Thursday 14 January 2016

THE STRATEGY OF TRAINING MANAGEMENT DEVELOPMENT




(A Study on the Contributions of Strategic Factors of  Training
Management to the Quality of  Trainers’ Performance
in the Provincial Training Center of Lampung)
(Dr. Bovie Kawulusan.,M.Si*)

ABSTRACT


The existence of trainers is crucial for a training institution since training programs do not exist without them. A trainer possesses  general and technical skills to improve the quality of human resources through training programs.
The study focuses on the improvement of trainers’ performance in developing training management. Research question is how far strategic factors of training development have contributed to the performance of the trainers who work for Provincial Training Center of Lampung. The study aims at seeking for information about strategies for training management development and the trainers’ performance quality.
The study refers to a grand theory of human resources management developed by  John T. Seyfarth (2002). It adopts a quantitative approach and applies a path analysis. Findings show that total effect of training policy, leadership, resources, work climate, and management quality on the quality of trainers’ performance is 49.4 per cent, and the other 50.6 per cent was determined by other variables.
It is recommended to 1) evaluate and review the implementation of local government policies in accordance with demands for regional autonomy related to strategies for training management development; 2) to strengthen and encourage effective leadership to firmly and audaciously implement policies, play leadership roles, and use resources, and create a conducive work climate and apply the training quality management; and 3) to apply alternative strategic models of training development management.  


ABSTRAK

Keberadaan Widyaiswara sangat diutamakan dalam lembaga Diklat karena tanpa Widyaiswara kegiatan kediklatan tidak dapat dilaksanakan. Widyaiswara memiliki ketrampilan umum (general skill) dan ketrampilan teknis (technical skill) dalam meningkatkan kualitas SDM melalui kediklatan.
Batasan masalah adalah pengembangan kinerja Widyaiswara untuk pengembangan manajemen Diklat dengan rumusan masalah adalah seberapa besar atau seberapa kuat kontribusi faktor-faktor strategis pengembangan manajemen Diklat terhadap kualitas kinerja Widyaiswara di Badan Diklat daerah di Provinsi Lampung. Tujuan  penelitian adalah untuk mendapatkan pemahaman tentang strategi pengembangan manajemen Diklat dan kualitas kinerja Widyaiswara.
Grand theory  dalam penelitian ini adalah Manajemen Sumber Daya Manusia John T. Seyfarth (2002). Prosedur penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan path analysis. Temuan hasil penelitian adalah kontribusi total (total effect atau TE) dari kebijakan, kepemimpinan, sumber daya, iklim kerja dan manajemen mutu proses Diklat terhadap kualitas kinerja Widyaiswara 49,4 persen dan sisanya 50,6 persen ditentukan oleh variabel lain.
Rekomendasi 1) Mengevaluasi dan mengkaji kembali implementasi kebijakan pemerintah dalam bentuk kebijakan daerah sesuai dengan tuntutan otonomi daerah yang berkaitan dengan strategi pengembangan manajemen Diklat, 2. Ketegasan dan keberanian pimpinan dalam  mengimplementasikan kebijakan, peran kepemimpinan, pemanfaatan sumber daya, menciptakan iklim kerja yang kondusif dan menerapkan manajemen mutu proses Diklat, 3) mengimplementasikan alternatif model strategi pengembangan manajemen Diklat.

Latar Belakang

Organisasi pemerintah selama ini dipersepsikan sebagai memiliki budaya birokrasi yang kuat yang menurut Susanto (2008:381) dicirikan oleh struktur, hirarhi, serta berbagai macam aturan yang kaku, tidak berani mengambil risiko, tidak efektifnya kerjasama di antara para anggotanya, serta kurangnya kompetensi dan motivasi. Hal ini mengakibatkan masih banyak lembaga pemerintahan yang masih lamban dalam merespon berbagai peluang dan tantangan akibat perubahan yang sangat cepat. Organisasi birokrasi sebagai sebuah inovasi yang luar biasa di masa lalu, dengan mengorganisasikan pembagian pekerjaan, menciptakan ketertiban dan seperangkat aturan yang memungkinkan berbagai macam spesialisasi bekerja dalam koordinasi guna mencapai tujuan akhir.  Susanto (2008:398) mengungkapkan organisasi publik memiliki kemiripan dengan seekor gajah kerena: “Gajah diyakini sebagai hewan yang lamban bergerak  dan tidak sensitif, namun sesungguhnya gajah dapat berlari  yang sangat cepat dan bersifat sensitif, hal ini mirip dengan organisasi publik yang diyakini memiliki kinerja yang rendah serta tidak sensitif, pada hal sesungguhnya organisasi publik seharusnya memiliki kinerja yang sangat baik serta menjadi sebuah model dari organisasi yang responsif”.
Mencapai status kinerja lembaga Diklat tidaklah mudah karena diperlukan kerja keras dan komitmen dari seluruh karyawan dalam instansi pemerintah tersebut dan diperlukan perubahan, reformasi, reinvensi, sehingga mampu menjadi pilar penting bagi peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh warga negera. Perubahan yang berkaitan dengan peningkatan kinerja lembaga Diklat, diarahkan untuk menciptakan nilai tambah guna memenangkan persaingan. Upaya   perubahan tersebut melalui langkah-langkah inovatif yang dilakukan dengan kesadaran bahwa organisasi yang paling dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya akan bertahan, dan ini menimbulkan motivasi untuk melakukan perubahan melalui inovasi agar dapat memenangkan persaingan. Kajian implementasi inovasi mengarah kepada pendidikan formal atau non formal sebagai sebuah jendela masa depan.
Teknis penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan  di lingkungan pemerintah dalam negeri  dan pemerintah daerah dalam rangka mewujudkan pemerintah yang baik (good govermence) yaitu pemerintah yang taat hukum, transparansi, akuntabel dan partisipatif agar mampu menjawab perubahan yang terjadi pada tataran lokal, nasional, regional,  maupun global serta diperlukan penyempurnaan sistem penyelenggaran pemerintahan yang didukung oleh aparatur yang profesional. Salah satu upaya untuk mewujudkan aparatur yang profesional dapat dilaksanakan melalui  pendidikan dan pelatihan (Diklat). Hal ini dilakukan karena kegiatan Diklat merupakan keseluruhan proses peningkatan kompetensi aparatur agar mampu menghasilkan kinerja yang optimal melalui transfer ilmu pengetahuan, sikap dan ketrampilan  tertentu agar memenuhi syarat dan cakap dalam melaksanakan pekerjaan.  Investasi sumber daya manusia tidak hanya melalui pendidikan formal di sekolah, namun juga melalui lembaga non formal seperti mengikuti Diklat.
Widyaiswara memiliki tugas pokok adalah mendidik, mengajar, dan atau melatih pegawai negeri sipil pada lembaga Diklat di instansi  masing-masing (Permenpan No. Per/66/M.Pan/2005) dan Keputusan Bersama Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN-RI) dan BKN Nomor 7 dan 17 tahun 2005 tentang ”jabatan fungsional Widyaiswara dan angka kreditnya.Widyaiswara yang memiliki tugas dan fungsinya sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan jabatan bagi PNS diharapkan memiliki: ”a) pengetahuan, keterampilan, keahlian & Sikap; b) menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa; c) memantapkan sikap pengabdian, pelayanan, pengayoman & pemberdayaan masyarakat; d) menciptakan kesamaan visi & dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum & pembangunan untuk terwujudnya kepemerintahan yg baik. Sedangkan sasarannya adalah: terwujudnya PNS yang memiliki kompetensi sesuai dengan persyaratan jabatan masing-masing”.
Usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, Widyaiswara sangat memegang peranan penting sebagai tenaga edukatif yang tentunya tenaga yang berkualitas dan professional dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai tenaga fungsional. Kualitas sumber daya manusia khususnya kualitas kinerja Widyaiswara sangat dipengaruhi oleh berbagai variabel independen yaitu kebijakan lembaga, kepemimpinan, sumberdaya yang tersedia, iklim kerja, dan manajemen mutu proses Diklat. Widyaiswara merupakan salah satu sub sistem yang menentukan keberhasilan lembaga Diklat karena kegiatan Diklat mulai dari administrasi, ketersediaan sarana/prasarana Diklat dan pelaksanaan Diklat tidak dapat dilakukan tanpa adanya Widyaiswara. Kualitas kinerja Widyaiswara juga sangat menentukan keberhasilan lembaga Diklat, karena Widyaiswara  memiliki power, memiliki wibawa dan komitment untuk mendidik dan melatih peserta Diklat, artinya kualitas kinerja Widyaiswara yang baik akan memberikan gambaran kualitas lembaga Diklat dalam menghasilkan peserta Diklat yang berkualitas.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka batasan masalah dilihat dari batasan konseptual yaitu banyak faktor-faktor atau variabel yang berpengaruh terhadap kualitas kinerja Widyaiswara, namun dalam penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor strategis yaitu: 1) kebijakan, 2) kepemimpinan, 3) sumber daya, 4) iklim kerja, 5) manajemen mutu proses Diklat dan kualitas kinerja Widyaiswara; dan batasan kontekstual dalam studi ini dilakukan pada Widyaiswara di Badan Diklat Daerah Provinsi Lampung. Rumusan masalah adalah atau seberapa besar kontribusi faktor-faktor strategis pengembangan manajemen Diklat terhadap kualitas kinerja Widyaiswara Di Badan Diklat daerah di Provinsi Lampung.

Kerangka Pikir Penelitian

Widyaiswara adalah tenaga profesional yang memiliki kompetensi sebagai nilai filosofis yang terlihat dari Widyaiswara sebagai individu yang memiliki kepribadian dan intelektual yang tinggi, Widyaiswara sebagai pemimpin (leader), Widyaiswara  sebagai pekerja, Widyaiswara sebagai tenaga yang potensial dalam melakukan tugasnya untuk mendidik dan melatih peserta Diklat. Strategi pengembangan manajemen Diklat dalam hubungannya dengan kualitas kinerja Widyaiswara sangat ditentukan oleh implementasi kebijakan organisasi, kepemimpinan, sumber daya, iklim kerja dan Manajemen Mutu Proses Diklat dalam organisasi tersebut.
Widyaiswara memiliki ketrampilan umum (general skill) yang meliputi ketrampilan melakukan komitmen (commitmen skill), ketrampilan menciptakan hubungan kemanusiaan/hubungan kerja (human skill), ketrampilan memimpin (managerial skill), dan ketrampilan membuat konsep (konseptual skill); dan Widyaiswara juga memiliki ketrampilan teknis (technical skill) yang meliputi  kompetensi atau kemampuan melakukan observasi, kemampuan memotivasi, kemampuan assessment (analisis kebutuhan Diklat atau TNA), kemampuan melakukan penelitian, kemampuan menerapkan teknik menganalisis dan pengukuran, dan kemampuan mengevaluasi. Ketrampilan teknis tersebut yang harus dimiliki Widyaiswara sebagai kondisi standar, dan ternyata kondisi yang sebenarnya (existing condition) tidak sesuai dengan kondisi standar yang diharapkan dan disini muncul perbedaan kinerja (performance gaps) yang dihadapi Widyaiswara sebagai kelemahan Widyaiswara dalam ketrampilan teknis. Munculnya perbedaan tersebut tentunya juga dilihat dari kondisi atau kelayakan dan posisi Widyaiswara itu sendiri yang meliputi umur, pengalaman, dan pendidikan.  Umur dapat dikategorikan umur produktif, semi produktif, dan non/tidak produktif. Perbedaan tersebut yang membuat Widyaiswara  dalam proses kediklatan terutama terhadap pembelajaran peserta Diklat tidak/kurang menunjukkan profesionalitas Widyaiswara yang berkualitas. Jika Widyaiswara tidak/kurang berkualitas maka akan memberikan dampak terhadap ketidak berkualitasnya peserta Diklat, dan ketidak berkualitasnya peserta Diklat akan berdampak kepada kualitas lulusan peserta Diklat, akibatnya pelaksanaan Diklat akan sia-sia karena lulusan peserta Diklat tidak ada perubahan dan tetap kondisinya seperti sebelum Diklat, disini pentingnya pendekatan competence base bagi Widyaiswara dalam ketrampilan teknis.
Fokus masalah adalah kinerja Widyaiswara untuk pengembangan manajemen Diklat tidak sesuai dengan kondisi ideal (performance gaps) sebagai acuan juga mempengaruhi nilai filosofis Widyaiswara, nilai filosofis Widyaiswara dalam kerangka pikir ini didukung teori Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) sebagai grand theory yang meliputi: 1)  Kebijakan, 2) Kepemimpinan, 3) Sumber daya, 4) Iklim kerja atau suasana kerja, 5) Manajemen Mutu Proses Diklat, 6) Kualitas SDM dalam hal ini kualitas kinerja Widyaiswara



 Performance gaps yang mempengaruhi nilai filosofis Widyaiswara dengan dukungan teori MSDM, diperkuat dengan hasil analisis data akan menghasilkan output berupa kualitas kinerja Widyaiswara yang positif atau negatif sehingga akan menghasilkan rekomendasi berupa konsep model strategi pengembangan manajemen Diklat khususnya dan kualitas lembaga Diklat secara umum. Rekomendasi dan konsep model strategi pengembangan manajemen Diklat tersebut juga didukung oleh teori MSDM, dan teori-MSDM tersebut dapat dilihat dari proses manajemen sesuai  fungsi manajemen yang meliputi planning (P), organization (O), leading (L) dan controle (C) yang disingkat POLC, dimana POLC yang baik tentunya akan menghasilkan output sesuai yang diharapkan dengan melalui kualitas kinerja Widyaiswara dan berdampak berupa rekomendasi dan konsep model strategi pengembangan manajemen Diklat.

Performance gaps secara timbal balik akan saling mempengaruhi dengan nilai filosofis Widyaiswara, dan nilai filosofis Widyaiswara juga memberikan gambaran tentang rekomendasi dan konsep model strategi pengembangan manajemen Diklat. Sebagai umpan balikan tentunya rekomendasi dan konsep model strategi pengembangan manajemen Diklat yang dihasilkan akan menjawab eksistensi dari kondisi yang ada (existing condition), juga akan memberikan umpan balikan untuk memahami performance gaps sebagai fokus masalah. Rekomendasi dan konsep strategi pengembangan Diklat yang dihasilkan tersebut juga memberikan umpan balikan untuk dapat mengevaluasi kondisi ideal sebagai acuan nilai-nilai filosofis Widyaiswara. 

Variabel Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang, identifikasi permasalahan dan rumusan masalah tersebut, maka variabel penelitian yang diteliti adalah: Strategi manajemen pengembangan Diklat dan kualitas kinerja Widyaiswara. Manajemen pengembangan Diklat terdiri dari: kebijakan, Kepemimpinan, Sumber daya, Iklim kerja, manajemen mutu proses Diklat, dan Kualitas kinerja Widyaiswara. Manajemen mutu proses Diklat dan Kualitas kinerja Widyaiswara juga dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel tersebut di atas sebagai variabel intervening. Secara konseptual, hubungan antar variabel seperti gambar berikut.




Definisi konseptual tentu saja tidak akan dapat diobservasi atau diukur gajalanya di lapangan, maka menurut Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti (2007:18) ”untuk dapat diobservasi atau diukur maka suatu konsep harus didefinisikan secara operasional”.Definisi operasional ini dimaksudkan untuk memberikan rujukan empiris apa saja yang dapat ditemukan di lapangan untuk menggambarkan secara tepat konsep yang dimaksud sehingga konsep tersebut dapat diamati dan diukur. Sesuai dengan variabel tersebut, maka dapat digambarkan hubungan kausalitas antar variabel seperti gambat di atas. Definisi operasional dari variabel yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Variabel kebijakan adalah aturan-aturan yang dibuat untuk mempermudah dan mendukung pelaksanaan tugas yang meliputi: kebijakan yang dibuat, dan kebijakan yang terealisasi baik kebijakan dari pusat maupun kebijakan yang dirumuskan oleh lembaga yang meliputi peraturan pemerintah, peraturan mentri, ataupun peraturan daerah yang memberikan kontribusi terhadap kualitas kinerja Widyaiswara. Indikator dari variabel kebijakan ini adalah a) keefektifan dalam pelaksanaan kebijakan, 2) efisiensi sumber daya, 3) keadilan dan persamaan (Equity and Equality).
2.      Variabel kepemimpinan, yaitu  upaya visioner, sinergistik dan tranformasional yang dimiliki pimpinan lembaga Diklat yang memberikan kontribusi terhadap  kualitas kinerja Widyaiswara. Dimensi kepemimpinan ini terdiri menjadi:  
a.       Kepemimpinan yang visioner yaitu pemimpin yang memiliki visi kedepan mampu mengungkapkan tujuan yang ingin dicapai, serta mampu memotivasi dan meyakinkan kualitas kinerja Widyaiswara untuk diraihnya.
b.      Kepemimpinan Sinergistik yaitu pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi kualitas kinerja Widyaiswara agar mau berkolaborasi dan bekerjasama secara sinergistik.
c.       Kepemimpinan transformasional yaitu  pemimpin yang memiliki kemampuan untuk menggunakan visi organisasi sebagai energi spirit untuk membangun kualitas kinerja Widyaiswara dan, mampu memberdayakan para Widyaiswara. 
Sebagai indikator dari variabel kepemimpinan ini adalah peran pemimpin yang diharapkan  (expected roles) memberikan kontribusi terhadap  kualitas kinerja Widyaiswara 
3.      Variabel Sumber Daya, dukungan sumber daya merupakan hal yang penting untuk menjaga kelangsungan hidup organisasi dan kontribusinya terhadap kualitas kinerja Widyaiswara. Dukungan sumber daya yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah adanya sumber daya yang mendukung terciptanya proses pengetahuan & produk pengetahuan/teknologi dan anggaran untuk kemudahan pengembangan kualitas kinerja Widyaiswara. Variabel sumber daya yang memberikan kontribusi terhadap kualitas kinerja Widyaiswara dapat dijabarkan menjadi empat sub variabel yaitu:  
a.       Dukungan sumber daya fisik/sarana & prasarana yaitu ketersediaan dan kemudahan menggunakan sumberdaya fisik yang dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan pendidikan dan pelatihan
b.      Dukungan sumber daya kepakaran atau keahlian  yaitu  ketersediaan dan kemudahan memperoleh dukungan tenaga akhli dalam mengembangkan  pengetahuan dan kepakaran dalam pendidikan dan pelatihan.
c.       Teknologi Informasi  yaitu adanya teknologi informasi dan kemudahan akses ke sumber-sumber informasi yang dapat dibutuhkan di tempat kerja. Di era informasi saat ini, informasi merupakan salah satu aset yang berharga dalam suatu organisasi.
d.      Anggaran yaitu dukungan anggaran yang disediakan oleh lembaga untuk pengembangan kualitas kinerja Widyaiswara.
Indikator dari variabel sumber daya adalah kecukupan sumber daya yang diharapkan.
4.      Iklim kerja atau suasana kerja adalah suatu iklim lingkungan kerja atau lingkungan internal yang dirasakan oleh Widyaiswara yang dapat mendorong berkembangnya kreativitas dan inovasi serta meningkatkan kualitas kinerja individu Widyaiswara dalam suatu organisasi terutama dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Suasana atau iklim kerja dalam organisasi yang memberikan kontribusi terhadap kualitas kinerja Widyaiswara dilihat dari level manajerial yang terdiri dari integritas lembaga, pengelola, struktur yang jelas, dukungan sumber daya, dan level teknikal yang terdiri dari dukungan moral, dan mengutamakan akademis. Sebagai indikator dari variabel iklim kerja adalah a) Sistem penghargaan, b) semangat kerja kelompok, c) hubungan kerja (humanisasi), d) birokrasi/kejelasan kerja.
5.      Variabel manajemen mutu proses Diklat adalah standar manajemen mutu proses Diklat yang dicapai yaitu dengan perencanaan yang baik, pelaksanaan sesuai dengan rencana, dan dilengkapi dengan evaluasi pelaksanaan Diklat. Indikator manajemen mutu proses Diklat  adalah a) standar mutu dan b) kepuasan peserta Diklat yang memberikan kontribusi terhadap kualitas kinerja Widyaiswara.
6.      Variabel kualitas kinerja Widyaiswara dilihat dari kompetensi Widyaiswara yang meliputi 1) kompetensi intelektual Widyaiswara (keahlian profesional, pencarian informasi, berpikir analitik, berpikir konseptual, berkomunikasi), 2) Kompetensi personal/pribadi Widyaiswara (kepercayaan diri, berinisyatif, berorientasi pada prestasi, berorientasi pada mutu, pengendalian diri, komitmen pada organisasi, dan fleksibel), dan 3) kompetensi sosial Widyaiswara (mengarahkan, orientasi pada kepuasan pelanggan, mengembangkan orang lain, bekerjasama/kerja tim, membangun hubungan kerja. Indikator kualitas kinerja Widyaiswara adalah standar kompetensi.

Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman tentang strategi pengembangan manajemen Diklat dan kualitas kinerja Widyaiswara. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah: 1) Menemukan data dan informasi tentang faktor-faktor strategis pengembangan manajemen Diklat terhadap kualitias kinerja Widyaiswara, 2) Menganalisis dan sintetis data empirik untuk membuktikan hipotetis tentang faktor-faktor strategis pengembangan manajemen Bandiklatda  terhadap kualitas kinerja Widyaiswara di Bandiklatda Provinsi Lampung, 3) Menemukan model strategi pengembangan manjemen Diklat berdasarkan hasil analisis empirik.

Signifikansi dan Manfaat Penelitian

1.      Signifikansi Penelitian; penelitian tentang strategi pengembangan manajemen Diklat terhadap kualitas kinerja Widyaiswara di Badan Diklat daerah  Provinsi Lampung sangat signifikan untuk saat ini dan di masa datang, karena usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan Diklat dalam menghasilkan SDM yang berkualitas belum pernah dilakukan analisis dengan menekankan kepada variabel atau faktor-faktor strategis yang meliputi kebijakan, kepemimpinan, sumberdaya,  iklim/suasana kerja, manajemen mutu proses Diklat terhadap kualitas kinerja Widyaiswara. Signifikansi tersebut yang mendasari bahwa sangat penting dilakukan penelitian dalam rangka perbaikan pelaksanaan Diklat mulai dari input, proses dan output maupun outcome yang diinginkan.
2.      Manfaat Penelitian; setiap studi yang dilakukan baik oleh individu ataupun lembaga/organisasi tentunya diharapkan adanya manfaat untuk masa depan dilihat dari manfaat keilmuan secara teoritis, dan manfaat praktis sehingga hasilnya dapat mendorong untuk perubahan yang mengarah kepada hasil Diklat  SDM yang berkualitas. Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah memberikan pemahaman kepada kita semua tentang strategi pengembangan manajemen Diklat sesuai dengan pengembangan ilmu administrasi pendidikan. Secara praktis manfaat penelitian ini adalah berkaitan dengan kualitas kinerja Widyaiswara dalam melakukan proses pembelajaran bagi PNS dalam negeri di Provinsi Lampung dan menghasilkan mutu atau kualitas SDM peserta Diklat yang lebih baik.

Asumsi

Fungsi asumsi di sini adalah sebagai titik awal dimulainya penelitian dan merupakan landasan untuk perumusan hipotesis. Asumsi ini berdasarkan teori atau fakta-fakta (evidences) serta pemikiran peneliti yang perlu dipersoalkan. Berdasarkan pemikiran peneliti maka asumsi sesuai dengan variabel yang ditentukan dalam panelitian ini adalah:
1.      Diklat sebagai lembaga pendidikan dan latihan pengembangan SDM untuk Pegawai Negeri Sipil (PP No. 101 Tahun 2000).
2.      Widyaiswara sebagai salah satu Sumber Daya yang berfungsi dalam proses pengembangan Diklat (PP No. 101 Tahun 2000).
3.      Widyaiswara berkontribusi penting terhadap pengembangan Diklat
4.      Pengembangan Diklat harus melalui pengembangan Widyaiswara 
5.      Terealisasinya kebijakan sesuai dengan rencana berkontribusi terhadap  kualitas kinerja Widyaiswara Bandiklat daerah Provinsi Lampung, (Wayne Parsone, 2005)
6.      Ketegasan dan keteladanan pimpinan berkontribusi terhadap kualitas kinerja Widyaiswara  Bandiklat daerah Provinsi Lampung (Megan Crawford, Lesley Kydd & Colin Riches, 2005)
7.      Ketersediaan sumber daya yang memadai berkontribusi terhadap kualitas kinerja Widyaiswara Bandiklat daerah Provinsi Lampung, ( Robert  A Sutermeister, 1976)
8.      Iklim kerja yang kodusif berkontribusi terhadap kualitas kinerja Widyaiswara Bandiklatda daerah Provinsi Lampung, (Keith Davis, 1981:120)
9.      Manajemen Mutu Proses Diklat yang diawali dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang baik  berkontribusi terhadap kualitas kinerja Widyaiswara (Leslie Rae, 2005)

Hipotesis

Berdasarakan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, asumsi dasar, dan definisi operasional variabel, maka hipotesis yang dibangun dan akan dibuktikan melalui penelitian adalah sebagai berikut:
1.      Kebijakan berkontribusi terhadap manajemen mutu proses Diklat
2.      Kepemiminan berkontribusi terhadap manajemen mutu proses Diklat
3.      Sumber daya berkontribusi terhadap manajemen mutu proses Diklat
4.      Iklim kerja berkontribusi terhadap manajemen mutu proses Diklat
5.      Kebijakan berkontribusi terhadap kualitas kinerja Widyaiswara
6.      Kepemimpinan berkontribusi terhadap kualitas kinerja Widyaiswara
7.      Sumber daya berkontribusi terhadap kualitas kinerja Widyaiswara
8.      Iklim kerja berkontribusi terhadap kualitas kinerja Widyaiswara
9.      Manajemen mutu proses Diklat berkontribusi terhadap kualitas kinerja Widyaiswara.
10.  Kebijakan, kepemimpinan, sumber daya, iklim kerja berkontribusi terhadap manajemen mutu proses Diklat.
11.  Kebijakan, kepemimpinan, sumber daya, iklim kerja, berkontribusi terhadap kualitas kinerja Widyaiswara.
12.  Kebijakan, kepemimpinan, sumber daya, iklim kerja, manajemen mutu proses Diklat berkontribusi terhadap kualitas kinerja Widyaiswara.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah  ini meliputi jenis penelitian, instrumen penelitian, dan teknik pengumpulan data.
1.      Jenis penelitian; jenis penelitian yang berkaitan dengan strategi pengembangan manajemen Diklat terhadap kualitas kinerja Widyaiswara pada Bandiklat daerah Provinsi Lampung adalah jenis penelitian inferensial atau penelitian yang dapat ditarik suatu kesimpulan.
2.      Instrumen penelitian; instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner atau instrumen yang disusun berdasarkan variabel yang akan diteliti dengan proses uji validitas, reliabilitas, normalitas dan homogenitas.
3.      Teknik pengumpulan data; instrumen yang telah disusun dan sudah dilakukan uji validitas, reliabilitas, normalitas dan homogenitas tersebut digunakan sebagai pedoman dalam mengumpulkan data dengan melakukan wawancara langsung kepada responden  dan langsung mengisi kuesioner yang telah tersedia sesuai dengan jawaban responden terhadap pertanyaan yang diajukan.
4.      Analisis Data; berdasarkan jenis penelitian, instrument yang digunakan dan teknik pengumpulan data yang sesuai variabel yang diteliti, maka pembahasan tentang strategi  pengembangan manajemen Diklat terhadap kualitas kinerja Widyaiswara lebih tepat dengan menggunakan  model Path Analysis.

Lokasi dan Sampel Penelitian

Sesuai dengan judul dalam penelitian ini maka lokasi penelitian dilakukan dan ditetapkan yaitu pada Bandiklat daerah Provinsi Lampung sebagai lembaga Pendidikan dan Latihan daerah yang ada di Provinsi Lampung, dan sasaran sebagai sampel penelitian adalah Widyaiswara
Mengingat penelitian ini adalah studi tentang kontribusi faktor-faktor strategis pengembangan manajemen diklat terhadap kualitas kinerja Widyaiswara di Badan Diklatda Provinsi Lampung, maka yang menjadi subjek atau populasi adalah Widyaiswara di Bandiklat daerah Provinsi Lampung. dan semua Widyaiswara tersebut dijadikan anggota sampel dalam penelitian ini. Disini terlihat bahwa seluruh populasi dijadikan sampel, dan menurut Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistiyastuti (2007:39) “disebut sensus (census), hal ini dapat dilakukan dengan alasan jumlah populasi relative kecil, dan akan benar-benar mencerminkan keadaan populasi, dengan kata lain sampel yang representative”. Sebagai alasan rasionalisasi dari peneliti untuk menentukan lokasi, populasi dan sampel tersebut mengingat masalah yang ada di Bandiklat daerah Provinsi Lampung, tujuan penelitian dan teknis analisis data lebih kepada studi tentang kontribusi faktor-faktor strategis pengembangan manajemen diklat terhadap kualitas kinerja Widyaiswara di Badan Diklatda Provinsi Lampung.

Kajian Pustaka

Administrasi pendidikan sebagai teori dasar manajemen sumber daya manusia, dan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) menurut John T. Seyfarth (2002:8) memanage  orang-orang di lembaga persekolahan untuk memberikan gambaran kedepan praktik pengelola untuk mengetahui kelemahan cakupan kegiatan dengan menggunakan human resources management dan untuk  memulai dan menampilkan pekerjaan yang terbaik. Secara keseluruhan Seyfarth menekankan kepada 1) perencanaan kebutuhan staf, 2) persiapan seleksi, 3) mendapatkan informasi dan mengevaluasi pelamar, 4) seleksi administrasi dan dukungan personalia, 5) memotivasi personalia, 6) mengesahkan/pelantikan, 7) pengembangan professional bagi personil pendidikan, 8) mengevaluasi kinerja pegawai, 9) kompensasi dan penghargaan, 10) menciptakan lingkungan kerja yang produktif, 11) peraturan-peraturan tentang permasalahan-permasalahan dalam HRD, 12) kesepakatan bersama, 13) menyelesaikan konflik, 14) mengurangi dan mengakhiri kekerasan.   Seyfarth juga mengatakan bahwa pengelola lembaga persekolahan  mampu merespons secara keseluruhan termasuk aspek manajemen sumber daya manusia yang meliputi aktivitas personal manajemen, asisten pimpinan bidang pekerjaan, juga pimpinan pada level dibawahnya.
Pengembangan sumber daya manusia yang memiliki motive, attitude, value, dan trait atau karakter merupakan suatu hal penting dan diperlukan dalam suatu organisasi untuk melaksanakan pekerjaan atau kegiatan secara efektif sejalan dengan tujuan organisasi. Pengembangan sumber daya manusia tersebut tentunya harus  dilakukan penangannya dengan profesional untuk mencapai apa yang diharapkan oleh organisasi, dan disini pentingnya konsep manajemen sumber daya manusia, dalam pengembangan SDM itu sendiri  untuk meningkatkan kualitas kinerja sumber daya manusia tersebut.
MSDM dalam hal ini dilihat dari faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kualitas kinerja Widyaiswara yaitu implementasi kebijakan, peran kepemimpinan, ketersediaan sumber daya, kondisi iklim kerja dan manajemen mutu proses Diklat. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut. 1) Kebijakan menurut Wayne Parsone, (2005:15): usaha untuk mendefinisikan dan menyusun basis rasional  untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan (kefektifan dalam pelaksanaan kebijakan, efisiensi sumber daya), dilihat dari keadilan dan persamaan (equity and equality); 2) Kepemimpinan menurut Megan Crawford, Lesley Kydd & Colin Riches, 2005 (15-16): kepemimpinan sebagai suatu kualitas organisasi, suatu sistem berdasarkan karakteristik yang meliputi fungsi, peran, individu dan kultur (Peran yang diharapkan/expected roles) meliputi pemimpin yang Visioner, Sinergistic, transformasional; 3) Sumber daya menurut Robert  A Sutermeister (1976:4) organisasi yang efektif  sebagai dasar untuk mengembangkan organisasi sebagai sistem sosial, mencapai tujuan dengan kemampuan dalam arti sumber daya tampa menimbulkan  ketegangan  bagi anggota organisasi tersebut Sebagian besar organisasi memiliki (Kecukupan Sumber Daya) meliputi Sapras, SDM, ICT, Anggaran. 4) Iklim kerja menurut Keith Davis (1981:120) iklim atau suasana kerja organisasi adalah lingkungan manusia dalam mengorganisir karyawan atau pegawai melakukan pekerjaan mereka dilihat dari sistem penghargaan, semangat kerja, hubungan kerja, birokrasi/kejelasan kerja; 5) Manajemen mutu proses Diklat menurut  Leslie Rae (2005:ix-x) Manajemen Mutu Proses Diklat atau siklus diklat merupakan proses yang kompleks dan perencanaan perlu dimulai dari jauh hari sebelum pelaksanaan program yang sebenarnya dilakukan, evaluasi  dan pengembangan program diklat merupakan inti, tetapi sedikit dipraktekan di bidang pelatihan dan seharusnya evaluasi sebagai bagian penting dari proses atau siklus pembelajaran (Standar Mutu,  Kepuasan peserta diklat); 6) Kualitas kinerja SDM (Widyaiswara) menurut Spencer & Spenser (1993:9) kompetensi atau kemampuan adalah karakteristik individu yang mendasar yaitu adanya hubungan sebab akibat yang mengacu kepada standar atau ukuran yang efektif atau prestasi yang unggul dalam suatu situasi atau pekerjaan (standar kompetesi dilihat dari kompetensi intelektual, kompetensi personal/pribadi, dan kompetensi sosial).

Hasil Pengujian Hipotesis dan Temuan Penelitian

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis tersebut di atas maka hipotesis yang dibangun  memberikan gambaran bahwa baik secara total maupun secara individu/parsial menyatakan bahwa: Secara keseluruhan dari hipotesis tersebut dapat dikatakan bahwa  kebijakan, kepemimpinan, sumber daya, iklim kerja menunjukkan kontribusi lebih besar terhadap manajemen mutu proses Diklat yaitu 64,5 persen dan sisanya 35,5 persen ditentukan oleh variabel lain dibandingkan terhadap kualitas kinerja Widyaiswara yaitu 34,3 persen dan sisianya 65,7 persen ditentukan oleh variabel lain diluar sistem ini. Berdasarkan analisis data hasil penelitian bahwa kebijakan, kepemimpinan, sumber daya, iklim kerja dan manajemen mutu proses secara total memberikan kontribusi terhadap kualitas kinerja Widyaiswara sebesar 49,4 persen, dan sisanya 50,6 persen ditentukan oleh variabel lain di luar sistem tersebut, artinya untuk meningkatkan kualitas kinerja Widyaiswara harus melalui variabel manjemen mutu proses Diklat.
Analisis secara deskriptif dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan, kepemimpinan, sumber daya, iklim kerja dan manajemen mutu proses Diklat terhadap kualitas kinerja Widyaiswara sangat bervariasi, namun pendapat responden dilihat dari keseluruhan faktor-faktor strategis pengembangan manajemen Diklat terhadap kualitas SDM yang meliputi kebijakan, kepemimpinan, sumber daya, iklim kerja dan manajemen mutu proses Diklat, secara total nilai rata-rata sebesar 66,26  dan termasuk  kategori kurang (58-74) dalam arti kurang tepat dalam implementasi kebijakan, kurang berperan kepemimpinan yang diharapkan, kurang tersedianya atau kurang tercukupinya sumber daya, kurang kondusifnya iklim kerja dan kurang memuaskan pelaksanaan manajemen mutu proses Diklat. Analisis ini dapat menggambarkan bahwa kualitas aparatur yang melalui Diklat diperkirakan juga kurang mendapatkan kompetensi yang diharapkan dari proses kediklatan, karena Widyaiswara dalam pengembangan kompetensi baik kompetensi intelektual, kompetensi personal dan kompetensi sosial yang diharapkan relatif kurang mendapatkan dukungan dri variabel kebijakan, kepemimpinan, sumber daya, iklim kerja dan manajemen mutu proses Diklat.

Kesimpulan, Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kontribusi faktor-faktor strategis pengembangan manajemen Diklat terhadap kualitas kinerja Widyaiswara sebagai berikut:
1.  Kesimpulan
a.       Kualitas kinerja Widyaiswara adalah Widyaiswara yang memiliki dan melaksanakan ketrampilan khusus (technical skill) dalam hal kemampuan melakukan assessment atau TNA (Training Need Analysis), kemampuan melakukan observasi, kemampuan memotivasi, kemampuan mengevaluasi, kemampuan melakukan penelitian, dan kemampuan menganalisis. Widyaiswara juga memiliki ketrampilan umum (general skill) meliputi ketrampilan membuat komitmen (commitment skill), ketrampilan membangun hubungan kerja (human skill), ketrampilan manajerial (managerial skill), dan ketrampilan konseptual (conseptual skill). 
b.      Kontribusi total (total effect atau TE) dan kontribusi langsung (direct effect atau DE) serta kontribusi tidak langsung (indirect effect atau IE) menunjukkan bahwa:
1)      Kontribusi kebijakan, kepemimpinan, sumber daya, iklim kerja terhadap manajemen mutu proses Diklat secara langsung sebesar 64,5 persen, dan 35,5 persen kontribusi dari variabel di luar model.
2)      Kontribusi kebijakan, kepemimpinan, sumber daya, iklim kerja terhadap kualitas kinerja Widyaiswara secara langsung sebesar 34,3 persen, dan 65,7 persen kontribusi dari variabel lain diluar model.
3)      Kontribusi kebijakan, kepemimpinan, sumber daya, iklim kerja terhadap kualitas kinerja Widyaiswara melalui manajemen mutu proses Diklat secara total sebesar 49,4 persen, dan kontribusi dari variabel lain diluar model sebesar 50,6 persen.
c.       Kebijakan, kepemimpinan, sumber daya  dan iklim kerja dapat meningkatkan Kualitas Kinerja Widyaiswara  secara maksimal jika melalui manajemen mutu proses Diklat.
d.      Kualitas kinerja Widyaiswara tentu memiliki kompetensi dan profesionalisme yang tinggi dan secara langsung  diharapkan berkontribusi kepada kualitas pengembangan manajemen Diklat
e.       Secara totalitas diharapkan hasil penelitian ini memberikan gambaran sebagai usaha meningkatkan kompetensi aparatur di Provinsi Lampung dengan memperhatikan faktor-faktor stretegis pengembangan manajemen Diklat yang meliputi kebijakan, kepemimpinan, sumber daya, iklim kerja dan manajemen mutu proses Diklat.
f.       Berdasarkan data lapangan ditemukan Model  hipotetik tentang strategi pengembangan manajemen Diklat

2.  Implikasi
Implikasi atau dampak dari hasil penelitian ini: 1. Bagi Widyaiswara adalah sebagai masukan untuk lebih meningkatkan kualitasnya melalui keterlibatan dalam manajemen proses dengan pendekatan general skill dan technical skill; 2. Bagi lembaga Diklat mendapatkan masukan yang komperhensif dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk memperbaiki manajemen diklat secara keseluruhan. 3. Bagi peneliti akan memberikan motivasi untuk tetap melakukan usaha-usaha perbaikan dengan melakukan penelitian-penelitian lanjutan berkaitan dengan temuan-temuan yang disebutkan dalam kesimpulan tersebut di atas.

3.  Rekomendasi
a.  Mengevaluasi dan mengkaji kembali implementasi kebijakan pemerintah dalam bentuk kebijakan daerah sesuai dengan tuntutan otonomi daerah yang berkaitan dengan strategi pengembangan manajemen Diklat.
b.   Upaya Kepemimpinan lembaga Diklat yang visioner, sinergistik dan transformasional sangat diharapkan oleh seluruh SDM Lembaga Diklat.
c.   Upaya melibatkan Widyaiswara dalam semua kegiatan manajemen proses kediklatan baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan tahap evaluasi.
d.   Upaya Memberikan dukungan sumber daya yang memadai meliputi sarana prasarana, expert, ICT dan anggaran.
e.     Upaya menciptakan Iklim Kerja yang kondusif yang menggambarkan keberhasilan lembaga.
f.  Alternatif model hipotetik strategi pengembangan manajemen Diklat diharapkan dapat digunakan dan diaplikasikan dalam meningkatkan kualitas lembaga Diklat Daerah Provinsi Lampung yang mengarah kepada learning organization.



Daftar pustaka

Abdul Azis Wahab. (2008). Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan “Telaah Terhadap Organisasi dan Pengelolaan Organisasi Pendidikan, Bandung:CV.Alfabeta
AB  Susanto. (2008). Corporate Cultur & Organization Culture (A Strategic Management Approach), Jakarta:The Jakarta Consulting Group Partner Change
Abdul Tholib. (2008). Strategi Impolementasi Kebijakan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) Dengan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu Pada Sekolah Menengah Pertama. Bandung:UPI
Abdurrahmat Fathoni. (2006). Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:Rineka Cipta
Achmad S Ruky. (2001).  Sistem Manajemen Kinerja (Panduan Praktis Untuk Merancang dan Meraih Kinerja Prima, Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama
Achmad S Ruky. (2004). Sistem Manajemen Kinerja (Performance Management System, Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama

Adi Riyanto Suprayitno. (2009). Mengembangkan Kompetensi Profesional Widyaiswara http://arsury.blogspot.com/2009/01/mengembangkan-kompetensi-profesional.html

Ahmad Tohardi, (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung:Penerbit CV. Mandar Maju.
Akbar Silo, Eddy Ohoiwutun, dan Paulus Indubri. (2008). Policy Brief,  Yogyakarta:PPK UGM, gds project@cpps.or.id Homepage: http://www.cpps.or.id
Alan Fowler. (1997). ACCESS dan Pembelajaran Yang Berkelanjutan, Tersedia: http://www.access pembelajarean berkelanjutan.org [2 Februari 2009]
Alex S. Nitisemito, (2002). Manajemen Personalia, Cetakan Kesembilan, Edisi Ketiga. Jakarta:Penerbit Ghali Indonesia.
Ambar Teguh Sulistiyani Rosidah. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia (Konsep, Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik, Yogyakarta:Graha Ilmu
Amin Wijaya Tunggal. (1992) Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta:Rineka Cipta
Amin Widjaja Tunggal. (2002). Memahami Balanced Scorecard,

Anwar Holil. (2009). Menjadi Manusia Pembelajar, Minggu, 2009 April 12 http://www.google.co.id/ search?Hl=id&q=IKLIM+KERJA+ORGANISASI+DIKLAT&btng=Telusuri&meta=anwarholil.blogspot.com/-60k [30 April 2009]

Averson, Paul. (2004), “A Balanced Scorecard for City & County Services”, Tersedia: http://www.balanced scorecard.org [2 Februari 2009]
Averson, Paul. (2004). “Building a Government Balanced Scorecard: Phase 2 Tersedia: http://www.balanced scorecard.org [2 Februari 2009].
Bass. B.M. (1985). Leadership and performance beyond expectation, New  York:Free Press.
Burns. J.M. (1978). Leadership (Leadership Articles). New York, Harper & Row  Erik. R, 2001.
Buss. T dan Marianne Coleman. (2006).  Leasdership and Strategic Management in Education (ed terjemahan). Yogyakarta :IRCiSoD
Campbell, Dennis, Datar, Srikant, Kulp, Cohen, Susan dan Narayanan, V. G. (2005). “Using the Balanced Scorecard as a Control System for Monitoring and Revising Corporate Strategy”, Tersedia:http://www.ssrn.com, [12 Februari 2009].
Dale Furtwengler. (2002). Penilaian Kinerja, Yogyakarta:Andi Yogyakarta.
Dale Furtwengler (2002). Penilaian Kinerja (Menguasai Keakhlian yang Anda Perlukan Dalam 10 Menit). Yogyakarta:Andi Yogyakarta
Danim. S.  (2006).  Visi Baru  Manajemen Diklat : Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik,  Jakarta :Bumi Aksara
Djohan Effendi. (2000). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2000 Tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, Jakarta:CV. Eko Jaya
Dye P and R Klein. (1987). Accountabilities in Five Public Service, London:Tavistock Publications.
Eddie Davis. (2005). The Training Managers: A Handbook. The Art of Training and Development (Buku Wajib bagi Para Manajer dalam Mengadakan Training). Jakarta:PT. Gramedia.
Edward Salis. (2007). Total Quality Management in Education (Manajemen Mutu Pendidikan). Jogyakarta: Ircisod
Ernest Dale. (1978). Management: Theory and Practice. Grolier Business Library. USA:McGraw Hill.Inc
Erwan Agus Purwanto & Dyah Ratih Sulistyastuti. (2007). Metode Penelitian Kualitatif (untuk Administrasi Publik dan Masdalah-Masalah Sosial). Yogyakarta:Gava Media.
Erwita, Dwi Handono, Laksono Trisnantoro. (2007). Pengaruh Workgroup Climate Assessment (WCA) Mini Workshop Terhadap Iklim Kerja Dan Kinerja Puskesmas Di Kota Jambi, Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM, http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Frances, (2008). The Leader of The Future, Jakarta:PT, Gramedia
Frank B. Murray. (2007). Disposition: A Superfluous Construct in Teacher Education Journal of Teacher Education 2007; 58; 381, University of Delaware http://jte.sagepub.com/ cgi/content/abstract/58/5/381
Garvin, David A. (1993). Building a Learning Organization, Academy of Management Review.
Gaspersz, Vincent. (2003). Sistem Manajemen Terintegrasi: Balanced Scorecard dengan Six Sigma untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah, Jakarta, Gramedia.

Gersick, C.J.G. & Hackman, J.R. (1990). Habitual routines in task-performing  teams., Organizational Behavior and Human Decision Processes
Gibson, J.L, Invancevich, J.M, Donnelly J.H, & Konopaske, R. (2003). Organizations: Behaviour, Structure, Processes, New York:McGraw-Hill Irvin
H.A.R. Tilaar. (1997). Pengembangan Sumber Daya Manusia (Visi, Misi, dan Program Aksi Pendidikan dan Pelatihan Menuju 2020), Jakarta:Grasindo
Hadari Nawawi, (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang Kompetitif, Cetakan Pertama, Yogyakarta:UGM.
Hansen, Don R and Mowen, Maryanne M. (2003). Management Accounting, sixth edition,  America:South-Western.
H.B. Siswanto (2006), Pengantar Manajemen, Penerbit Bumi Aksara.
Heri Darwanto. Internet 19 Jan 2009: bappenas.go.id/index.php?.../ &view=409/Herry+Darwanto.doc
Hermana. (2008). Mengembangkan Kompetensi Profesional Widyaiswara. hermana;http://www.depsos.go.id/ modules.php? name=News&file=article&sid=770 mthoyib, 08 August 2008.
Hickman. G. (1993). Toward transformistic organizations: A conceptual  framework
Husaini Usman. (2006). Manajemen (Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, Yogyakarta:Bumi Aksara
Ian Reece and Stephen Walker. (1997). Teaching Training and Learning (A Practical Quide) Britain:Athenaeum Press.
Ida Bagus Mantra, 1989., Model Penelitian Survay, Yogyakarta:UGM.
I Gusti Ngurah Gorda, (2004 & 2006). Manajemen Sumber Daya Manusia, Denpasar:Astabrata Bali.
Imelda R. H. N. (2004).  Implementasi Balanced Scorecard Pada Organisasi Publik http://puslit. petra.ac.id/~puslit/journals/, E-mail: melda@peter.petra.ac.id [2 Februari 2009]
Imelda R. H. N. 2004:106-122. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 6, No. 2, Nopember, Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra, http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/ [2 Februari 2009]
Implementation and Automation, http:\\www.balanced scorecard.org. “Building the Balanced Scorecard in Public Sector Organization”, http://www.odgroup.com, 26 Agustus 2004.
Indra Ismawan. (2007). Membangun Organisasi Pembelajar, Yogyakarta:Cakrawala
I. Nyoman Sumaryadi. (2005). Efektivitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah. Jakarta:Citra Utama
Istianto. (2008). Riset Sumber Daya Manusia (Cara praktis mendeteksi dimensi-dimensi kerja karyawan, Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama
Ittner, Christopher D. dan Larcker, David, F. (2004). “Innovations in Performance Measurement: Trends and Research Implications”. Tersedia: http:\\www.ssrn.com, [12 Februari 2009].
James H McMillan and Sally Schumacher. (2001). Research In Education (a Conceptual Introduction), New York:Logman
Jerry W. Gilley. (1995) Principles of Human Resource Development. Canada:Addison Wesley Publishing Company, University Associates.Inc.
John R Montanari, Cyril P Morgan, Jeffrey S Bracker. Strategic Management (A Choice Approach). Chicago:The Dryden Press.
John T Seyfarth. (2002). Human Resourses Management for Effective Schools. Edition 3. Boston USA:Allyn & Bacon A Pearson Education Company.
John  W Burke. (1995). Competency Based Education and Training, New York: Falmer Press
Jonathan Sarwono. (2007). Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS (aplikasi dalam riset pemasaran, aplikasi dalam keuangan, aplikasi dalam manajemen sumber daya manusia, aplikasi dalam kewirausahaan. Yogyakarta:Andi
Jonathan Smilansky. (1997). The New Human Resource. New York: International Thomson Business Company
Jusuf Irianto., Isu-isu Strategis Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jawa Timur:Insan Cendekia
Kaye Thorne. (2005). The Art of Training and Development “Coaching for Change” Peran Pelatih dalam Perubahan Manusia dan Organisasi. Jakarta:PT. Gramedia
Kaplan R.S. & Norton, D.P. (1996). The Balanced Scorecard, Translating Strategy into Action.
Kaplan, Robert S and Norton, David P (1996). Balanced Scorecard, Jakarta, Erlangga. Malina, Mary, A. dan Selto, Frank, H. (8 Februari 2004),”Causality in a Performance Measurement Model”, http://www.ssrn.com [5 Maret 2009]
Kari Tuominem. (2000). Managing Change (Practical Strategies for Competitive Advantage. US America:American Society for Quality.
Keith Davis. (1981). Human Behaviour at Work Organizational Behaviour. Grolier Business Library. USA:McGraw Hill.Inc. Grolier Business Library. USA:McGraw Hill.Inc
Kenneth N. Wexley dan Gary A. Yuki, (2003). Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia, Jakarta:Rineka Cipta.
Kevin W. Tourangeau. (1981). Strategy Management (How To Plan, Execute, and Control Strategyc Plance For Your Business)
Lexy.J.Moleong. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Leslie Rae. (2005). The Art of Training and Development ”Using Evaluation in Training and Development” Cara terbaik mengevaluasi pendidikan dan latihan Jakarta:PT.Gramedia
Leslie Rae. (2005). The Art of Training and Development ”Effective Planning” (Perencanaan Efektif). Jakarta: PT.Gramedia
Leslie Rae. (2005). The Art of Training and Development ”Using People Skills”. Jakarta:PT.Gramedia
Lily M. Spencer Jr., Signe M. Spencer. (1993). Competence At Work (Models for Superior Performance). New York:John Wiley & Sons. Inc.
Listel Robert Bittel. (1978). Encyclopedia of Profesional Management (Volume 2). USA:McGraw-Hill Grolier International.
Malina, Mary, A. dan Selto, Frank, H., (2004) ”Communicating and Controlling Strategy: an Emperical Study of the Effectiveness of the Balanced Scorecard”, http://www.ssrn.com [8 Februari 2009]

 

Margaret Crockett dan Janet Foster. (2008). Paket Bahan Pelatihan bagi Instruktur The Archives-Skills Consultancy atas nama ICA Section on Archival Education and Training [Online] Tersedia:http://www.ica-ae.org/trainer/indonesian/TTRP%20 indonesian.htm [1 Mei 2009]

McGill, M.E. (1992). Management Practice in Learning Organization, Organizatiuonsal Dynamic.
Michael Fullan. (2001). Leading In Culture Of Change, Francisci:Jossey-Bass:San
Osterman. K. (2000). Students’ need for belonging in the school community,  review of educational research.
Safaria. T.  (2004).  Kepemimpinan,  Yogyakarta:Graha Ilmu.
Megan Crawford, Lesley Kydd & Colin Riches. (2005). Leadership and team in educational management (Kepemimpinan dan kerjasama tim di dalam manajemen kependidikan), Jakarta:Grasindo
Megawati Soekarnoputri. (2004). Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah berserta Penjelasannya, Yogyakarta:Pustaka Widyatama.
Merilee Grindle. (1997). The Good Government Imperative: Human Resources, Organizations, and Institutions”, Getting Good Governance: Capacity Building in the Public Sector of Developing Countries. Boston: MA: Harvard Institute for International Development
Michael Marquardi and Angus Reynolds. (1994). GlobAL Learning Organization (Gaining Competitive Adventage through Continuous Learning). New York:Irwin Professional Publishing Burr Ridge Illinois
Michael Morgan. (1993). Strategi Inovasi Sumber Daya Manusia (Mengubah Kreativitas Individu Menjadi Inovasi Organisasi). Jakarta:PT. Elex Media Komputindo
Modell, Sven. (12 Februari 2005). “Performance Measurement Myths in Public Sector”,http:\\www.ssrn.com.
Monica Prendergast. (2008). Teacher as Performer: Unpacking a metaphor in performance theory and critical performative pedagogy University of British Columbia, Canada, http://www.ijea.org
Muhammad Abadi. (2008) Program dan Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan 2008, Bandiklatda Provinsi Lampung:Bandarlampung.
Muhammad Idrus. (2007). Meetode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Yogyakarta:UII Press
Mustopadidjaja AR. (2002). Manajemen Proses  Kebijakan Publik (Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: LAN-RI
Nanang Fatta. (2004). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
Nigel Meager. (2009). The role of training and skills development in active labour market policies, International Journal of Training and Development, © 2009 Blackwell Publishing Ltd.
Nurianna Toha, Paruliuan Hutapea. (2008). Kompetensi Plus (Teori, desain, kasus, dan penerapan untuk HR dan Organisasi yang dinamis. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama
Oemarsono. (2001). Rencana Strategis (Renstra) Provinsi Lampung. Bandarlampung: Pemda Lampung.
Paul E. Plsek. (1997). Creativity, Innovation, and Quality. Wisconsin:ASQ Quality Press
Peter M Senge. (1996). Disiplin kelima (seni dan praktek dari organisasi pembelajar). Jakarta:Binarupa Aksara
Pringgodigdo. (1993). Ensiklopedi Umum (Franklin Book Programs Inc). Yogyakarta: Kanisius.
R. Andi Sularso Murdijanto, http://puslit.petra.ac.id/journals/ management/ Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol.6, No.1, Maret 2004:72 – 81
Rinda Hedwig Gerradus Pola. (2006). Model System Penjaminan Mutu & Proses Penerapannya di Perguruan Tinggi. Yogyakarta:Graha Ilmu
Robert A Sutermeister. (1976). People and Productivity, US.Amerika:McGraw-Hill.Inc
Rochman Natawidjaya. (2007). Rujukan Filsafat, Teori dan Praktis Ilmu Pendidikan. Bandung:UPI Press.
Rohm, Howard (25 Agustus 2004). “A Balancing Act: Developing and Using Balanced Scorecard”, http:\\www.performance-measurement.net.
Rohm, Howard (25 Agustus 2004). “Improve Public Sector results With A Balanced Scorecard: Nine Steps To Succcess”, http:\\www.balancedscorecard.org.
Singarimbun dan Effendi. (1987). Metode Penelitian Survai, Yogyakarta:LP3ES
Singgih Santoso. (2009). Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS-17. Jakarta:Elex Media Komputindo Gramedia.
Sjahroedin ZP. (2007). Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 10 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tatakerja Lembaga Teknis Daerah Provinsi Lampung, Telukbetung:Pemda Provinsi Lampung
Sjahroedin ZP. (2007). Peraturan Gubernur Lampung Nomor 16 Tahun 2008 Tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Provinsi Lampung, Telukbetung:Pemda Provinsi Lampung
Sony Yuwono, et.al. (2003). Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard
Sudjana. (2003). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi (Bagi para peneliti). Bandung: Tarsito
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, dan RD, Bandung:Alfabeta
Sunaryo Kartadinata. (2007). Pedoman Penulisan Karyaa Ilmiah. Bandung:UPI
Susilo Bambang Yudoyono. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 Tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Jakarta
Suwardi Luis dan Prima A Biromo. (2008). Balanced Scorecard (Step by Step in Cascading) to Fungtional Scorecards, Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama
Suyadi Prawirosentono. (1999). Manajemen Sumber Daya Manusia (Kebijakan Kinerja Karyawan), Kiat Membangun Organisasi Kompetitif Menjelang Perdagangan Bebas Dunia, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE
Taliziduhu Ndraha. (1999). Pengantar Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:Rineka Cipta
Taufiq Effendi. (2005). Permenpan No, PER/66/M.PAN/2005 Tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya, Jakarta:Menpan.
T. Hani Handoko, (2000). Manajemen, Edisi 2, Yogyakarta:BPFE.
Tom Alexander & Suwardi Luis. (2008). Balanced Scorecard Comunication Video “Be Coming Strategy & Performance Focused Organization With Balanced Scorecard”, PT. GML Performance Consulting
Toni R. Van Laarhoven, Dennis D. Munk, Kathleen Lynch, Julie Bosma and Joanne Rouse, A Model for Preparing Special and General Education Preservice Teachers for Inclusive Education Journal of Teacher Education 2007; 58; 440, DOI: 10.1177/0022487107306803, Journal of Teacher Education, Vol. 58, No. 5, November/December 2007 445,  Downloaded from http://jte.sagepub.com by on May 7, 2009
Veithzal Rivai. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan
Vincent Gaspersz. (2002). Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard dengan Six Sigma
Wayne K Hoy and Cecil G. Miskel. (2001). Educational Administration (Theory, Research, and Practice, Sixth Edition, United State:School Management and Organizations.
Wayne Parsone. (2005) Publyc Policy (pengantar teori dan praktik analisis kebijakan), Jakarta:Kencana
Wibowo (2007). Manajemen Kinerja, Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada
Widodo AS. (2007). Permendagri No. 31 Tahun 2007, Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan  Di Lingkungan Deprtemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah, Jakarta:Badan Pendidikan dan Pelatihan Dalam Negeri.
William N Dunn. (2000). Pengantar Analisis Kebijakan Publik (Penterjemah Samodra Wibawa dkk). Yogyakarta:UGM
Winardi, 2006., Manajemen Perubahan (management of Change), Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Yuhefizar. (2007) Badan Pendidikan dan Latihan Provinsi Sumatera Barat http://diklat. sumbarprov.go.id Yuhefizar, http://ephi.polinpdg.ac.id Maintenace By: 20 September, 2007, 11:26
Beberapa artikel dalam www.BSCol.com dan www.charmeck.org
http://aparaturnegara.bappenas.go.id/data/Kajian/Kajian-2003/Dimensi%20&%20Dinamika%20KEPIM% 20ABAD%2021.doc.

No comments:

Post a Comment