selanjutnya berfokus pada tingkah laku yang diperagakan oleh para pemimpin yang efektif. Para peneliti menggunakan contingency model, untuk menguji keterkaitan antara watak pribadi, variabel-variabel situasi dan keefektifan pemimpin.

Periode l970an dan l980an masih memfokuskan perhatiannya kepada karakteristik individual para pemimpin yang mempengaruhi keefektifan mereka dan keberhasilan organisasi yang mereka pimpin. Hasil penelitian kala itu menunjukkan bahwa pemimpin dan kepemimpinan adalah persoalan yang sangat penting untuk dipelajari, namun sangat komplek. Dalam perkembangannya model yang paling baru dalam studi kepemimpinan disebut sebagai model kepemimpinan transformasional. Berikut adalah model-model kepemimpinan yang ada dalam literature.
1.      Model watak kepemimpinan ( Traits model of Leadership )
Studi kepemimpinan tahap awal meneliti tentang watak individu yang melekat pada individu pemimpin seperti : kecerdasan, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, keasupelan bergaul, status sosial ekonomi mereka dan lain-lain (Bass 1960, Stogdill  l974).

Stogdill (1974) menyatakan bahwa terdapat enam katagori factor pribadi yang membedakan antara pemimpin dan pengikut, yaitu kapasitas, prestasi, tanggungjawab, partisipasi, status dan situasi.Namun dari banyak penelitian sejenis menunjukkan adanya hubungan karakteristik watak dengan efektifitas kepemimpinan, walaupun positif, tetapi tingkat signifikasinya sangat rendah. Bukti yang ada menyarankan: “leadership  is a relation that exists between persons in social situation, and that persons who are leaders in one situation may not necessarily be leaders in other situations”. (stogdill l970).

2.      Model Kepemimpinan Situasional (Model of Situational Leadership)

Model ini merupakan pengembangan model watak kepemimpinan dengan fokus utama factor situasi sebagai variabel penentu kemampuan kepemimpinan. Hencley (1973) menyatakan bahwa factor situasi lebih menentukan keberhasilan seorang pemimpin dibandingkan dengan watak pribadinya. Menurut pendidikan kepemimpinan situational ini, seseorang bisa dianggap sebagai pemimpin atau pengikut tergantung pada situasi atau keadaan yang dihadapi. Hoy dan Miskel (l987) menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi kinerja pemimpin, yaitu sifat struktural organisasi, iklim atau lingkungan organisasi (organizational climate), karakteristik tugas atau peran (role characteristics) dan karakteristik bawahan (subordinate characteristics). Model ini masih dianggap belum memadai karena tidak dapat memprediksikan kecakapan kepemimpinan (leadership skills ) yang mana yang lebih efektif dalam situasi tertentu.

3.      Model Pemimpin yang Efektif ( Model of Efectiven Leaders)

Model kepemimpinan ini memberikan informasi tentang tipe-tipe tingkah laku (types of behaviours) para pemimpin yang efektif. Tingkah laku para pemimpin dapat dikatagorikan menjadi dua dimensi, yaitu struktur kelembagaan (initiating structure) dan konsiderasi (consideration). Dimensi struktur kelembagaan menggambarkan bagaimana para pemimpin mendefinisikan dan menyusun interaksi kelompok dalam rangka pencapaian tujuan organisasi serta sampai bagaimana para pemimpin mengorganisasikan kegiatan-kegiatan kelompok mereka. Dimensi konsiderasi menggambarkan sampai bagaimana tingkat hubungan kerja antara pemimpin dan bawahannya, dan bagaimana pemimpin memperhatikan kebutuhan sosial dan emosi bagi bawahan, seperti kebutuhan akan pengakuan, kepuasan kerja, dan penghargaan yang mempengaruhi kinerja mereka dalam organisasi.

Dimensi ini juga dikaitkan dengan adanya pendekatan kepemimpinan yang mengutamakan komunikasi dua arah, partisipasi dan hubungan manusiawi (human relations). Halpin (l966) dan Mouton (l985) menyatakan bahwa tingkah laku pemimpin yang efektif cenderung menunjukkan kinerja yang tinggi terhadap aspek organisasi dan hubungan manusiawi.

4.      Model Kepemimpinan Kontingensi (Contingensy Model)

Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokkan antara karakteristik watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan variabel-variabel  situasional. Kalau model kepemimpinan situasional berasumsi bahwa situasi yang berbeda membutuhkan tipe kepemimpinan yang berbeda, maka model kepemimpinan kotingensi  memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi atau variabel situasional dengan watak atau tingkah laku dan kriteria kinerja pemimpin (Hoy dan Miskel l987). Menurut Fiedler (l967) ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader member relations), struktur tugas (the task structure), dan kekuatan posisi (position power).

5.      Model Kepemimpinan Transformasional (Model of Transformational Leadership)

Model ini relative baru dalam studi-studi kepemimpinan, dan Burns (l978) merupakan salah satu penggagas yang secara eksplisit mendefinisikan kepemimpinan transformasional. Menurut Burns, model kepemimpinan transformational pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggungjawab  mereka lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui kredibilitas pemimpinnya.

Hater dan Bass (l988) menyatakan bahwa “the dynamic of transformational leadership involve strong personal identification with the leader, joining in a shared vision of the future, or going beyond the self interest exchange of rewards for compliance”. Dengan demikian pemimpin transformasional merupakan pemimpin yang karismatik dan mempunyai peran sentral dan strategis dalam membawa organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional juga harus mempunyai kemampuan untuk menyamakan visi masa depan dengan bawahannya, serta mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada apa yang mereka butuhkan.

Bass dan Avolio (l994) dalam buku mereka “Improving  Organization effectiveness through Transformasional Leadership” mengemukakan bahwa, kepemimpinan transformasional memiliki empat dimensi yang disebutnya sebagai “the four I’s”.  Dimensi pertama disebut idealized influence, dimensi kedua inspirational motivation, dimensi ketiga disebut intellectual stimulation, dan terakhir individualized consideration. Banyak peneliti dan praktisi yang sepakat bahwa model kepemimpinan tansformasional merupakan konsep kepemimpinan yang terbaik dalam menguraikan karakteristik pemimpin (Sarros dan Butchatsky l996).

IV.       Kesimpulan

1.      Kepemimpinan diperlukan disetiap kelompok dan organisasi formal dan informal.
2.      Kepemimpinan bersifat dinamis, terus bergerak sesuai tantangan zaman.
3.      Kepemimpinan memiliki peranan pokok perhatian yang diarahkan pada identifikasi masalah dan pemecahannya, dan peranan sosial yang berfokus pada manusianya.
4.      Sungguhpun terdapat banyak konsep kajian kepemimpinan, namun semua definisi memiliki unsur yang sama yaitu: a) Semua melibatkan orang lain (karyawan), b)   Mempengaruhi pengikutnya untuk mencapai  tujuan organisasi.
c. Kepemimpinan dituntut memiliki integrity, compassion, cognizance, commitment, confidence, dan communication.
5.  Sumber kekuasaan yang dimiliki pemimpin antara lain: reward, coercive, legitimate, referent, dan expert
6. Peranan kepemimpinan adalah a) pembuatan keputusan, b) pengidentifikasian masalah, c) sosial, d) karismatik
7.  Model kepemimpinan berdasarkan pemikiran para ahli ada lima, yaitu: a) Model  watak kepemimpinan, b) Model Kepemimpinan situasional, c) Model pemimpin yang effective, d) Model Kepemimpinan Contingensi, e) Model Kepemimpinan transformasional
8. Kepemimpinan transformasional dianggap model yang paling tepat dan              mampu terus meningkatkan efesiensi, produktivitas, dan inovasi guna meningkatkan daya saing.


V.                Implikasi

Kepemimpinan pada prinsipnya harus selalu benar, kepemimpinan harus memiliki Integrity (kejujuran0  terhadap diri sendiri, Compassion (sikap bertanggung jawab), Cognizance (berpengetahuan), Commitment (berani bertindak sesuai  keyakinannya), Confidence (percaya diri), dan Communication (berkemampuan dalam meyakinkan orang lain) dalam membangun organisasi. Disisi lain, pemimpin adalah pelayan, namun pelayan belum tentu pemimpin, akan tetapi bagi yang tidak rela menjadi pelayan, tidak layak menjadi pemimpin.

No comments:

Post a Comment