Thursday 14 January 2016

PERKEMBANGAN PENDUDUK, BONUS DEMOGRAFI DAN SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2035



 (Dr. Bovie Kawulusan., M.Si)

ABSTRAK

Perkembangan pertumbuhan penduduk Indonesia sampai dengan tahun 2010 yang mencapai 237,6 juta jiwa menunjukkan bahwa Indonesia tergolong berpenduduk terbanyak setelah RRC, India dan Amerika Serikat atau Indonesia menduduki nomor 4 penduduk terbanyak di dunia. Pada tahun 2010 tersebut dengan pertumbuhan penduduk periode 2000-2010 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah penduduk Indonesia bertambah 1,49% pertahun. Hasil sensus penduduk tahun 2010 yang lalu memberikan informasi bahwa data demografi  di Indonesia  menunjukkan kategori dimana penduduk muda < 20 tahun, penduduk menengah 20-29 tahun dan penduduk tua > 30 tahun.

Tren penurunan rasio ketergantungan tersebut menunjukkan bahwa berdasarkan perhitungan dengan pertumbuhan secara eksponensial atau proyeksi penduduk, maka pada tahun 2020 angka ketergantungan tersebut diperkirakan tetap menurun.  rasio ketergantungan penduduk non-produktif semakin berkurang yaitu dari 86,8% (1971) menurun menjadi 79,3% (1980), kemudian menurun lagi menjadi 67,8% (1990), kemudian menurun lagi menjadi 53,1% (2000) dan terakhir 51,3% pada tahun 2010.

Perkembangan penduduk, bonus demografi dan sosial ekonomi indonesia  merupakan suatu system yang saling mempengaruhi: 1) Kebijakan pemerintah yang terkait dengan program kependudukan pemahamannya masih terbatas kepada pembuat kebijakan; 2) Perkembangan penduduk pertumbuhannya sangat bervariasi; 3) Rendahnya beban tanggungan sebagai bonus demografi berpengaruh terhadap sosial ekonomi yang dibatasi kepada ekonomi pendidikan dan ekonomi kesehatan; 4) Program Keluarga Berencana dengan  visi yang tegas untuk dicapai.

Keberhasilan Pembagunan keluarga berencana menghasilkan bonus demografi, dan akan berdampak pada sosial ekonomi Indonesia pada tahun 2035 khususnya ekonomi pendidikan dan ekonomi kesehatan, dan ketika kita manfaatkan bonus demografi tersebut akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Keyword: Bonus, Demografi, Sosek


Perkembangan pertumbuhan penduduk Indonesia sampai dengan tahun 2010 yang mencapai 237,6 juta jiwa menunjukkan bahwa Indonesia tergolong berpenduduk terbanyak setelah RRC, India dan Amerika Serikat atau Indonesia menduduki nomor 4 penduduk terbanyak di dunia. Pada tahun 2010 tersebut dengan pertumbuhan penduduk periode 2000-2010 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah penduduk Indonesia bertambah 1,49% pertahun. Hasil sensus penduduk tahun 2010 yang lalu memberikan informasi bahwa data demografi  di Indonesia  menunjukkan kategori dimana penduduk muda < 20 tahun, penduduk menengah 20-29 tahun dan penduduk tua > 30 tahun.

Kelompok umur mudah menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk berada pada kelompok umur muda, dan tipe ini umumnya terdapat pada negara-negara yang mempunyai angka kematian dan angka kelahiran yang tinggi sebagai ciri dari negara yang Ekspansif. Kelompok umur yang berada pada kelompok termuda jumlahnya sedikit, ini menunjukkan bahwa tingkat kelahiran cepat dan tingkat kematiannya rendah yang ditandai dengan istilah konstruktif

Jika banyaknya penduduk dalam kelompok umur hampir sama, terkecuali pada kelompok umur tertentu, maka tipe ini berada pada negara-negara yang mempunyai tingkat kelahiran dan kematian yang rendah.

Di negara kita Indonesia pada tahun 2010 termasuk tipe ekspansif artinya kelompok umur mudah menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk berada pada kelompok umur muda, dan tipe ini umumnya mempunyai angka kelahiran dan angka kematian yang tinggi. Namun demikian pada kelompok umur 25 tahun ke atas menunjukkan angka kematian yang menurun, hal ini sebagai gambaran umur harapan hidup semakin panjang terutama pada jenis kelamin perempuan.

Usia Produktif dan non-produktif, dengan meningkatnya usia harapan hidup serta angka kematian yang rendah ternyata rasio ketergantungan juga mengalami perubahan dimana kelompok usia produktif yang berumur 15 s.d 64 tahun sebesar 51,3% dan usia non-produktif yaitu 0 s.d 14 tahun dan 65 tahun keatas sebesar 48,7%. Jika di total rata-rata usia produktif masih mencapai 48,7% dari total penduduk, artinya 51,3 persen penduduk non-produtif sangat tergantung dari 48,7 persen usia produktif.

Data statistik dari tahun 1971 sampai tahun 2010 berdasarkan hasil sensus penduduk yang dilakukan 10 tahun sekali itu menunjukkan rasio ketergantungan penduduk non-produktif semakin berkurang yaitu dari 86,8% (1971) menurun menjadi 79,3% (1980), kemudian menurun lagi menjadi 67,8% (1990), kemudian menurun lagi menjadi 53,1% (2000) dan terakhir 51,3% pada tahun 2010. Tren penurunan rasio ketergantungan tersebut menunjukkan bahwa berdasarkan perhitungan dengan pertumbuhan secara eksponensial atau proyeksi penduduk, maka pada tahun 2020 angka ketergantungan tersebut diperkirakan tetap menurun.

Permasalahan yang teridentifikasi adalah sebagai 1) Rendahnya usia produktif dibandingkan dengan non-produktif, 2) Meningkatnya usia harapan hidup penduduk, 3) Meningkatnya angka kelahiran hidup, 4) Menurunya/rendahnya angka kematian bayi 5) Perubahan rasio ketergantungan usia non-produktif terhadap usia produktif, 6) Harapan dari adanya Bonus demografi pada tahun 2035
Pertanyaan yang perlu dikaji adalah “bagaimana keberhasilan bangsa Indonesia Tahun 2035 ketika memperoleh bonus demografi”.
Secara umum gambaran tentang Perkembangan penduduk, bonus demografi dan sosial ekonomi indonesia  tahun 2035, khususnya: a) perkembangan penduduk, b) bonus demografi, dan c) sosial ekonomi indonesia.
Bagi masyarakat tentunya sebagai pembaca mampu memahami tentang perkembangan penduduk, bonus demografi dan sosial ekonomi Indonesia tahun 2035 terkait dengan pengendalian penduduk di Indonesia.

Berdasarkan kajian dokumen dengan sumber data sensus penduduk, Survey Demografi dengan teknik analisis  deskriptif kualitatif.

Kebijakan yang terkait dengan Kependudukan dan keberhasilannya dalam Memahami  dan mengatasi permasalahan kependudukan tentunya juga harus memahami tentang kenyataan-kenyataan yang terjadi sebagai sebab dan akibatnya. Hal ini berarti kita kita harus mampu mengetahui perspektif tentang demografi itu sendiri. Salah satu cara untuk mengetahui dan memahami tentang proses demografi berlangsung di permukaan bumi ini yang meliputi jumlah, distribusi, struktur dan pertumbuhan penduduk, serta apa yang terjadi dalam masyarakat suatu negara/wilayah.

Pemahaman tentang demografi  juga akan tergambar tentang permasalahan sosial, politik dan ekonomi secara nasional bahkan internasional serta pengaruhnya terhadap perubahan-perubahan demografi tersebut.

Menurut Bovie (1994:2) perlu diketahui bahwa penyebab pertumbuhan penduduk dan akibat dari pertumbuhan penduduk atau perubahan penduduk. Stabilitas penduduk sebagai dasar untuk mencapai kesempurnaan dari kondisi kemanusiaan (human perfection) yang dicetuskan oleh Plato sebagai doktrin tentang pentingnya kualitas manusia dari pada kuantitas manusia.

Perspective Mathusian dalam Bovie (1994:4) persoalan penduduk sangat penting karena akibat perkembagan penduduk terhadap perbaikan hidup manusia dimasa depan dengan analisis yang sistimatis tentang akibat dari pertumbuhan penduduk.

Malthus mengatakan bahwa manusia memiliki rasional yang terdorong untuk meningkatkan jumlah populasi yang disebut “instinc” yang mengacu pada masalah reproduksi manusia dan disebabkan oleh potensi biologi dari manusia untuk pertumbuhan penduduk. Penekanan dari malthus adalah 1) manusia selalu memerlukan sandang, pangan untuk hidupnya, dan 2) nafsu seksuil antara dua jenis kelamin akan selalu ada dan tidak akan berubah sifatnya.

Kekuatan penduduk yang bertambah adalah potensi lebih besar daripada kesanggupan bumi menghasilkan sandang pangan, dengan demikian jumlah penduduk mempunyai kecenderungan untuk berkembang lebih cepat dari pertambahan sandang pangan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk akan bertambah menurut deret ukur (geometrically), sedangkan perumbuhan jumlah pangan akan mengikuti deret hitung (arithmetically).

Terkait dengan  keadaan pertumbuhan penduduk menurut Malthus bahwa pertumbuhan penduduk tinggi dapat dikekang degan apa yang disebut pengekang positif (positive check) yaitu segala factor yang dapat menaikkan jumlah orang yang mati. Pengekang pencegah (preventive check) yaitu segala kejadian  yang mengakibatkan turunnya jumlah kelahiran dengan arti pengekang kelahiran (birth controle).

Menurut Maltus, akibat alami dari perumbuhan penduduk adalah kemelaratan, logikanya bahwa 1) manusia selalu melakukan reproduksi, 2) persedian (pertumbuhan) bahan makanan tidak akan mencukupi pertumbuhan penduduk dan dia percaya bahwa siklus dimana peningkatan produksi bahan pangan tidak dapat mengimbangi pertumbuhan penduduk, dan membuat banyak orang kembali kepada kehidupan kemiskinan. Pada bagian lain kritik terhadap Malthus dalam Bovie (1994:8) mengatakan bahwa salah satu kesimpulannya adalah kemelaratan atau kemiskinan tidak dapat dihindari dari pertumbuhan penduduk namun kemajuan technology untuk mengatasi dampak dari pertumbuhan penduduk.

Melihat pendapat Malthus dan para krtitikan teori Malthus tersebut yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pertumbuhan penduduk baik dengan pengendalian maupun tanpa pengendalian, maka di Indonesia berdasarkan hasil perhitungan dengan proyeksi kedepan yaitu dikenal dengan istilah bonus demografi.

Demografi adalah ilmu yang mempelajari tentang kependudukan yang terkiat dengan jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, struktur umur dan jenis kelamin penduduk, persebaran spacial dan tingkat kelahiran, kematian, dan migrasi.

Menurut Asriani08 (2010) Bonus demografi adalah keuntungan ekonomis yang disebabkan penurunan proporsi penduduk muda yang mengurangi besarnya biaya investasi untuk pemenuhan kebutuhannya, sehingga sumbernya dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Hubungan dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, bonus demografi di Indonesia adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan penduduk usia muda mengalami penurunan dan pada keadaan ini Indonesia harus menaikkan pertumbuhan penduduk usia tenaga kerja agar pertumbuhan ekonomi lebih cepat dan dapat tercapai karena pada sat bonus demografi inilah tanggungan pada kebutuhan usia muda rendah. Bonus demografi dapat diharapkan di Indonesia karena dalam sejarahnya Indonesia juga mengalami pertumbuhan penduduk seperti di Negara lainnya, hanya saja di Indonesia harus lebih meningkatkan peranan wanita seperti berlakunya KB, peningkatan modal tenaga kerja dan pendidikan serta kesehatan sebelum bonus demografi itu dating. Terjaninya bonus demografi tidak dapat dimanfaatkan dengan baik ketika Indonesia akan kehilangan kesempatan yang berharga untuk memperbaiki serta meningkatkan pertumbuhan ekonominya dan yang akan terjadi juga adalah jumlah penduduk usia muda akan meningkat lebih tinggi dan jumlah penduduk lansia juga meningkat dan  berakibat bertambahnya tanggungan untuk mereka.

Bonus demografi adalah kondisi ketika jumlah penduduk usia produktif (15-65) tahun lebih banyak dari jumlah penduduk usia yang termasuk dalam rasio ketergantungan yaitu di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun. Indonesia diproyeksikan memiliki bonus demografi selama 24 tahun yang dihitung dari tahun 2012 s.d tahun 2035. Penduduk yang berada pada Kelompok Usia ketergantungan pada tahun 2035 berada pada presentase terendah sehingga perekonomian suatu negara termasuk di Indonesia berpotensi berkembang lebih cepat. Data BKKBN Pusat menunjukkan angka ketergantungan penduduk usia produktif 50:50, artinya setiap 50 penduduk usia produktif menanggung 50 usia non-produktif.

Pertanyaan apakah peningkatan kesejahteraan akan otomatis dapat dicapai akibat dari adanya bonus demografi?, persyaratan yang harus dipenuhi selain bonus demografi tersebut adalah 1) peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, 2) peningkatan kualitas pendidikan dan 3) pengembangan ketrampilan, 4) pengendalian pertumbuhan penduduk 5) dukungan kebijakan yang tepat dan tegas. Bonus demografi yang terjadi sejak tahun 2010 adalah membengkaknya jumlah penduduk usia produktif yang berpotensi menjasi engine of grouth bagi perekonomian suatu negara termasuk negara kita Indonesia. Ini merupakan megatrend yang terjadi disamping revolusi kelas menengah yang mendukung perekonomian Indonesia.

Munculnya megatrend tentang bonus demografi tersebut membuat penulis memikirkan langkah-langkah apa yang harus dilakukan sebagai momentum dalam menanggapi peluang yang baik ini untuk dipersiapkan dalam mencapai keberhasilan suatu negara yaitu negara kita Indonesia. Kita pahami bahwa bonus menunjukkan suatu yang diberikan dan kita terima sebagai peluang untuk mempermudah pencapaian tujuan. Biasanya peluang atau bonus yang kita terima tidak selamanya secara rutin diterima setiap saat, tetapi itu merupakan penghargaan yang menggambarkan kita bekerja sangat baik.

Terkait dengan bonus demografi, peluang yang kita terima akibat dari meningkatnya proporsi penduduk usia produktif terhadap usia non-produktif telah nyata, dan bagaimana memanfaatkan bonus demografi tersebut dijadikan peluang untuk menunjukkan realitas terhadap pandangan positif sebagai wujud terealisasinya kesejahteraan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Bonus demografi juga terjadi akibat dari pergeseran atau transisi demografi sejak beberapa tahun yang lalu yaitu dengan adanya program program pemerintah terkait terhadap pengendalian penduduk akibat dari variable kelahiran, kematian dan migrasi. Disamping itu program pemerintah tentang kualitas pendidikan, kualitas kesehatan masyarakat, kualitas sarana dan prasarana dalam mendukung perekonomian bangsa yang diawali puluhan tahun yang lalu.

Tabel  1: Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia
                Tahun 1971-2040
No.
Tahun
Jumlah Penduduk (dalam Jutaan) jiwa
Keterangan
Laki-laki
Perempuan
Total
1.
1971
58,3
60,0
118,3
Sensus
2.
1980
72,9
73,8
146,7
Sensus
3.
1990
89,3
89,9
179,2
Sensus
4.
2000


205.1
Sensus
5.
2005
107,2
106,1
213,3
Survey
6.
2010


237,6
Sensus
Sumber: BPS Jakarta

Pengendalian penduduk dengan adanya keluarga berencana yang diawali dan diperluas sejak awal orde baru telah mampu mengendalikan pertumbuhan penduduk dengan melihat rata-rata kelahiran total sebagai berikut:
Tabel 2: Perkembangan Total Fertility Rate Di Indonesia Periode 1971-1980 s.d 2000-2010
No.
Periode
TFR
Keterangan
1.
1971-1980
2,32
Sensus
2.
1980-1990
1,98
Sensus
3.
1990-2000
1,49
Sensus
4.
2000-2010
1,49
Sensus
Sumber: BPS Jakarta

Engine of Grouth dimana bonus demografi menjadi pilar peningkatan produktivitas negara kita Indonesia akan dijadikan landasan pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan sumber daya manusia (SDM) yang produktif.

Ketika angka fertilitas menurun (table di atas) akan berdampak kepada pendapatan perkapita meningkat untuk memenuhi kebutuhan penduduk usia anak-anak akan dapat dialihkan pada peningkatan mutu atau kualitas manusia secara keseluruhan, dan pada saat yang sama jumlah anak yang sedikit akan membuka peluang penduduk perempuan untuk masuk dalam bursa tenaga kerja/pasar kerja yang juga mendongkrak produktivitas.

Yuswohady (2014) Bonus demografi di Indonesia sudah mulai pada tahun 2010 yang lalu dan akan mencapai puncaknya pada sekitar tahun 2020 hingga 2030 yang akan dating. Pembahasan ini telah dijelaskan bahwa BPS (2010) angka rasio usia produktif terhadap usia non-produktif mencapai 51,3%.

Tabel  3: Perkembangan usia produktif dan non produktif Penduduk Indonesia
                Periode 1971-2010 (Bonus Demografi)
No.
Periode
Usia
Keterangan
Produktif (%)
Non-produktif (%)
1.
1971
46,49
53,51
53,51
2
1980
44,17
55,83
55,83
3.
1990
40,42
59,58
59,58
4.
2000
48,70
51,30
51,30
5.
2010
44,17
55,83
Proyeksi
Sumber: BPS Jakarta






Tabel  4: Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia, TFR, Usia Produktif
                Tahun 1971-2010
No.
Tahun
Perkembangan
Keterangan
Penduduk
TFR (%)
Usia Produktif (%)
1.
1971
118,3
2,32
53,51
Sensus
2.
1980
146,7
1,98
55,83
Sensus
3.
1990
179,2
1,49
59,58
Sensus
4.
2000
205.1
1,49
51,30
Sensus

2005
213,3
2,32
53,51
Survey
5.
2010
237,6
1,98
55,83
Sensus
Sumber: BPS Jakarta


Berbicara tentang bonus demografi tentunya kita terlebih dahulu memikiki kesepakatan tentang istilah bonus demografi karena ketika konsep ini ternyata tidak diterima oleh sebagian orang tentang istilah ini maka kerancauan apa yang kita harapkan pada tahun 2035 nani juga akan rancu. Hal ini terkait dengan keadaan ekonomi yang diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Investasi juga dapat dipakai sebagai acuan terkait dengan bonus demografi, karena bukan saja investasi dalam hal permodalan/uang, namun investasi dalam hal SDM dalam hal ini SDM yang dalam kelompok usia produktif. Kita sepakati dengan konsep dalam kajian teori bahwa bonus demografi secara operasional adalah rasio dimana penduduk usia produktif (usia 15-65 tahun) semakin banyak dibanding jumlah penduduk usia non-produktif (usia 0-14 dan 65 tahun keatas), dengan asumsi usia produktif tersebut (15-65) seluruhnya bekerja.

Ketika dilihat dari segi ekonomi  (pendapatan) maka asumsinya tentu mengarah kepada adanya sebagian pendapatan yang dapat disisihkan untuk ditabung atau investasi oleh kelompok usia produktif karena semakin sedikit beban yang menjadi tanggungan dalam hal ini kelompok usia non-produktif. Berdasarkan kesepakatan operasional ini maka dapat diprediksi bahwa ketika semua menduduk usia produktif bekerja karena dapat menanggung usia non-produktif dalam kehidupan hari-hari, dan dalam istilah keluarga berencana mampu mengatasi angka kemiskinan yang termasuk pada pra KS dan KS-I

Investasi memang sangat menentukan keberhasilan suatu wilayah/daerah baik dilihat dari investasi permoodalan (uang) maupun investasi SDM. Sebenarnya yang lebih menguntungkan dan menentukan kemajuan suatu negara adalah investasi SDM karena melalui investasi SDM akan menghasilkan dan berdampak kepada besarnya investasi modal yang akan diperoleh dan digunakan untuk pengembangan suatu wilayah.

Kritik seperti yang dikatakan oleh Ananta (Oktober 2013) dalam mletiko.com yang menyatakan bahwa ukuran bonus demografi memiliki kelemahan asumsi dalam konsep, ketidak jelasan dalam indicator yaitu kapan suatu angka ketergantungan dikatakan rendah, siapa yang disebut produktif dan tidak produktif, apa implikasi kebijakan bonus demografi. Pertimbangan kritik ini sangat menarik terkait dengan keberhasilan pemerintah dalam mewujudkan manfaat dari bonus demografi, artinya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akan muncul strategi apa yang harus dilakukan untuk pemanfaatan bonus demografi tersebut dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, serta pendekatan yang tepat untuk merealisasikan bonus demografi tersebut

Hal ini yang dilirik oleh saya sebagai penulis bahwa investasi yang pertama dan yang utama adalah investasi SDM karena melalui investasi SDM maka program pemerintah akan berjalan untuk mencapai tujuan umum yaitu kesejahteraan malalui investasi dibidang pendidikan, investasi dibidang kesehatan, investasi dibidang politik, ekonomi dan sebagainya.

Strategi konkrit dari dampak positif terhadap keberhasilan pemanfaatan bonus demografi pada tahun 2035 untuk mencapai peningkatan kesejahteraan masyarakat selalin invstasi di bidang pendidikan formal,  investasi di bidang  kesehatan, investasi di bidang social ekonomi, investasi bidang politik dan sebagainya adalah pengembangan SDM terutama merekrut calon-calon pemimpin perubahan dilingkungan pemerintah serta melakukan investasi SDM sebagai calon-calon pemimpin yang orientasi kepada pelayanan kepada masyarakat.

Khusus point rekrutmen dan investasi calon pemimpin perubahan adalah hal penting karena melalui pemimpin perubahan ini akan memunculkan berbagai inovasi-inovasi baru untuk melaksanakan peningkatan kualitas pemimpin untuk terlibat langsung dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat dengan jangkauan s.d masyarakat di tingkat pesedaan yang terpencil sekalipun. Melalui pemimpin-pemimpin perubahan yang ada di tingkat pusat/perkotaan sampai dengan pemimpin di tingkat kelurahan/pedesaan harus memiliki satu visi untuk mensejahterakan masyarakat.

Selain itu hal penting lainnya adalah keberlanjutan program pemerintah dalam hal pencapaian tujuan pemanfaatan bonus demografi yang sifatnya jangka panjang yang akan dicapai pada tahun 2035 tersebut, harus menunjukkan kejelasan sehingga tidak ada istilah ganti pemimpin diikuti dengan ganti visi, misi, program dan tujuan dari program pembangunan tersebut. Kalau benar-benar konsekuen dengan program yang disepakati tersebut, siapapun pemimpin harus melanjutkan visi yang sudah disepakati sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

Sosial ekonomi; dalam bahasan ini dibatasi pada pendidikan dan kesehatan karena pendidikan dan kesehatan merupakan variable yang  sangat menentukan. Terkait dengan ekonomi pendidikan sebagai output dari hasil pendidikan berdampak kepada kemampuan para masyarakat yang pernah mengikuti pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal dengan peningkatan kualitas SDM yang berdampak kepada peningkatan income atau pendapatan, artinya semakin baik atau semakin tinggi tingkat pendidikan maka kualitas SDM semakin baik, selanjutnya semakin baik kualitas SDM dalam pendidikan akan berdampak kepada tingkat pendapatan yang juga berakibat pada peningkatan kesejahteraan

Demikian juga dengan kesehatan, dimana dengan terjaminnya tingkat kesehatan masyarakat maka kemampuan masyarakat dalam meningkatkan –pendapatan juga akan semakin tinggi (ekonomi kesehatan), artinya kedua variable tersebut ternyata menentukan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan bahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan penduduk, bonus demografi dan sosial ekonomi indonesia  merupakan suatu system yang saling mempengaruhi: 1) Kebijakan pemerintah yang terkait dengan program kependudukan pemahamannya masih terbatas kepada pembuat kebijakan, 2) Perkembangan penduduk pertumbuhannya sangat bervariasi, 3) Rendahnya beban tanggungan sebagai bonus demografi berpengaruh terhadap social ekonomi yang dibatasi kepada ekonomi pendidikan dan ekonomi kesehatan, 4) Program Keluarga Berencana dengan  visi yang tegas untuk dicapai

Daftar Pustaka:
Ananta (Oktober 2013) dalam mletiko.com [14 Juni 2014; 17:05]
Aswar Rasyid, 1993., Proyeksi Penduduk Indonesia Per Provinsi 1990-2000, BPS:Jakarta
Bovie, 1994., Demographic Perspective, UGM:Jogyakarta
Desriani08, 2010., dalam destriani08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/bonus-demografi [14 Juni 2014; 20:20]
Rusman Heriwan, 2011., Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Indonesia (Hasil Sensus Penduduk 2010), BPS:Jakarta.
Yuswohady.com/…/11/17/bonus-demografi, [14 Juni 2014; 16:38]

No comments:

Post a Comment