(Menemukan Kembali Pertanggungjawaban dari Birokrasi terhadap Hasil
Prestasi)
(Oleh: Dr.Bovie Kawulusan., M.Si)
ABSTRAK
Keberhasilan anggaran belanja akan menambah konsekuensi finansial untuk
mereview keberhasilan dan permasalahan utama program. Kesulitan yang nyata
dengan adanya kebijakan adalah ketidaktentuan apakah pengambil kebijakan
benar-benar mempertimbangkan keberhasilan perguruan tinggi di dalam anggaran
belanja negara.
Dalam sistem pertanggungjawaban, hasil pembiayaan akan memberikan sebagian
besar pada program dasar perguruan tinggi. Akar permasalahannya disini adalah
ukuran alokasi anggaran belanja, jumlah program yang akan dicapai, dan tidak
dapat dihindarkan dari tantangan di luar pembebanan perguruan tinggi.
Hasil laporan akan memberikan pertanggungjawaban, dan kebanyakan berinisyatif
akan mendukung penuh prioritas negara,
perhatian perguruan tinggi dan kebutuhan pasar, karena itu cukup dengan
mempublikasikan dengan biaya atau anggaran belanja yang mantap untuk mencapai
hasil yang diharapkan. Setiap lima tahun dengan kelompok yang sama akan
meninjau kembali di depan publik hasil
laporan dan rekomendasi yang diharapkan untuk perubahan.
Key Words: Performance
Reporting, Funding, Budgeting
Pengertian Reinventing
Reinventing yang di Indonesiakan dengan
kata Reinvensi menurut Susanto (2008:399) adalah sebuah pertarungan
berskala besar yang memerlukan perjuangan panjang dan intensif dalam arena
politik, dalam institusi pemerintahan, serta dalam komunitas dan masyarakat, dalam arti bagaimana
memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya yang kecil secara optimal sehingga
menghasilkan perubahan yang besar.
Budiarto Danujaya (2008)
menggambarkan bahwa belakangan ini wacana mengenai perlunya menemuan kembali
(reinventing) ideologi bermunculan
di media massa. Rupanya kegerahan merebak di kalangan tokoh masyarakat maupun
pemerhati republik, menilik arah perkembangan kehidupan berbangsa dan
bermasyarakat, maupun pembangunan secara lebih menyeluruh, kian tidak jelas
juntrungannya.
Secara
dramatis tahun 90an konsep pertanggungjawaban bertentangan dengan peran
terhadap produk yang dihasilkan. Menemukan kembali atau penataan kembali
pemerintahan mulai dipublikasikan pada dekade ini yang didukung oleh
pemimpin-pemimpin publik (Osboene and Gaebler, 1992). Mereka memprioritaskan
pada penataan hasil yang lengkap dengan peran birokratis dan banyak
mentransformasikan kelembagaan mereka dari pelaku terhadap pengguna organisasi.
Lembaga-lembaga
pemerintah menginginan usaha-usaha swasta, mendorong prestasi saat operasional desentralisasi terhadap
kesulitan untuk pencapaian tujuan dan meperkirakan keberhsilan dan kebebasan
yang diprioritaskan.
Pertanggungjawaban
bagi pemerintah dan swasta, dipengaruhi oleh 2 unsur baik secara langsung dan
desentralisasi, dan saat ini diperlukan pengetahuan dan informasi dengan
kreatifitas dan kelihaian pekerja yang memiliki pengetahuan.
Sejumlah
gubernur dan legistatif menyimpulkan apa
yang baik diterapkan untuk dunia bisnis dan pemerintah juga untuk industri
pendidikan di pendidikan tinggi. Sampai
dengan akhir tahun 1990an, Dakota bagian utara melaporkan kesepakatan tentang
konsep pertanggungjawaban untuk pendidikan tinggi. Dakota utara mendefinisikan
pertanggungjawaban pada tahun 1980an merupakan definisi secara umum dan hampir
seluruhnya adalah pertanggungjawaban finansial/keuangan. Ukuran laporan
ditujukan agar lebih baik dari pada yang terakhir. Ini adalah suatu kebutuhan
sebagai langkah dari mikro manajemen kepada pertanggungjawaban yang menyakinkan
dalam arti yang lebih baik.
Menurut
Ruppert 1995, produksi yang dihasilkan selama 10 tahun, merupakan prestasi yang diwujudkan untuk pendidikan tinggi.
Pertanggungjawaban saat ini fokusnya bergeser perhatiannya dari akademik kearah
prioritas negara, tetapi pada akhir dekade ini merupakan momentum yang memiliki
perubahan terhadap kekuatan pasar,
dimana hasil yang diperoleh adalah permasalahan. Seringkali membantu, menemukan
kembali pertanggungjawaban dalam
pendidikan tinggi membuktikan lebih mudah menyatakan untuk dipraktekkan.
Cepatnya
perkembangan dalam dekade ini merupakan langkah mendukung pemenuhan birokrasi kepada keberhasilan
program:
Pertama: kebanyakan dari pemerintah dan pelaku bisnis, mengeluh
terhadap kualitas atau mutu dari guru dan siswa fakultas, keasikan/kemudahan
lulusan atau tamatan pelajaran dan penelitian, mengabaikan mereka yang belum
medapatkan gelar pendidikan, berkembangnya administrasi dan dukungan staf, perkembangnya
misi orang-orang yang tidak disukai, dan program yang tidak jelas. Mereka
membebankan penerimaan perguruan tinggi negeri juga siswa yang tidak memenuhi
syarat, lulusan atau beberapa tamatan yang diakui, mengijinkan beberapa dari
mereka diberikan kesematan terlalu lama
untuk lulus/mendapatkan gelar, dan hasil produksi terlalu banyak lulusan
tanpa dibekali pengetahuan, ketrampilan
untuk kerja yang sesuai dengan perkembangan informasi dan ilmu pengetahuan. Keberhasilan
program dari tahun 1990an pada gilirannya mendapatkan kritik publik dalam
pencapaian tujuan kebijakan.
Kedua, selanjutnya gubernur dan DPR membuktikan
keberhasilan ekonomi dari negara bagian
tergantung pertumbuhan yang terus meningkat terutama kemampuan perguruan
tinggi negeri dan universitas untuk menghasilkan tenaga kerja berpengetahuan
terhadap ekonomi baru.
Ketiga, resesi ekonomi akhir tahun 1990an menurunkan pendapatan dan
keuangan negara untuk pendidikan tinggi.
Dampak yang terlihat dari pertumbuhan mengartikan pendidikan tinggi negeri mendapatkan
kenaikan, mengurangi biaya, dan
merespons kebutuhan-kebutuhan baru bagi negara. Program-program yang
dibutuhkan mendorong pendidikan tinggi
negeri kurang/sedikit melaksanakan
keduanya. Perguruan tinggi negeri dan
universitas selalu memilih untuk kedepan. Prioritas negara sekarang ini bukan
konsern kepada perguruan tinggi, namun tergantung dari apa yang akan datang.
Tiga kelompok prestasi/hasil
Dukungan
keberhasilan pembiayaan, penganggaran dan pelaporan merupakan gagasan “apa yang akan diukur adalah apa yang
meberikan nilai”, adalah hanya
sebagian saja yang benar. Hanya apa yang dibiayai, dianggarkan atau mungkin dilaporkan, mereka mengklaim,
sehingga akan menarik perhatian bagi perguruan tinggi dan DPR, dan mempengaruhi
keberhasilan pendidikan tinggi.
Sebagai
contoh ketiga keberhasilan program yang diawali tahun 1990an, menggambarkan
pada kurun waktu tersebut yaitu desentralisasi dengan karakteristik umum ketiga
prakarsa tersebut. Banyak contoh koordinasi atau konsolidasi lembaga
pemerintah untuk pendidikan tinggi tidak
mau komitmen dengan pimpinan negara, usaha untuk mempertanggungjawabkan terhadap otonomi kedepan. Kesepakatan
desentrlisasi banyak kekuasaan secara personal, anggaran, dan operasional
pimpinan perguruan tinggi, sebagai pengembalian untuk menerima pertanggungjawaban
dari perkembangan produktivitas, memperbaiki keberhasilannya, dan penanganan
reaksi untuk prioritas-prioritas negara. Keunggulan untuk “menemukan kembali pemerintah”, teori keberhasilan program
menggunakan hasil dan memperkirakan hasil
tetapi mengijinkan pimpinan perguruan
tinggi untuk memilih dalam pengertian mencapai keberhasilan. Respon terhadap
kritik publik umumnya kepada fokus ke-3
program terutama yaitu mahasiswa yang
belum lulus pendidikan dan pelajaran
penelitian dan terutama para lulusan (Burke and Associates, 2002; Burke and
Minassians, 2002b).
Definisi
Kekacauan
antara pengambil kebijakan negara dan perguruan tinggi keduanya tergantung pada
definisi hasil laporan, anggaran biaya, dan pembiayaan serta penjelasan dari setiap program yaitu:
1.
Kepercayaan
hasil laporan oleh masyarakat untuk mendorong perguruan tinggi dan universitas
mengejar prioritas negara dan memperbaiki prestasi lembaga atau institusi. Ini
merupakan asumsi bahwa institusi atau lembaga
dan individu melakukan yang terbaik ketika mereka mengetahui hasilnya
baik sesuai tanggapan publik. Koordinasi dan konsolidasi lembaga pemerintah
pada negara itu selalu berdasarkan laporan periodikal termasuk luasnya wilayah
dan keberhasilan institusi, kebanyakan untuk pendidikan tinggi negeri,
walaupun hanya beberapa, seperti alabama, Illinois, Missouri, dan
Tennessee, termasuk keterbatasan data untuk perguruan tinggi swasta dan
universitas (lihat chapter 2). Lembaga pemerintah sering kali secara terpisah
mendapatkan prestasi. Laporan itu digunakan untuk gubernur, DPR, dan pimpinan perguruan
tinggi dan mereka kelihatannya menginformasikan melalui webside dari hasil
kerjasama dalam sistem individu atau kelembagaan, termasuk beberapa laporan berupa
informasi langsung untuk prosektif siswa dan orang tua. Hasil laporan
tidak hanya berkaitan secara formal untuk pembelanjaan atau pengeluaran
negara atau anggaran negara. Pimpinan-pimpinan perguruan tinggi menyampaikan
laporan paling tidak dapat disetujui
dari hasil program, sementara itu pimpinan negara, tekanan berbagai pihak
terhadap keseluruhan pengeluaran-pengeluaran, secara alami sering kali suatu
program itu dapat menjanjikan tanpa alokasi pertanggungjawaban.
2.
Hasil
pengeluaran dan anggaran akan menambah keberhasilan institusi sebagai pertimbangan dalam anggaran
negara seperti, kecenderungan kenaikan arus pembiayaan pendaftaran siswa.
Bentuk yang mewakili faktor input
tersebut mengabaikan output dan outcome, seperti jumlah dan kualitas
lulusan serta jarak yang dapat diberikan manfat hasil pelayanan bagi
negara dan masyarakat. Beberapa negara
yang sebelumnya menerima program pembiayaan dari awal sampai akhir berkeinginan
membesarkan hati dan menjanjikan aktivitas perguruan tinggi. Keberhasilan pembiayaan dan penganggaran
menyimpang dari awal upaya terhadap alokasi sumberdaya untuk pencapaian
kesuksesan yang cukup baik dari pada
hasil yang dijanjikan (Burke and Associate 2002; Burke and Serban, 1998).
3.
Hasil
Pembiayaan merupakan dasar khusus pembiayaan negara secara langsung bagi perguruan
tinggi yang sangat ketat sebagai indikator keberhasilan perguruan. Ini sebagai
fokus pada tahapan distribusi proses anggaran. Hubungan antara pembiayaan dengan
hasil adalah ketat, otomtis, dan formulasi. Jika kesuksesan lembaga publik atau
universitas dilakukan sesuai dengan target, artinya suatu level kemajuan
terhadap menetapkan atau mendefinisikan indikator dalam memberikan petunjuk
penerimaan sejumlah atau presentasi dari pembiayaan negara.
4.
Hasil
anggaran belanja yang diperbolehkan gubernur, legislatif dan lembaga pendidikan
tinggi untuk mempertimbangkan prestasi perguruan tinggi sebagai indikator keberhasian dan salah satu
faktor penentu alokasi untuk perguruan
tinggi atau universitas. Konsentrasi pada hasil anggaran belanja terhadap
persiapan penganggaran belanja seringkali diabaikan, dan mengabaikan tahapan distribusi
anggaran belanja. Keberhasilan anggaran belanja kemungkinan akan menambah hak untuk perbaikan
atau mendorong keberhasilan yang semata-mata tergantung keputusan atau pendapat
dan kebijaksanaan negara, koordinasi atau system pejabat pegawai negeri.
Keuntungan dan kerugian dari setiap program adalah
kebalikan dari yang lain. Hasil anggaran
belanja adalah fleksibel, tetapi harus hati-hati/meragukan; hasil pembiayaan
adalah pasti dan tidak dapat dirubah.
Meskipun definisi, keraguan sering kali dibangun berbeda antara dua program.
Selain itu hubungan antara waktu, anggaran belanja negara dan hasil perguruan
tinggi dalam hasil anggaran belanja hampir hilang/tidak ada. Pengalokasian tergantung
dari salah satu program yang umumnya, arus biaya pendaftaran siswa, dan
pertumbuhan inflasi yang menghasilkan bagian dari pembiayaan bagi perguruan
tinggi negeri dan universitas sungguh sangat kecil.
Metode Permulaan
Metode
yang mengawali untuk mereka tergantung dari keterlibatan pengambil kebijakan
dari negara dan perguruan tinggi. Terdapat 3 tahap yang sifatnya kritis pada
permulaan metode ini yang saling berbeda:
1.
Pemberian
mandat/amanat-penentu; undang-undang negara,
keduanya memberi amanat program dan mandat sebagai indikator keberhasilan.
2.
Mandat–tanpa
penentu; Mandat undang-undang program namun membolehkan koordinasi dengan agen
negara, dalam melakukan konsultasi dengan pimpinan perguruan tinggi, sebagai
indikator pencapaian tujuan.
3.
Tanpa
mandat/amanat; koordinasi atau sistem kelembagaan, kerjasama dengan pimpinan perguruan
tinggi, akan menerima rencana diluar peraturan perundang-undangan.
Perintah
atau amanat terutama penjelasan yang sifatnya jelas akan mendorong merusak
program di dalam masyarakat akademis. Pemaksaan pimpinan negara, mereka
mengabaikan atau melalaikan pentingya konsultasi dan koordinasi, sistem dan
pimpinan perguruan tinggi. Sebaliknya tanpa mandat, pengambil kebijakan negara
tanpa pengertian membiarkan program dan inisiatif kepemilikan. Tanpa konsultasi
mengartikan bahwa Gedung DPR negara
tersebut tidak konsen terhadap perguruan tinggi.
Metode
inisiatif apapun yang keberlanjutan dan efektive dari keberhasilan program,
tergantung pada dorongan atau dukungan negara dalam kerjasama dan koordinasi
pimpinan perguruan tinggi akan keberlangsungan program,. Program tanpa mandat
atau perintah sering kali sesuatu yang sifatnya tidak dilakukan secara
sukarela. Koordinasi para pemimpin di Arkansas, menjelaskan kembali hal-hal
yang tidak diketahui, kira-kira seperti apa program mereka tanpa mandat atau
perintah dalam hasil pembiayaan.
Koordinasi ini kami lakukan tidak sendiri
sebelum mereka lakukan program itu (Burke and Associates, 2002, p. 219).
Banyak
pemberian mandat dari permulaan program-program dalam keberhasilan pembiayaan
dan anggaran belanja dan dalam kasus keberhasilan pembiayaan juga menjelaskan
secara rinci indikator-indikatornya. Mandat untuk pembiayaan program tidak melebihi
10 tahun.
Laporan
hasil survey tahunan dari pembiayaan untuk petugas perguruan tinggi negara
(SHEFOs) State Higher Education Finance Officers pada bulan Juni 2003
menggabarkan 53% dari pembiayaan program
di luar mandat, dan dari program dengan mandat hanya 27% sebagai indikator
penentu. Keberhasilan anggaran belanja mencapai 57% dengan mandat, tetapi hanya
10% indikator penentunya. Mandat sesuai undang-undang nampak lebih berperan
dalam hasil laporan dimulai dengan status 2 s.d 3, tetapi lebih sedikit atau
lebih kecil indikator yang dilaporkan (Burke and Minassians, 2003).
Prestasi atau hasil Program (Komponen yang
terkait)
Menurut
Burke and Serban (1998) mengatakan bahwa hasil pembiayaan, anggaran belanja, dan
pelaporan merupakan bagian dari beberapa komponen:
1.
Tujuan
program
2.
Program
yang akan dicapai
3.
Indikator
Hasil
4.
Standar
keberhasilan
Komponen
lainnya yang dapat diterapkan hanya untuk keberhasilan pembiyaan adalah:
1.
Level
pembiayaan
2.
Sumber
pembiayan
3.
Metode
atau cara mengalokasikan pembiayaan
Keberhasilan Atau Kemenangan Dari Laporan
Berdasarkan
hasil survey dari SHEFOs menunjukkan bahwa keberhasilan program tahun 2003
seperti tabel berikut:
Tabel 1.
Performance Programs 2003
No.
|
Performance
|
Amount State
|
|
1.
|
Reporting
|
46 (92%)
|
1. Alabama, 2. Alaska, 3.
Arizona, 4. Arkansas, 5........., 45. Wisconsin, 46. Wyoming |
2.
|
Budgeting
|
21 (42%)
|
1. California, 2. Connecticut,
3. Florida, 4........, 21. Wisconsin. |
3.
|
Funding
|
15 (30%)
|
1. Colorado, 2, Connecticut, 3.
Florida, 4......., 14, Tennessee, 15. Texas |
Performance Indicator Preferences
Indikator
keberhasilan yang diinginkan pada 29 negara yang digunakan pada tahun 2001, dan
11 negara untuk keberhasilan pembiayaan program tahun 1998 menurut Burke and
Minassians dan Serban (2002, 1998) seperti tabel berikut:
Tabel 2: Sebagian Besar Indikator Yang Umum
No.
|
Performance
Reporting (29 Negara)
|
State
|
Performance Funding (11 Negara) |
State
|
1.
|
Lulusan
dan miliki ijasah
|
24
|
Lulusan
dan miliki ijasah
|
10
|
2.
|
Pendaftaran
rasial
|
21
|
Pendaftaran
rasial
|
8
|
3.
|
Membiayai
penelitian
|
20
|
Transfer
mahasiswa
|
6
|
4.
|
Transfer
siswa
|
19
|
Beban
kerja fakultas/bagian
|
5
|
5.
|
Membayar
uang kuliah
|
18
|
Menentukan
institusi
|
5
|
6.
|
Bantuan
pembiayaan
|
17
|
Time
to degree
|
5
|
7.
|
Pemberian Derajad penghargaan |
16
|
Lisensi
Score
|
4
|
8.
|
Lisensi
score
|
16
|
Kekuatan pekerja dan dorongan
ekonomi |
4
|
9.
|
Rata-rata
partisipasi PT
|
16
|
Perbedaan
bagian dan staf
|
3
|
10.
|
Bebas
mendaftar
|
14
|
K-16
linkages
|
3
|
11.
|
Aktivitas
perbaikan
|
14
|
Biaya
staf non snstruksional
|
3
|
12.
|
Aplikasi
pembiayaan negara
|
13
|
Duplikasi
program
|
3
|
13.
|
Meningkatnya
pendaftara
|
13
|
Kepuasan
surveys
|
3
|
14.
|
Penempatan
pekerjaan
|
13
|
Membiayai
penelitian
|
3
|
15.
|
Jarak Pembelajaran dengan
teknologi |
13
|
Standar
test score
|
3
|
16.
|
Pendaftaran penduduk setempat |
12
|
Jarak
Pembelajaran dengan teknologi
|
3
|
Dua
program yang penekanannya pada beberapa
indikator yang sama antara lain lulusan, transfer, dan job placement rates,
licensure test scores, sponsored research, dan teknology distance learning.
Meskipun ada persamaan indikator pada hasil pelaporan menyatakan juga
menekankan kepada access, affordability, perbedaan, dengan mengukur trend
pendaftaran, perbedaan siswa, biaya-biaya dan uang kuliah, dan bantuan
financial. Hasil pembiayaan secara alami
tidak menghargai perkembangan akses, ketika anggaran biaya untuk perguruan
tinggi pemerintah/negeri dan universitas
tersedia membiayai yang dialokasikan untuk pendaftaran secara reguler.
Selanjutnya pembiayaan program ini akan tidak menambah keuangan untuk
meningkatkan bantuan keuangan karena
keuangan negara sudah termasuk bantuan tersebut. Hasil pembiayaan yang
dibayarkan lebih menekankan kepada
ukuran efisiensi suatu bagian dengan kapasitas kerja dan waktu yang cukup.
Indikator keberhasilan dan lambatnya
kebijakan
Bagian
ini sangat tergantung pada kecepatan bergesernya prioritas negara. Isu-isu dan
indikator yang menurunkan produk dari permasalahan yang dirasakan terutama
penentuan waktu. Permasalahan yang pernah muncul mempercepat menyurutkan lagi
saat merespon kebijakan dan lambat laun hilang.
Inisyatif negara umumnya tertinggal atau lambat dibandingkan dengan issu
kebijakan, munculnya permasalahan yang sering lebih cepat dari kebijakan
(Burke, Minnasians, and Yang, 2002).
Hasil
pembiayaan bagi perguruan tinggi muncul pertama pada awal tahun 1990an Program
pengembangan setelah resesi ekonomi nasional dan mempromosikan membatasi ukuran
pendapatan secara resmi dari penghasilan untuk pengendalian pendapatan.
Penyehatan ekonomi dan pendapatan, pada pertengahan dekade tersebut, dan saat
yang baru ini lebih konseren pada kapan laporan hasil bisa diperluas lagi.
Pusatnya terhadap akses siswa yang dihadapkan pada gema meningkatnya kelahiran
bayi (Baby Boom) dan pelatihan kekuatan pekerja serta pengembangan ekonomi
dalam reaksi untuk ekonomi baru. Konsern kebijakan terakhir merubah fokus dari
cara efisiensi dan produktivitas kepada prioritas negara dalam pelatihan guru
dan kerjasama sekolah-perguruan tinggi.
Sekalipun
hasil laporan sebagai issu indikator
yang mendesak di dalam lembaga legislatif, sering kali pemerintah terlambat.
Sebagai contoh hanya 9 dari 29 hasil laporan dalam penelitiannya memiliki indikator dengan penekanan pada issu latihan guru dan hanya 9 dari K-16
yang bekerjasama, masih melakukan
penggabungan dari setiap prioritas negara yang utama untuk pendidikan tinggi
termasuk kedua topik tersebut.
Meskipun
issu kebijakan memiliki batas waktu, mereka juga menyatakan untuk mengulang
kembali. Catatan dari hasil laporan
sejak tahun 1990an penekanannya pada percepatan, dengan kesalahan yang
kecil dalam anggaran belanja negara dan memangkas pembiayaan pendidikan tinggi
dengan penekanan pada indikator efisiensi
dan produktivitas, laporan yang lengkap tidak pernah ditinggalkan.
Keterlambatan
kebijakan dapat menjelaskan keberlangsungan protes dari pemerintah dan pimpinan
bisnis terhadap pendidikan tinggi adalah
tidak responsif terhadap negara dan kepentingan bisnis. Lembaga legislatif
negara dan perguruan tinggi negeri menjalankan dengan tepat, meskipun mereka
yang tidak mendukung tidak bergabung dengan salah satu kekuatan yang membuat
sesuatu menjadi lambat dan lebih lambat lagi.
Jenis Indikator, Nilai, dan Model-model
yang baik
Jenis
indikator, nilai kebijakan, dan model yang baik dapat diukur secara tidak
langsung dengan menyatakan maksud dan
tujuan dari pengambil kebijakan dan siapa yang menerimanya. Mereka juga
menampilkan sebagai pembuat kebijakan
jarang membuat suatu usaha yang serius untuk menyesuaikan indikator untuk layak
diakui dan tergantung pada pelaksanaan dan tujuan dari 2 dan 4 tahun dari
lembaga tersebut.
Hasil
analisis dari jenis indikator, nilai, dan model yang baik yang pertama
dibicaraan persentase bagi jumlah total indikator yaitu 158 untuk hasil laporan
dan 66 untuk hasil pembiayaan, dan presentasi untuk beberpa program hanya
menjelaskan 16 yang dapat terukur (lihat tabel 2). Indikator pelaporan diperoleh
dari 29 laporan penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2002 (Burke and
Minassians, 2002b). Indikator pembiayaan
digunakan dalam 11 program hasil pembiayaan pada hasil studi tahun 1998
(Burke and Serban, 1998).
Jenis Indikator
Retorika
dari hasil program mengklaim mereka untuk merubah fokus perguruan tinggi dan
universitas dari pemberi dorongan sumber input dan indikator proses kepada
output yang berpusat pada pelanggan dan outcome indikator. Kenyataan
menggambarkan beberapa tergantung dalam pemberian presentase dari jenis indikator (tabel 1) untuk 168
indikator laporan oleh sektor kelembagaan, mereka mengkombinasikan 36 persen
input, seperti 23 persen menentang output, dan 18 persen outcome. Hanya 3 dari
11 program pembiayaan dalam studi ini digunakan siswa dan alumni untuk survey,
dan hanya 3 standart test score dalam sekolah umum, untuk outcome pembelajaran,
walaupun 4 mengaku menggabungkan test score secara profesional di lapangan.
Perubahan dari Internal ke Eksternal Fokus
Sebagai suatu harapan, dua indikator yaitu
program laporan dan program pembiayaan berubah dari internal fokus yang diduga
sejak tahun 1980an à kepada tekanan eksternal dari prioritas negara
tahun 1990an.
Memperhatikan
keseluruhan indikator, terdapat 2-3 dari hasil laporan dan hampir sama
presentasinya dalam menekankan kepada hasil pembiayaan dengan penekanan kepada
perhatian masyarakat secara external, dan sebaliknya untuk perhatian kepada
internal academik. Motivasi eksternal terhadap hasil laporan yang baik untuk 3
kuartal atau 9 bulan, sebagian besar yang terukur. Secara jelas, kedua hasil
program, secara tradisional dalam internal akademik menekankan tidak mencapai prioritas negara secara
eksternal. Hasil laporan juga menggambarkan perhatian yang cukup kepada
kekuatan pasar, menggambarkan perhatian siswa dan para pelanggan.
Kebijakan Menilai
Secara
tidak langsung indikator utama kebijakan menilai dari kualitas atau mutu, efisiensi,
kewajaran/keadialan, dan pilihan. Indikator kualitas termasuk item SAT atau ACT score, program
peninjauan kembali, atau licensure test score. Efisiensi menekankan kepada keterkaitan
pemanfaatan biaya, sebagai suatu ukuran waktu dan rata-rata lulus atau
mendapatkan gelar. Siswa, fakultas dan staf terhadap ras, jender akan merupakan
indikator yang adil/wajar. Perguruan tinggi memilih satu atau beberapa misi
utama merupakan ukuran yang sebagian besar nyata/jelas sebagai indikator yang
dipilih.
Indikator
efisiensi dan keadilan hampir sama di dalam jumlah total dari ukuran hasil yang
dilaporkan. (gambar 2). Seperti hasil pembiayaan ternyata persentasi tertinggi ada pada
indikator efisiensi dan kualitas, tidak kurang dari 20 persen dari total yang
menggambarkan gabungan keduanya yaitu efisiensi dan kualitas.
Laporan
yang dihasilkan meluas jika dikehendaki kasus memiliki peran yang bertentangan dengan pihak-pihak pelaksana yang
berkentingan, dan banyak pembuat kebijakan menerima perhatian yang berbeda.
Tidak semua program diberikan perhatian untuk kebijakan menilai dan memilih.
Keunggulan Model/Model yang baik
Indikator juga diterapkan untuk model yang baik
sebagai niat dari pembuat kebijakan untuk perguruan tinggi dan universitas. Studi
mereka menggunakan strategi investasi model berdasarkan analisis
manfaat dan biaya menggambarkan prioritas negara, seperti rata-rata lulusan. Sumber reputasi
model adalah suatu jenis dorongan bagi penyedia, konsentrasi
terhadap akademik yang terlihat pada SAT
dan ACT score. Kekuatan pasar terhadap
permintaan siswa dan pelanggan lainnya mengendalikan model yang berpusat pada pelanggan
yang terukur, seperti servey kepuasan siswa. Ketiga model jika diparalelkan pada
tiga referensi yang tertuju pada pertanggungjawaban secara segitiga seperti
dijelaskan pada bab I di muka yaitu prioritas negara, perhatian akademik, dan
kekuatan pasar.
Program yang dihasilkan/dicapai
Penilaian keberhasilan dan efektifnya program
pembiayaan dan program laporan, kami menggunakan 2 sumber survey: pertama dari
hasil laporan tahun 2001 dan ke dua dari hasil pembiayaan tahun 2002. Pertanyaan
pertama tentang bantuan terhadap gubernur, pimpinan legislatif atau yang
mewkili perguruan tinggi, dan SHEFOs pada 29 negara bagian berdasarkan laporan
hasil.
Keterangan: SIÃ Strategi Investment; CC Ã Client Centered; RR Ã Resource Reputation; MIXED Ã Penggabungan
Umumnya
menjawab rata mereka yang memiliki posisi, dari 29 gubernur 46% menerima bantuan, dan hampir 33% bantuan untuk
pimpinan legislatif dari 16 negara bagian; dan lebih dari 44% direktur atau pimpinan lembaga survey dari
institusi riset menjawabnya menerima bantuan. Survey pembiayaan yang digunakan
presiden, wakil presiden, dekan akademic, dan semua pimpinan departemen
pemerintah, termasuk 2 dan 4 tahun perguruan tinggi dan universitas di Florida, Missouri, Ohio, South Carolina,
dan Tennessee (Burke and Associate, 2002) dengan respon rata-rata mencapai 45
persen.
Keinginan dan Tujuan Keberhasilan
Beberapa
pendapat yang bertentangan, pimpinan perguruan tinggi terlihat semua menerima
empat tujuan dari hasil program, termasuk pertanggungjawaban external, tetapi
mereka menghendaki sebagai yang menentukan. Pertama
bebas dan hati-hati dalam memperbaiki
institusinya, kedua mengikuti
perkembangan pembiayaan negara, Mereka melihat respon untuk kebutuhan negara
sangat sulit/seret di tiga wilayah dan pertanggungjawaban yang berbeda di 4
wilayah. (Burke and Minassians, 2002b). Walaupun keinginan responden negara dan
perguruan tinggi dari kedua survey
menyatakan hasil laporan dan pembiayaan hasilnya jelas, namun hanya pelaksanaan
pertanggung jawabannya yang bersifat sesaat, terbaik hanya minimal dampak
pertumbuhan pembiayaan negara atau meningkatnya keberhasilan lembaga. Pertama, Rata-rata tanggapan dari semua
yang memiliki posisi terhadap survey keberhasilan pertanggung jawaban ekternal,
kedua, pertemuan pembicaraan
kebutuhan negara, dan bertambah baiknya hasil yang sebelumnya berbeda, dan
pertumbuhan pembiayaan negara yang sangat kecil.
Beberapa
variasi dari pimpinan komisi memposisikan
terhadap hasil laporan yaitu: pertama,
mereka rata-rata merespon untuk kebutuhan negara, dan kedua, menerapkan
pertanggungjawaban. Sesungguhnya pimpinan perguruan tinggi dan pimpinan negara
harus mempertahankan kepentingan reaktif
dari pelakanaan pertanggungjawaban dan tanggapan untuk kepentingan
negara, rata-rata kaum miskin meningkatkan keberhasilan institusi dan sebagian
lagi mengecewakan kedua kelompok.
Dampak Terhadap Peningkatan Prestasi/Hasil
Manual
survey dari SHEFOs pada Juni 2003 mengijinkan mengungkapkan dampak dari laporan
hasil, anggaran belanja, dan pembiayaan terhadap pengembangan atau peningkatan
hasil dari perguruan tinggi dan universitas negeri. Tidak satupun dari hasil 3
program yang memberikan alasan dampak
dari perbaikan atau peningkatan. Sejujurnya, kesulitan anggaran belanja
tahunan akan sulit dalam kurun waktu
untuk menilai dampak yang relatif dari laporan, dan khususnya pembiayaan atau
anggaran belanja, program peningkatan institusi.
Pertimbangan yang berdampak sederhana
Perhatian
pengabdian terhadap keberhasilan program, rupanya mereka mempertanyakan mengapa
memiliki dampak yang sederhana terhadap
peningkatan kebijakan yang diambil dan keberhasilan institusi?. Survey dengan
penekanan pada beberapa jawaban, termasuk kurangnya keakrapan, kurangnya umpan
balik, pertentangan yang berlebihan, dan
melupakan akhir dari program, fakta permasalahan prorgam, dan penekanan pada
tempat tinggal sebagai warganegara melebihi dari budaya akademik.
Kurangnya Keakraban
Survey
hasil pembiayaan dan laporan menggambarkan kedua program mendatangkan
peningkatan yang tidak tampak di perguruan tinggi karena berada di bawah level
wakil presiden, dimana hasil sebagian besar, hampir 90 persen presiden dan
wakil presiden dalam survei tersebut mengatakan mereka akrap dengan hasil
pembiayaan program di negara mereka, namun lebih 40 persen para dekan/ketua
program, dan lebih dari 60 persen pimpinan departemen mengakui atau tidak
akrap.
Kurangnya Umpan-balik
Keluhan
dari koordinasi pimpinan badan atau lembaga dari New Mexico menceritakan kisah
tentang kurangnya perhatian terhadap umpan balik “kita....meletakkan
bersama-sama laporan yang mana gagasan atau pikiran kami akan memberikan atau
menyediakan informasi yang lengkap.
Namun demikian kami mempunyai dan mendapatkan reaksi yang sama laporan yang
terlambat kami terima untuk satu atau dua laporan ada yang hilang” (Mercer,
1993:A37). Tidak ada hasil program yang dibutuhkan sebagai reaksi terhadap
hasil dari pemimpin negara, koordinasi atau sistem lembaga negara, atau
wakil/wali perguruan tinggi, dan studi kita memberikan kesan feedback jarang
terjadi. Ketika hasil laporan diperlukan berulang kali memperoleh hasil tanpa
reaksi atau tanggapan dari pembuat kebijakan, bagi perguruan tinggi sudah
menjadi rutin. Kurangnya perhatian terhadap pentingnya umpan balik merupakan
hambatan atau permasalahan dimasa mendatang.
Pertentangan dan Lupa Tujuan
Pengambil
kebijakan negara dan perguruan tinggi banyak melupakan hasil pembiayaan,
angaran biaya, atau laporan karena melulu dalam arti memberi harapan bahwa
akhir dari perbaikan hasil dan meningkatnya tanggapan untuk prioritas negara.
Hasil survey kebanyakan memberi kesan bertentangan, artinya seleksi indikator
keberhasilan dan keberhasilan standar
dan banyaknya yang dilupakan terhadap hasil dan pertanggungjwaban akhir dari
apa yang mereka perbaiki. Memperbaiki hasil laporan memerlukan pemikiran yang
keras tidak hanya dari terbitan tetapi “dari hasil yang digunakan”. Selanjutnya
membuat hasil pembiayaan atau anggaran
biaya penuh dengan arti, artinya
menggunakan hasil untuk memperbaiki prestasi agar lebih baik dengan
mentranfer/memindahkan sesuatu yang tidak ada artinya/tdk berharga di antara persaingan perguruan tinggi.
Permasalahan Program Yang Nyata
Laporan
hasil sebagian besar negara menderita/sengsara, dan negara melarang format
memperkecil seperti tuisan agar mendukung dan mempermudah pembaca. Banyak
laporan dengan ratusan halaman dan summary yang sedikit. Juga banyak indikator yang membingungkan
pembaca terutama prioritas negara dan prestasi yang dicapai mereka. Sebagian
besar laporan kurang memberikan kesimpulan yang singkat, juga tanpa
rekomendasi, hal ini karena kesibukan pengembil kebijakan negara sehinga apa yang
diingikan dan dikehendaki tidak sesuai. Singkatnya laporan hasil seringkali
secara detail adalah sama baik bagi pengambil kebijakan, juga bagi pelanggan
potensial secara umum.
Budaya Akademik Kewarganegaraan
Hasil
program yang tidak baik jelas bagi setiap warga negara, secara kolektif
bertentangan, karena budaya dualisme yang berbeda (Bogue dan Hall, 2003:Chapter
1). Seharusnya hasil pembiayaan dan
laporan mengakui keduanya yaitu perbaikan institusi dan pertanggungjawaban
eksternal sebagai tujuan yang diinginkan, negara dan pimpinan perguruan tinggi
mengklaim program tersebut sebagian besar memiliki dampak sebagai pertanggungjawaban eksternal dan sangat sedikit untuk perbaikan
institusional. Walaupun hasil program dibuat secara lalai/pandang enteng/asal-asalan
dengan tinjauan ringkas, mereka juga berani melanggar aturan yang ada. Program
mendorong keberhasilan melebihi gengsi dan disamping itu memerlukan evaluasi
dan konsultasi. Kenyataan, ketidakpercayaan secara data kuntitatif, juga bukan
data kualitatif yang mewakili harapan dari hasil pembiayaan, anggaran biaya dan
laporan.
Indikator
hasil laporan dan pembiayaan tergabung dalam
strategi investasi dan model yang
bertumpu pada pelanggan dengan memberikan kesan yang baik yang memungkinkan
semakin dekat hubungannya dengan kewargaan negaranya dengan budaya komersial,
prioritas negara dan kekuatan pasar.
Prospek Kedepan Untuk Keberhasilan Program
Meskipun
menghadapi kesulitan, pertanggungjawaban terbaru untuk hasil rupa-rupanya masih
seperti itu. Kedepan akan lebih jelas tentang laporan hasil, namun timbul permasalahan
akan prospek dari hasil pembiayaan dan anggaran belanja. Laporan yang siap
mencakup 46 negara berdasarkan prediksi SHEFOs pada tahun 2003, 80% sangat
memungkinkan dan 20% berupaya untuk melanjutkannya/ menyesaikannya. Permasalahan
yang menyebalkan dari hasil pembiayaan, anggaran belanja, dan khususnya laporan,
sebagian besar hanya digunakan sebagai pendekatan dalam bentuk
pertanggungjawaban yang baru sebagai suatu keberhasilannya. Perbaikan program
adalah sangat kritis, pembayaran pajak tidak memungkinkan untuk menerima konsep hasil yang akan memperhitungkan kerja keras kecuali pendidikan tinggi.
Pertanggungjawaban Segitiga: Hubungan 3
Sudut
Keberhasilan
program untuk pertanggungjawaban dilakukan secara segi tiga, dengan tiga sudut
dari prioritas negara, perhatian akademik, dan kekuatan pasar. Penekanan pada
ketiga program tersebut lebih kepada prioritas negara, sedangkan dua lainnya
yang sangat penting untuk menutupi prioritas negara tersebut. Hasil
perkembangan laporan menekankan issu pasar dari kemudahan akses siswa, kekuatan pekerja dan pengembangan ekonomi,
pelatihan guru dan kerjasama perguruan tinggi. Tidak mengherankan issu tersebut
juga menggambarkan prioritas negara.
Indikator hasil pembiayaan dan laporan juga termasuk suatu ukuran yang mampu menunjukkan
persentase dari indikator yang menggabarkan kombinasi strategi investasi dan
model bertumpu pada pelanggan, gambaran keduanya prioritas negara dan kekuatan
pasar, dan tampilan sedikit perhatian
dalam model sumber reputasi itu sering kali menjadi perhatian akademic.
Hasil laporan memberikan kedekatan untuk pusat dari segitiga.
Gambar 4: Arus keberhasilan Program
Sistem Pertanggungjawaban Komprehensif
Permasalahan
besar dengan keberhasilan program dengan semua rencana pertanggungjawaban
adalah prakarsa yang dikesampingkan, ketidak keterkaitan untuk sistem
pertanggungjawaban secara komprehensif. Malahan inisyatif yang kompeten,
gabungan ketiga hasil program akan terbentuk suatu sistem pertanggungjawaban
yang terintegrasi yaitu keterkaitan prioritas negara, perhatian perguruan
tinggi, dan kebutuhan pasar
Laporan Hasil
Hasil
laporan akan memberikan pertanggungjawaban. Inisyatif akan termasuk mendukung
penuh prioritas negara, perhatian perguruan tinggi dan kebutuhan pasar karena
itu cukup dengan mempublikasikan dengan biaya atau anggaran belanja yang mantap
untuk mencapai hasil yang diharapkan. Setiap lima tahun dengan kelompok yang
serupa akan meninjau kembali di depan publik
hasil laporan dan rekomendasi yang diharapkan untuk perubahan.
Gambar 5. Ideal Performance Program
Hasil Anggaran Belanja
Keberhasilan
anggaran belanja akan menambah konsekuensi finansial untuk mereview
keberhasilan tersebut sebagai agenda adalah mengetahui apa masalah utamanya.
Kesulitan yang nyata dengan adanya kebijakan adalah ketidaktentuan apakah
pengambil kebijakan benar-benar mempertimbangkan keberhasilan perguruan tinggi
di dalam anggaran belanja negara. Hubungannya dengan penjelasan untuk mereview
setiap lima tahun keberhasilan sebagai agenda publik akan menghindarkan
ketidaktentuan dan konsekuensi penambahan biaya sesuai periode waktu. Lima
tahun sangat sempit juga akan membolehkan waktu yang cukup memahami atau
menguasai hasil kritikan dari indikator untuk perguruan tinggi.
Hasil Pembiayaan
Dalam
sistem pertanggungjawaban, hasil pembiayaan akan memberikan sebagian besar
program dasar perguruan tinggi. Akar permasalahannya disini adalah ukuran
alokasi anggaran belanja, jumlah program yang akan dicapai, dan tidak dapat
dihindarkan dari tantangan di luar pembebanan perguruan tinggi.
Rekomendasi
Rekomendasi
ini sebagian besar akan dapat meningkatkan hubungan antara ketiga hasil program
yaitu prioritas negara, perhatian akademik, dan kekuatan pasar. Hal ini akan meningkatkan
performance program dalam lembaga legislatif dan untuk peguruan tinggi dan
meningkatkan dampak dari hasil yang dicapai bagi pengambil kebijakan:
1.
Dekan
dan pimpinan dalam mengembangkan rencana institusi secara internal harus membawa laporan, anggaran belanja dan pembiayaan
yang diturunkan untuk sekolah-sekolah dan tingkat departemen, dan juga membuat program yang sebagian besar sensitif
untuk perhatian akademik
2.
Menambahkan
suatu indikator rencana untuk hasil
pembiayaan, anggaran belanja, atau gambaran laporan bagaimana perguruan tinggi
dan universitas mampu menggunakan hasil dari program tersebut untuk memperbaiki
hasil atau prestasi yang diinginkan.
3.
Gubernur,
komisi legislatif, koordinasi kelembagaan dan bupati/pengawas, wakil institusi diharapkan
untuk memberikan reaksi terhadap hasil produk
berdasarkan hasil program-program dan memberikan komentar untuk
bagaimana mereka memasukkan informasi tersebut dalam perencanaan dan pembuatan
keputusan.
4.
Termasuk
konsideran dari hasil yang dicapai sebagai indikator penting dari hasil program
kelembagaan dan meninjau kembali khususnya akreditasi.
5.
Pengembangannya
sampai pada tingkat tinggi atau komisi
bisnis, pemerintah, kewarganegaraan, dan pimpinan pendidikan, agenda
publik untuk pendidikan tinggi merupakan gambaran prioritas negara, perhatian
akademik, dan kekuatan pasar dan
melakukan review setiap lima tahun sebagai agenda serta hasil yang dicapai
pendidikan tinggi.
Daftar Pustaka
AB Susanto, 2008.,
Corporate Cultur & Organization Culture (A Strategic Management Approach),
The Jakarta Consulting Group Partner Change: Jakarta.
Joseph C Burke, 2003.,
Reinventing Accountability (From Bureaucratic Roles To Performance Result,
Chapter Ten).
No comments:
Post a Comment