Thursday 14 January 2016

REINVENTING ACCOUNTABILITY FROM BUREAUCRATIC RULES TO PERFORMANCE RESULTS



(Menemukan Kembali Pertanggungjawaban dari Birokrasi terhadap Hasil Prestasi)
(Oleh: Dr.Bovie Kawulusan., M.Si)
ABSTRAK
Keberhasilan anggaran belanja akan menambah konsekuensi finansial untuk mereview keberhasilan dan permasalahan utama program. Kesulitan yang nyata dengan adanya kebijakan adalah ketidaktentuan apakah pengambil kebijakan benar-benar mempertimbangkan keberhasilan perguruan tinggi di dalam anggaran belanja negara.
Dalam sistem pertanggungjawaban, hasil pembiayaan akan memberikan sebagian besar pada program dasar perguruan tinggi. Akar permasalahannya disini adalah ukuran alokasi anggaran belanja, jumlah program yang akan dicapai, dan tidak dapat dihindarkan dari tantangan di luar pembebanan perguruan tinggi.
Hasil laporan akan memberikan pertanggungjawaban, dan kebanyakan berinisyatif akan  mendukung penuh prioritas negara, perhatian perguruan tinggi dan kebutuhan pasar, karena itu cukup dengan mempublikasikan dengan biaya atau anggaran belanja yang mantap untuk mencapai hasil yang diharapkan. Setiap lima tahun dengan kelompok yang sama akan meninjau kembali di depan publik  hasil laporan dan rekomendasi yang diharapkan untuk perubahan.
Key Words: Performance Reporting, Funding, Budgeting


Pengertian Reinventing

Reinventing yang di Indonesiakan dengan kata Reinvensi menurut Susanto (2008:399) adalah sebuah pertarungan berskala besar yang memerlukan perjuangan panjang dan intensif dalam arena politik, dalam institusi pemerintahan, serta dalam komunitas  dan masyarakat, dalam arti bagaimana memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya yang kecil secara optimal sehingga menghasilkan perubahan yang besar.
Budiarto Danujaya (2008) menggambarkan bahwa belakangan ini wacana mengenai perlunya menemuan kembali (reinventing) ideologi bermunculan di media massa. Rupanya kegerahan merebak di kalangan tokoh masyarakat maupun pemerhati republik, menilik arah perkembangan kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, maupun pembangunan secara lebih menyeluruh, kian tidak jelas juntrungannya.
Secara dramatis tahun 90an konsep pertanggungjawaban bertentangan dengan peran terhadap produk yang dihasilkan. Menemukan kembali atau penataan kembali pemerintahan mulai dipublikasikan pada dekade ini yang didukung oleh pemimpin-pemimpin publik (Osboene and Gaebler, 1992). Mereka memprioritaskan pada penataan hasil yang lengkap dengan peran birokratis dan banyak mentransformasikan kelembagaan mereka dari pelaku terhadap pengguna organisasi.
Lembaga-lembaga pemerintah menginginan usaha-usaha swasta, mendorong prestasi  saat operasional desentralisasi terhadap kesulitan untuk pencapaian tujuan dan meperkirakan keberhsilan dan kebebasan yang diprioritaskan.
Pertanggungjawaban bagi pemerintah dan swasta, dipengaruhi oleh 2 unsur baik secara langsung dan desentralisasi, dan saat ini diperlukan pengetahuan dan informasi dengan kreatifitas dan kelihaian pekerja yang memiliki pengetahuan.
Sejumlah gubernur dan legistatif  menyimpulkan apa yang baik diterapkan untuk dunia bisnis dan pemerintah juga untuk industri pendidikan di pendidikan tinggi.  Sampai dengan akhir tahun 1990an, Dakota bagian utara melaporkan kesepakatan tentang konsep pertanggungjawaban untuk pendidikan tinggi. Dakota utara mendefinisikan pertanggungjawaban pada tahun 1980an merupakan definisi secara umum dan hampir seluruhnya adalah pertanggungjawaban finansial/keuangan. Ukuran laporan ditujukan agar lebih baik dari pada yang terakhir. Ini adalah suatu kebutuhan sebagai langkah dari mikro manajemen kepada pertanggungjawaban yang menyakinkan dalam arti yang lebih baik.
Menurut Ruppert 1995, produksi yang dihasilkan selama 10 tahun, merupakan prestasi  yang diwujudkan untuk pendidikan tinggi. Pertanggungjawaban saat ini fokusnya bergeser perhatiannya dari akademik kearah prioritas negara, tetapi pada akhir dekade ini merupakan momentum yang memiliki perubahan terhadap kekuatan pasar, dimana hasil yang diperoleh adalah permasalahan. Seringkali membantu, menemukan kembali pertanggungjawaban  dalam pendidikan tinggi membuktikan lebih mudah menyatakan untuk dipraktekkan.
Cepatnya perkembangan dalam dekade ini merupakan langkah mendukung  pemenuhan birokrasi kepada keberhasilan program:
Pertama: kebanyakan dari pemerintah dan pelaku bisnis, mengeluh terhadap kualitas atau mutu dari guru dan siswa fakultas, keasikan/kemudahan lulusan atau tamatan pelajaran dan penelitian, mengabaikan mereka yang belum medapatkan gelar pendidikan, berkembangnya administrasi dan dukungan staf, perkembangnya misi orang-orang yang tidak disukai, dan program yang tidak jelas. Mereka membebankan penerimaan perguruan tinggi negeri juga siswa yang tidak memenuhi syarat, lulusan atau beberapa tamatan yang diakui, mengijinkan beberapa dari mereka diberikan kesematan terlalu lama  untuk lulus/mendapatkan gelar, dan hasil produksi terlalu banyak lulusan tanpa dibekali  pengetahuan, ketrampilan untuk kerja yang sesuai dengan perkembangan informasi dan ilmu pengetahuan. Keberhasilan program dari tahun 1990an pada gilirannya mendapatkan kritik publik dalam pencapaian tujuan kebijakan.
Kedua, selanjutnya gubernur dan DPR membuktikan keberhasilan ekonomi dari negara bagian  tergantung pertumbuhan yang terus meningkat terutama kemampuan perguruan tinggi negeri dan universitas untuk menghasilkan tenaga kerja berpengetahuan terhadap ekonomi baru.
Ketiga, resesi ekonomi akhir  tahun 1990an menurunkan pendapatan dan keuangan negara  untuk pendidikan tinggi. Dampak yang terlihat dari pertumbuhan mengartikan pendidikan tinggi negeri mendapatkan kenaikan,  mengurangi biaya, dan merespons kebutuhan-kebutuhan baru bagi negara. Program-program yang dibutuhkan  mendorong pendidikan tinggi negeri  kurang/sedikit melaksanakan keduanya. Perguruan tinggi negeri  dan universitas selalu memilih untuk kedepan. Prioritas negara sekarang ini bukan konsern kepada perguruan tinggi, namun tergantung dari apa yang akan datang.
Tiga kelompok prestasi/hasil
Dukungan keberhasilan pembiayaan, penganggaran dan pelaporan merupakan gagasan “apa yang akan diukur adalah apa yang meberikan nilai”,  adalah hanya sebagian saja yang benar. Hanya apa yang dibiayai, dianggarkan  atau mungkin dilaporkan, mereka mengklaim, sehingga akan menarik perhatian bagi perguruan tinggi dan DPR, dan mempengaruhi keberhasilan pendidikan tinggi.
Sebagai contoh ketiga keberhasilan program yang diawali tahun 1990an, menggambarkan pada kurun waktu tersebut yaitu desentralisasi dengan karakteristik umum ketiga prakarsa tersebut. Banyak contoh koordinasi atau konsolidasi lembaga pemerintah  untuk pendidikan tinggi tidak mau komitmen dengan pimpinan negara, usaha untuk mempertanggungjawabkan  terhadap otonomi kedepan. Kesepakatan desentrlisasi banyak kekuasaan secara personal, anggaran, dan operasional pimpinan perguruan tinggi, sebagai pengembalian untuk menerima pertanggungjawaban dari perkembangan produktivitas, memperbaiki keberhasilannya, dan penanganan reaksi untuk prioritas-prioritas negara. Keunggulan untuk “menemukan kembali pemerintah”, teori keberhasilan program menggunakan hasil dan memperkirakan hasil  tetapi mengijinkan  pimpinan perguruan tinggi untuk memilih dalam pengertian mencapai keberhasilan. Respon terhadap kritik publik umumnya kepada  fokus ke-3 program terutama yaitu mahasiswa yang belum lulus pendidikan  dan pelajaran penelitian dan terutama para lulusan (Burke and Associates, 2002; Burke and Minassians, 2002b).
Definisi
Kekacauan antara pengambil kebijakan negara dan perguruan tinggi keduanya tergantung pada definisi hasil laporan, anggaran biaya, dan pembiayaan serta penjelasan  dari setiap program yaitu:
1.      Kepercayaan hasil laporan oleh masyarakat untuk mendorong perguruan tinggi dan universitas mengejar prioritas negara dan memperbaiki prestasi lembaga atau institusi. Ini merupakan asumsi bahwa institusi atau lembaga  dan individu melakukan yang terbaik ketika mereka mengetahui hasilnya baik sesuai tanggapan publik. Koordinasi dan konsolidasi lembaga pemerintah pada negara itu selalu berdasarkan laporan periodikal termasuk luasnya wilayah dan keberhasilan institusi, kebanyakan untuk pendidikan tinggi negeri, walaupun  hanya beberapa,  seperti alabama, Illinois, Missouri, dan Tennessee, termasuk keterbatasan data untuk perguruan tinggi swasta dan universitas (lihat chapter 2). Lembaga pemerintah sering kali secara terpisah mendapatkan prestasi. Laporan itu digunakan untuk gubernur, DPR, dan pimpinan perguruan tinggi dan mereka kelihatannya menginformasikan melalui webside dari hasil kerjasama dalam sistem individu atau kelembagaan, termasuk beberapa laporan berupa informasi langsung untuk prosektif siswa dan orang tua.  Hasil laporan  tidak hanya berkaitan secara formal untuk pembelanjaan atau pengeluaran negara atau anggaran negara. Pimpinan-pimpinan perguruan tinggi menyampaikan laporan  paling tidak dapat disetujui dari hasil program, sementara itu pimpinan negara, tekanan berbagai pihak terhadap keseluruhan pengeluaran-pengeluaran, secara alami sering kali suatu program itu dapat menjanjikan tanpa alokasi pertanggungjawaban.
2.      Hasil pengeluaran dan anggaran akan menambah keberhasilan institusi  sebagai pertimbangan  dalam  anggaran negara seperti, kecenderungan kenaikan arus pembiayaan pendaftaran siswa. Bentuk yang mewakili faktor input  tersebut mengabaikan output dan outcome, seperti jumlah dan kualitas lulusan serta jarak yang dapat diberikan manfat hasil pelayanan bagi negara  dan masyarakat. Beberapa negara yang sebelumnya menerima program pembiayaan dari awal sampai akhir berkeinginan membesarkan hati dan menjanjikan aktivitas perguruan tinggi.  Keberhasilan pembiayaan dan penganggaran menyimpang  dari awal upaya  terhadap alokasi sumberdaya untuk pencapaian kesuksesan yang cukup baik  dari pada hasil yang dijanjikan (Burke and Associate 2002; Burke and Serban, 1998).
3.      Hasil Pembiayaan merupakan dasar khusus pembiayaan negara secara langsung bagi perguruan tinggi yang sangat ketat sebagai indikator keberhasilan perguruan. Ini sebagai fokus pada tahapan distribusi proses anggaran. Hubungan antara pembiayaan dengan hasil adalah ketat, otomtis, dan formulasi. Jika kesuksesan lembaga publik atau universitas dilakukan sesuai dengan target, artinya suatu level kemajuan terhadap menetapkan atau mendefinisikan indikator dalam memberikan petunjuk penerimaan sejumlah atau presentasi dari pembiayaan negara.
4.      Hasil anggaran belanja yang diperbolehkan gubernur, legislatif dan lembaga pendidikan tinggi untuk mempertimbangkan prestasi perguruan tinggi  sebagai indikator keberhasian dan salah satu faktor penentu alokasi  untuk perguruan tinggi atau universitas. Konsentrasi pada hasil anggaran belanja terhadap persiapan penganggaran belanja seringkali diabaikan, dan mengabaikan tahapan distribusi anggaran belanja. Keberhasilan anggaran belanja  kemungkinan akan menambah hak untuk perbaikan atau mendorong keberhasilan yang semata-mata tergantung keputusan atau pendapat dan kebijaksanaan negara, koordinasi atau system pejabat pegawai negeri.
Keuntungan  dan kerugian dari setiap program adalah kebalikan  dari yang lain. Hasil anggaran belanja adalah fleksibel, tetapi harus hati-hati/meragukan; hasil pembiayaan adalah pasti  dan tidak dapat dirubah. Meskipun definisi, keraguan sering kali dibangun berbeda antara dua program. Selain itu hubungan antara waktu, anggaran belanja negara dan hasil perguruan tinggi dalam hasil anggaran belanja hampir hilang/tidak ada. Pengalokasian tergantung dari salah satu program yang umumnya, arus biaya pendaftaran siswa, dan pertumbuhan inflasi yang menghasilkan bagian dari pembiayaan bagi perguruan tinggi negeri dan universitas sungguh sangat kecil.
Metode Permulaan
Metode yang mengawali untuk mereka tergantung dari keterlibatan pengambil kebijakan dari negara dan perguruan tinggi. Terdapat 3 tahap yang sifatnya kritis pada permulaan metode ini yang saling berbeda:
1.      Pemberian mandat/amanat-penentu; undang-undang negara,  keduanya memberi amanat program dan mandat  sebagai indikator keberhasilan.
2.      Mandat–tanpa penentu; Mandat undang-undang program namun membolehkan koordinasi dengan agen negara, dalam melakukan konsultasi dengan pimpinan perguruan tinggi, sebagai indikator pencapaian tujuan.
3.      Tanpa mandat/amanat; koordinasi atau sistem kelembagaan, kerjasama dengan pimpinan perguruan tinggi, akan menerima rencana diluar peraturan perundang-undangan.
Perintah atau amanat terutama penjelasan yang sifatnya jelas akan mendorong merusak program di dalam masyarakat akademis. Pemaksaan pimpinan negara, mereka mengabaikan atau melalaikan pentingya konsultasi dan koordinasi, sistem dan pimpinan perguruan tinggi. Sebaliknya tanpa mandat, pengambil kebijakan negara tanpa pengertian membiarkan program dan inisiatif kepemilikan. Tanpa konsultasi mengartikan bahwa  Gedung DPR negara tersebut tidak konsen terhadap perguruan tinggi.
Metode inisiatif apapun yang keberlanjutan dan efektive dari keberhasilan program, tergantung pada dorongan atau dukungan negara dalam kerjasama dan koordinasi pimpinan perguruan tinggi akan keberlangsungan program,. Program tanpa mandat atau perintah sering kali sesuatu yang sifatnya tidak dilakukan secara sukarela. Koordinasi para pemimpin di Arkansas, menjelaskan kembali hal-hal yang tidak diketahui, kira-kira seperti apa program mereka tanpa mandat atau perintah  dalam hasil pembiayaan. Koordinasi ini kami lakukan tidak sendiri  sebelum mereka lakukan program itu (Burke and Associates, 2002, p. 219).
Banyak pemberian mandat dari permulaan program-program dalam keberhasilan pembiayaan dan anggaran belanja dan dalam kasus keberhasilan pembiayaan juga menjelaskan secara rinci indikator-indikatornya. Mandat untuk pembiayaan program tidak melebihi 10 tahun.
Laporan hasil survey tahunan dari pembiayaan untuk petugas perguruan tinggi negara (SHEFOs) State Higher Education Finance Officers pada bulan Juni 2003 menggabarkan 53%  dari pembiayaan program di luar mandat, dan dari program dengan mandat hanya 27% sebagai indikator penentu. Keberhasilan anggaran belanja mencapai 57% dengan mandat, tetapi hanya 10% indikator penentunya. Mandat sesuai undang-undang nampak lebih berperan dalam hasil laporan dimulai dengan status 2 s.d 3, tetapi lebih sedikit atau lebih kecil indikator yang dilaporkan (Burke and Minassians, 2003).
Prestasi atau hasil Program (Komponen yang terkait)
Menurut Burke and Serban (1998) mengatakan bahwa hasil pembiayaan, anggaran belanja, dan pelaporan merupakan bagian dari beberapa komponen:
1.      Tujuan program
2.      Program yang akan dicapai
3.      Indikator Hasil
4.      Standar keberhasilan
Komponen lainnya yang dapat diterapkan hanya untuk keberhasilan pembiyaan adalah:
1.      Level pembiayaan
2.      Sumber pembiayan
3.      Metode atau cara mengalokasikan pembiayaan
Keberhasilan Atau Kemenangan Dari Laporan
Berdasarkan hasil survey dari SHEFOs menunjukkan bahwa keberhasilan program tahun 2003 seperti tabel berikut:
Tabel 1. Performance Programs 2003
No.
Performance
Amount State

1.
Reporting
46 (92%)
1. Alabama, 2. Alaska, 3. Arizona, 4. Arkansas, 5........., 45. Wisconsin, 46. Wyoming
2.
Budgeting
21 (42%)
1. California, 2. Connecticut, 3. Florida, 4........, 21. Wisconsin.
3.
Funding
15 (30%)
1. Colorado, 2, Connecticut, 3. Florida, 4......., 14, Tennessee, 15. Texas
Performance Indicator Preferences
Indikator keberhasilan yang diinginkan pada 29 negara yang digunakan pada tahun 2001, dan 11 negara untuk keberhasilan pembiayaan program tahun 1998 menurut Burke and Minassians dan Serban (2002, 1998) seperti tabel berikut:
Tabel 2: Sebagian Besar Indikator Yang Umum
No.
Performance Reporting (29 Negara)
State
Performance Funding (11 Negara)
State
1.
Lulusan dan miliki ijasah
24
Lulusan dan miliki ijasah
10
2.
Pendaftaran rasial
21
Pendaftaran rasial
8
3.
Membiayai penelitian
20
Transfer mahasiswa
6
4.
Transfer siswa
19
Beban kerja fakultas/bagian
5
5.
Membayar uang kuliah
18
Menentukan institusi
5
6.
Bantuan pembiayaan
17
Time to degree
5
7.
Pemberian Derajad penghargaan
16
Lisensi Score
4
8.
Lisensi score
16
Kekuatan pekerja dan dorongan ekonomi
4
9.
Rata-rata partisipasi PT
16
Perbedaan bagian dan staf
3
10.
Bebas mendaftar
14
K-16 linkages
3
11.
Aktivitas perbaikan
14
Biaya staf non snstruksional
3
12.
Aplikasi pembiayaan negara
13
Duplikasi program
3
13.
Meningkatnya pendaftara
13
Kepuasan surveys
3
14.
Penempatan pekerjaan
13
Membiayai penelitian
3
15.
Jarak Pembelajaran dengan teknologi
13
Standar test score
3
16.
Pendaftaran penduduk setempat
12
Jarak Pembelajaran dengan teknologi
3
Dua program  yang penekanannya pada beberapa indikator yang sama antara lain lulusan, transfer, dan job placement rates, licensure test scores, sponsored research, dan teknology distance learning. Meskipun ada persamaan indikator pada hasil pelaporan menyatakan juga menekankan kepada access, affordability, perbedaan, dengan mengukur trend pendaftaran, perbedaan siswa, biaya-biaya dan uang kuliah, dan bantuan financial.  Hasil pembiayaan secara alami tidak menghargai perkembangan akses, ketika anggaran biaya untuk perguruan tinggi pemerintah/negeri  dan universitas tersedia membiayai yang dialokasikan untuk pendaftaran secara reguler. Selanjutnya pembiayaan program ini akan tidak menambah keuangan untuk meningkatkan bantuan keuangan  karena keuangan negara sudah termasuk bantuan tersebut. Hasil pembiayaan yang dibayarkan lebih  menekankan kepada ukuran efisiensi suatu bagian dengan kapasitas kerja  dan waktu yang cukup.
Indikator keberhasilan dan lambatnya kebijakan
Bagian ini sangat tergantung pada kecepatan bergesernya prioritas negara. Isu-isu dan indikator yang menurunkan produk dari permasalahan yang dirasakan terutama penentuan waktu. Permasalahan yang pernah muncul mempercepat menyurutkan lagi saat  merespon kebijakan dan lambat laun hilang. Inisyatif negara umumnya tertinggal atau lambat dibandingkan dengan issu kebijakan, munculnya permasalahan yang sering lebih cepat dari kebijakan (Burke, Minnasians, and Yang, 2002).
Hasil pembiayaan bagi perguruan tinggi muncul pertama pada awal tahun 1990an Program pengembangan setelah resesi ekonomi nasional dan mempromosikan membatasi ukuran pendapatan secara resmi dari penghasilan untuk pengendalian pendapatan. Penyehatan ekonomi dan pendapatan, pada pertengahan dekade tersebut, dan saat yang baru ini lebih konseren pada kapan laporan hasil bisa diperluas lagi. Pusatnya terhadap akses siswa yang dihadapkan pada gema meningkatnya kelahiran bayi (Baby Boom) dan pelatihan kekuatan pekerja serta pengembangan ekonomi dalam reaksi untuk ekonomi baru. Konsern kebijakan terakhir merubah fokus dari cara efisiensi dan produktivitas kepada prioritas negara dalam pelatihan guru dan kerjasama sekolah-perguruan tinggi.
Sekalipun  hasil laporan sebagai issu indikator yang mendesak di dalam lembaga legislatif, sering kali pemerintah terlambat. Sebagai contoh hanya 9 dari 29 hasil laporan dalam penelitiannya memiliki  indikator dengan penekanan pada issu latihan guru dan hanya 9 dari K-16 yang bekerjasama, masih melakukan penggabungan dari setiap prioritas negara yang utama untuk pendidikan tinggi termasuk kedua topik tersebut.
Meskipun issu kebijakan memiliki batas waktu, mereka juga menyatakan untuk mengulang kembali. Catatan dari hasil laporan  sejak tahun 1990an penekanannya pada percepatan, dengan kesalahan yang kecil dalam anggaran belanja negara dan memangkas pembiayaan pendidikan tinggi dengan penekanan pada indikator efisiensi  dan produktivitas, laporan yang lengkap tidak pernah ditinggalkan.
Keterlambatan kebijakan dapat menjelaskan keberlangsungan protes dari pemerintah dan pimpinan bisnis  terhadap pendidikan tinggi adalah tidak responsif terhadap negara dan kepentingan bisnis. Lembaga legislatif negara dan perguruan tinggi negeri menjalankan dengan tepat, meskipun mereka yang tidak mendukung tidak bergabung dengan salah satu kekuatan yang membuat sesuatu menjadi lambat dan lebih lambat lagi.
Jenis Indikator, Nilai, dan Model-model yang baik
Jenis indikator, nilai kebijakan, dan model yang baik dapat diukur secara tidak langsung dengan menyatakan  maksud dan tujuan dari pengambil kebijakan dan siapa yang menerimanya. Mereka juga menampilkan  sebagai pembuat kebijakan jarang membuat suatu usaha yang serius untuk menyesuaikan indikator untuk layak diakui dan tergantung pada pelaksanaan dan tujuan dari 2 dan 4 tahun dari lembaga tersebut.
Hasil analisis dari jenis indikator, nilai, dan model yang baik yang pertama dibicaraan persentase bagi jumlah total indikator yaitu 158 untuk hasil laporan dan 66 untuk hasil pembiayaan, dan presentasi untuk beberpa program hanya menjelaskan 16 yang dapat terukur (lihat tabel 2). Indikator pelaporan diperoleh dari 29 laporan penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2002 (Burke and Minassians, 2002b). Indikator pembiayaan  digunakan dalam 11 program hasil pembiayaan pada hasil studi tahun 1998 (Burke and Serban, 1998).
Jenis Indikator
Retorika dari hasil program mengklaim mereka untuk merubah fokus perguruan tinggi dan universitas dari pemberi dorongan sumber input dan indikator proses kepada output yang berpusat pada pelanggan dan outcome indikator. Kenyataan menggambarkan beberapa tergantung dalam pemberian presentase  dari jenis indikator (tabel 1) untuk 168 indikator laporan oleh sektor kelembagaan, mereka mengkombinasikan 36 persen input, seperti 23 persen menentang output, dan 18 persen outcome. Hanya 3 dari 11 program pembiayaan dalam studi ini digunakan siswa dan alumni untuk survey, dan hanya 3 standart test score dalam sekolah umum, untuk outcome pembelajaran, walaupun 4 mengaku menggabungkan test score secara profesional di lapangan.
Perubahan dari Internal ke Eksternal Fokus
Sebagai suatu harapan, dua indikator yaitu program laporan dan program pembiayaan berubah dari internal fokus yang diduga sejak tahun  1980an à kepada tekanan eksternal dari prioritas negara tahun 1990an.


Memperhatikan keseluruhan indikator, terdapat 2-3 dari hasil laporan dan hampir sama presentasinya dalam menekankan kepada hasil pembiayaan dengan penekanan kepada perhatian masyarakat secara external, dan sebaliknya untuk perhatian kepada internal academik. Motivasi eksternal terhadap hasil laporan yang baik untuk 3 kuartal atau 9 bulan, sebagian besar yang terukur. Secara jelas, kedua hasil program, secara tradisional dalam internal akademik menekankan  tidak mencapai prioritas negara secara eksternal. Hasil laporan juga menggambarkan perhatian yang cukup kepada kekuatan pasar, menggambarkan perhatian siswa dan para pelanggan.
Kebijakan Menilai
Secara tidak langsung indikator utama kebijakan menilai dari kualitas atau mutu, efisiensi, kewajaran/keadialan, dan pilihan. Indikator kualitas  termasuk item SAT atau ACT score, program peninjauan kembali, atau licensure test score. Efisiensi menekankan kepada keterkaitan pemanfaatan biaya, sebagai suatu ukuran waktu dan rata-rata lulus atau mendapatkan gelar. Siswa, fakultas dan staf terhadap ras, jender akan merupakan indikator yang adil/wajar. Perguruan tinggi memilih satu atau beberapa misi utama merupakan ukuran yang sebagian besar nyata/jelas sebagai indikator yang dipilih.
Indikator efisiensi dan keadilan hampir sama di dalam jumlah total dari ukuran hasil yang dilaporkan. (gambar 2). Seperti hasil pembiayaan  ternyata persentasi tertinggi ada pada indikator efisiensi dan kualitas, tidak kurang dari 20 persen dari total yang menggambarkan gabungan keduanya yaitu efisiensi dan kualitas.
Laporan yang dihasilkan meluas jika dikehendaki kasus memiliki peran yang bertentangan  dengan pihak-pihak pelaksana yang berkentingan, dan banyak pembuat kebijakan menerima perhatian yang berbeda. Tidak semua program diberikan perhatian untuk kebijakan menilai dan memilih.
Keunggulan Model/Model yang baik
Indikator juga diterapkan untuk model yang baik sebagai niat dari pembuat kebijakan untuk perguruan tinggi dan universitas. Studi mereka menggunakan strategi investasi model berdasarkan analisis manfaat dan biaya menggambarkan prioritas negara, seperti rata-rata lulusan. Sumber reputasi model adalah suatu jenis dorongan bagi penyedia, konsentrasi terhadap akademik  yang terlihat pada SAT dan ACT score. Kekuatan pasar   terhadap permintaan siswa dan pelanggan lainnya mengendalikan model yang berpusat pada pelanggan yang terukur, seperti servey kepuasan siswa. Ketiga model jika diparalelkan pada tiga referensi yang tertuju pada pertanggungjawaban secara segitiga seperti dijelaskan pada bab I di muka yaitu prioritas negara, perhatian akademik, dan kekuatan pasar.




Program yang dihasilkan/dicapai
Penilaian keberhasilan dan efektifnya program pembiayaan dan program laporan, kami menggunakan 2 sumber survey: pertama dari hasil laporan tahun 2001 dan ke dua dari hasil pembiayaan tahun 2002. Pertanyaan pertama tentang bantuan terhadap gubernur, pimpinan legislatif atau yang mewkili perguruan tinggi, dan SHEFOs pada 29 negara bagian berdasarkan laporan hasil.




Keterangan:  SIà Strategi Investment; CC à Client Centered; RR à Resource Reputation;  MIXED à Penggabungan

Umumnya menjawab rata mereka yang memiliki posisi, dari 29 gubernur 46%  menerima bantuan, dan hampir 33% bantuan untuk pimpinan legislatif dari 16 negara bagian; dan lebih dari  44% direktur atau pimpinan lembaga survey dari institusi riset menjawabnya menerima bantuan. Survey pembiayaan yang digunakan presiden, wakil presiden, dekan akademic, dan semua pimpinan departemen pemerintah, termasuk 2 dan 4 tahun perguruan tinggi dan universitas  di Florida, Missouri, Ohio, South Carolina, dan Tennessee (Burke and Associate, 2002) dengan respon rata-rata mencapai 45 persen.
Keinginan dan Tujuan Keberhasilan
Beberapa pendapat yang bertentangan, pimpinan perguruan tinggi terlihat semua menerima empat tujuan dari hasil program, termasuk pertanggungjawaban external, tetapi mereka menghendaki sebagai yang menentukan. Pertama bebas  dan hati-hati dalam memperbaiki institusinya, kedua mengikuti perkembangan pembiayaan negara, Mereka melihat respon untuk kebutuhan negara sangat sulit/seret di tiga wilayah dan pertanggungjawaban yang berbeda di 4 wilayah. (Burke and Minassians, 2002b). Walaupun keinginan responden negara dan perguruan tinggi  dari kedua survey menyatakan hasil laporan dan pembiayaan hasilnya jelas, namun hanya pelaksanaan pertanggung jawabannya yang bersifat sesaat, terbaik hanya minimal dampak pertumbuhan pembiayaan negara atau meningkatnya keberhasilan lembaga. Pertama, Rata-rata tanggapan dari semua yang memiliki posisi terhadap survey keberhasilan pertanggung jawaban ekternal, kedua, pertemuan pembicaraan kebutuhan negara, dan bertambah baiknya hasil yang sebelumnya berbeda, dan pertumbuhan pembiayaan negara yang sangat kecil.
Beberapa variasi dari pimpinan komisi memposisikan  terhadap hasil laporan yaitu: pertama, mereka rata-rata merespon untuk kebutuhan negara, dan kedua,  menerapkan pertanggungjawaban. Sesungguhnya pimpinan perguruan tinggi dan pimpinan negara harus mempertahankan kepentingan reaktif  dari pelakanaan pertanggungjawaban dan tanggapan untuk kepentingan negara, rata-rata kaum miskin meningkatkan keberhasilan institusi dan sebagian lagi mengecewakan kedua kelompok.

Dampak Terhadap Peningkatan Prestasi/Hasil
Manual survey dari SHEFOs pada Juni 2003 mengijinkan mengungkapkan dampak dari laporan hasil, anggaran belanja, dan pembiayaan terhadap pengembangan atau peningkatan hasil dari perguruan tinggi dan universitas negeri. Tidak satupun dari hasil 3 program  yang memberikan alasan dampak dari perbaikan atau peningkatan. Sejujurnya, kesulitan anggaran belanja tahunan  akan sulit dalam kurun waktu untuk menilai dampak yang relatif dari laporan, dan khususnya pembiayaan atau anggaran belanja, program peningkatan institusi.
Pertimbangan yang berdampak sederhana
Perhatian pengabdian terhadap keberhasilan program, rupanya mereka mempertanyakan mengapa memiliki  dampak yang sederhana terhadap peningkatan kebijakan yang diambil dan keberhasilan institusi?. Survey dengan penekanan pada beberapa jawaban, termasuk kurangnya keakrapan, kurangnya umpan balik, pertentangan yang berlebihan,  dan melupakan akhir dari program, fakta permasalahan prorgam, dan penekanan pada tempat tinggal sebagai warganegara melebihi dari budaya akademik.
Kurangnya Keakraban
Survey hasil pembiayaan dan laporan menggambarkan kedua program mendatangkan peningkatan yang tidak tampak di perguruan tinggi karena berada di bawah level wakil presiden, dimana hasil sebagian besar, hampir 90 persen presiden dan wakil presiden dalam survei tersebut mengatakan mereka akrap dengan hasil pembiayaan program di negara mereka, namun lebih 40 persen para dekan/ketua program, dan lebih dari 60 persen pimpinan departemen mengakui atau tidak akrap.
Kurangnya Umpan-balik
Keluhan dari koordinasi pimpinan badan atau lembaga dari New Mexico menceritakan kisah tentang kurangnya perhatian terhadap umpan balik “kita....meletakkan bersama-sama laporan yang mana gagasan atau pikiran kami akan memberikan atau menyediakan informasi yang  lengkap. Namun demikian kami mempunyai dan mendapatkan reaksi yang sama laporan yang terlambat kami terima untuk satu atau dua laporan ada yang hilang” (Mercer, 1993:A37). Tidak ada hasil program yang dibutuhkan sebagai reaksi terhadap hasil dari pemimpin negara, koordinasi atau sistem lembaga negara, atau wakil/wali perguruan tinggi, dan studi kita memberikan kesan feedback jarang terjadi. Ketika hasil laporan diperlukan berulang kali memperoleh hasil tanpa reaksi atau tanggapan dari pembuat kebijakan, bagi perguruan tinggi sudah menjadi rutin. Kurangnya perhatian terhadap pentingnya umpan balik merupakan hambatan atau permasalahan dimasa mendatang.
Pertentangan dan Lupa Tujuan
Pengambil kebijakan negara dan perguruan tinggi banyak melupakan hasil pembiayaan, angaran biaya, atau laporan karena melulu dalam arti memberi harapan bahwa akhir dari perbaikan hasil dan meningkatnya tanggapan untuk prioritas negara. Hasil survey kebanyakan memberi kesan bertentangan, artinya seleksi indikator keberhasilan  dan keberhasilan standar dan banyaknya yang dilupakan terhadap hasil dan pertanggungjwaban akhir dari apa yang mereka perbaiki. Memperbaiki hasil laporan memerlukan pemikiran yang keras tidak hanya dari terbitan tetapi “dari hasil yang digunakan”. Selanjutnya membuat hasil pembiayaan  atau anggaran biaya penuh dengan arti, artinya  menggunakan hasil untuk memperbaiki prestasi agar lebih baik dengan mentranfer/memindahkan sesuatu yang tidak ada artinya/tdk berharga   di antara persaingan perguruan tinggi.
Permasalahan Program Yang Nyata
Laporan hasil sebagian besar negara menderita/sengsara, dan negara melarang format memperkecil seperti tuisan agar mendukung dan mempermudah pembaca. Banyak laporan dengan ratusan halaman dan summary yang sedikit.  Juga banyak indikator yang membingungkan pembaca terutama prioritas negara dan prestasi yang dicapai mereka. Sebagian besar laporan kurang memberikan kesimpulan yang singkat, juga tanpa rekomendasi, hal ini karena kesibukan pengembil kebijakan negara sehinga apa yang diingikan dan dikehendaki tidak sesuai. Singkatnya laporan hasil seringkali secara detail adalah sama baik bagi pengambil kebijakan, juga bagi pelanggan potensial secara umum.
Budaya Akademik Kewarganegaraan
Hasil program yang tidak baik jelas bagi setiap warga negara, secara kolektif bertentangan, karena budaya dualisme yang berbeda (Bogue dan Hall, 2003:Chapter 1). Seharusnya hasil  pembiayaan dan laporan mengakui keduanya yaitu perbaikan institusi dan pertanggungjawaban eksternal sebagai tujuan yang diinginkan, negara dan pimpinan perguruan tinggi mengklaim program tersebut sebagian besar memiliki dampak  sebagai pertanggungjawaban eksternal  dan sangat sedikit untuk perbaikan institusional. Walaupun hasil program dibuat secara lalai/pandang enteng/asal-asalan dengan tinjauan ringkas, mereka juga berani melanggar aturan yang ada. Program mendorong keberhasilan melebihi gengsi dan disamping itu memerlukan evaluasi dan konsultasi. Kenyataan, ketidakpercayaan secara data kuntitatif, juga bukan data kualitatif yang mewakili harapan dari hasil pembiayaan, anggaran biaya dan laporan.
Indikator hasil laporan dan pembiayaan  tergabung dalam strategi investasi  dan model yang bertumpu pada pelanggan dengan memberikan kesan yang baik yang memungkinkan semakin dekat hubungannya dengan kewargaan negaranya dengan budaya komersial, prioritas negara dan kekuatan pasar.
Prospek Kedepan Untuk Keberhasilan Program
Meskipun menghadapi kesulitan, pertanggungjawaban terbaru untuk hasil rupa-rupanya masih seperti itu. Kedepan akan lebih jelas tentang laporan hasil, namun timbul permasalahan akan prospek dari hasil pembiayaan dan anggaran belanja. Laporan yang siap mencakup 46 negara berdasarkan prediksi SHEFOs pada tahun 2003, 80% sangat memungkinkan dan 20% berupaya untuk melanjutkannya/ menyesaikannya. Permasalahan yang menyebalkan dari hasil pembiayaan, anggaran belanja, dan khususnya laporan, sebagian besar hanya digunakan sebagai pendekatan dalam bentuk pertanggungjawaban yang baru sebagai suatu keberhasilannya. Perbaikan program adalah sangat kritis, pembayaran pajak tidak memungkinkan  untuk menerima konsep hasil yang akan memperhitungkan  kerja keras kecuali pendidikan tinggi.


Pertanggungjawaban Segitiga: Hubungan 3 Sudut
Keberhasilan program untuk pertanggungjawaban dilakukan secara segi tiga, dengan tiga sudut dari prioritas negara, perhatian akademik, dan kekuatan pasar. Penekanan pada ketiga program tersebut lebih kepada prioritas negara, sedangkan dua lainnya yang sangat penting untuk menutupi prioritas negara tersebut. Hasil perkembangan laporan menekankan issu pasar dari kemudahan akses siswa,  kekuatan pekerja dan pengembangan ekonomi, pelatihan guru dan kerjasama perguruan tinggi. Tidak mengherankan issu tersebut juga  menggambarkan prioritas negara. Indikator hasil pembiayaan dan laporan juga termasuk suatu ukuran yang mampu menunjukkan persentase dari indikator yang menggabarkan kombinasi strategi investasi dan model bertumpu pada pelanggan, gambaran keduanya prioritas negara dan kekuatan pasar, dan tampilan sedikit perhatian  dalam model sumber reputasi itu sering kali menjadi perhatian akademic. Hasil laporan memberikan kedekatan untuk pusat dari segitiga.


Gambar 4: Arus keberhasilan Program
Sistem Pertanggungjawaban Komprehensif
Permasalahan besar dengan keberhasilan program dengan semua rencana pertanggungjawaban adalah prakarsa yang dikesampingkan, ketidak keterkaitan untuk sistem pertanggungjawaban secara komprehensif. Malahan inisyatif yang kompeten, gabungan ketiga hasil program akan terbentuk suatu sistem pertanggungjawaban yang terintegrasi yaitu keterkaitan prioritas negara, perhatian perguruan tinggi, dan kebutuhan pasar
Laporan Hasil
Hasil laporan akan memberikan pertanggungjawaban. Inisyatif akan termasuk mendukung penuh prioritas negara, perhatian perguruan tinggi dan kebutuhan pasar karena itu cukup dengan mempublikasikan dengan biaya atau anggaran belanja yang mantap untuk mencapai hasil yang diharapkan. Setiap lima tahun dengan kelompok yang serupa akan meninjau kembali di depan publik  hasil laporan dan rekomendasi yang diharapkan untuk perubahan.
 
Gambar 5. Ideal Performance Program 
Hasil Anggaran Belanja
Keberhasilan anggaran belanja akan menambah konsekuensi finansial untuk mereview keberhasilan tersebut sebagai agenda adalah mengetahui apa masalah utamanya. Kesulitan yang nyata dengan adanya kebijakan adalah ketidaktentuan apakah pengambil kebijakan benar-benar mempertimbangkan keberhasilan perguruan tinggi di dalam anggaran belanja negara. Hubungannya dengan penjelasan untuk mereview setiap lima tahun keberhasilan sebagai agenda publik akan menghindarkan ketidaktentuan dan konsekuensi penambahan biaya sesuai periode waktu. Lima tahun sangat sempit juga akan membolehkan waktu yang cukup memahami atau menguasai hasil kritikan dari indikator untuk perguruan tinggi.
Hasil Pembiayaan
Dalam sistem pertanggungjawaban, hasil pembiayaan akan memberikan sebagian besar program dasar perguruan tinggi. Akar permasalahannya disini adalah ukuran alokasi anggaran belanja, jumlah program yang akan dicapai, dan tidak dapat dihindarkan dari tantangan di luar pembebanan perguruan tinggi.
Rekomendasi
Rekomendasi ini sebagian besar akan dapat meningkatkan hubungan antara ketiga hasil program yaitu prioritas negara, perhatian akademik, dan kekuatan pasar. Hal ini akan meningkatkan performance program dalam lembaga legislatif dan untuk peguruan tinggi dan meningkatkan dampak dari hasil yang dicapai bagi pengambil kebijakan:
1.      Dekan dan pimpinan dalam mengembangkan rencana institusi secara internal harus membawa laporan, anggaran belanja dan pembiayaan yang diturunkan untuk sekolah-sekolah dan tingkat departemen, dan juga membuat program yang sebagian besar sensitif untuk perhatian akademik
2.      Menambahkan suatu indikator rencana untuk hasil pembiayaan, anggaran belanja, atau gambaran laporan bagaimana perguruan tinggi dan universitas mampu menggunakan hasil dari program tersebut untuk memperbaiki hasil atau prestasi yang diinginkan.
3.      Gubernur, komisi legislatif, koordinasi kelembagaan dan bupati/pengawas, wakil institusi diharapkan untuk memberikan reaksi terhadap hasil produk  berdasarkan hasil program-program dan memberikan komentar untuk bagaimana mereka memasukkan informasi tersebut dalam perencanaan dan pembuatan keputusan.
4.      Termasuk konsideran dari hasil yang dicapai sebagai indikator penting dari hasil program kelembagaan dan meninjau kembali khususnya akreditasi.
5.      Pengembangannya sampai pada tingkat tinggi atau komisi  bisnis, pemerintah, kewarganegaraan, dan pimpinan pendidikan, agenda publik untuk pendidikan tinggi merupakan gambaran prioritas negara, perhatian akademik, dan kekuatan pasar  dan melakukan review setiap lima tahun sebagai agenda serta hasil yang dicapai pendidikan tinggi.


Daftar Pustaka

AB Susanto, 2008., Corporate Cultur & Organization Culture (A Strategic Management Approach), The Jakarta Consulting Group Partner Change: Jakarta.

Joseph C Burke, 2003., Reinventing Accountability (From Bureaucratic Roles To Performance Result, Chapter Ten).

Sandra L. Johnson, 1995., Reinventing the university (Managing and Financing Institutions of Higher Education, Printed in USA: Amerika.

No comments:

Post a Comment