Thursday, 14 January 2016

MEMIMPIN DALAM BUDAYA PERUBAHAN (LEADING IN A CULTURE OF CHANGE)



ABSTRAK
Oleh: Bovie Kawulusan*)

Perubahan akan menjadi lebih baik atau lebih butuk  umumnya dilihat dari bagaimana pimpinan membangun emosionalnya mulai dari memahami tujuan moral, perubahan pemahaman, membangun hubungan, memiliki dan mmbagi ilmu pengetahuan, dan mampu mempersatukan, sehingga pemimpin memiliki energi, harapan dan semangat yang tinggi untuk mencapai tujuan. Pemimpin juga tidak terbatas kepada membangun emosionalnya tetapi juga harus memiliki komitmen internal maupun eksternal dengan para anggoranya atau para bawahan untuk mencapai tujuan dengan hasil yang terbaik.

Pemimpin dalam usaha pencapaian tujuan juga tergantung dari type kepemimpinan mulai dari yang berwibawa sampai dengan mampu melatih, dan dalam pencapaian tersebut juga dapat dilihat dari cepat atau lambatnya pemimpin itu sendiri dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi.

Key Words: Leading, Cultur Of Change


BAB I
SUATU PEMUSATAN YANG LUAR BIASA

Perubahan adalah sebuah pisau bermata dua, disatu sisi segala hal meyakinkan kita dapat menemukan jalan baru untuk melangkah ke depan dan untuk membuat terobosan yang positif, dan disisi lain  sebaliknya tidak meyakinkan untuk mendapatkan  terobosan positif tersebut terlebih di dalam lingkungan yang tidak berkembang. Melihat dari kedua sisi tersebut, maka untuk menjadikan perubahan itu lebih baik atau lebih buruk, semua itu dilihat dari bagaimana pimpinan membangun emosinalnya, dan ketika emosi menjadi semakin menjadi-jadi, maka kunci perubahan tersebut adalah kepemimpinan.
Budaya organisasi Menurut Hoy & Miskel (2001) diartikan sebagai suatu suasana, karakter, atau gambaran suatu organisasi yang dapat dirasakan. Budaya pada organisasi informal telah muncul lebih awal di beberapa negara yaitu, norma, value, ideologi, dan sistem yang ada/sistem yang sudah ada.
Pemimpin karismatik adalah pemimpin yang baik, namun jika pemimpin tidak hati-hati, akan lebih sering melakukan hal-hal yang merugikan daripada yang bermanfaat. Pemimpin yang putus asa dalam mengikuti perkembangan kadang-kadang menjadi penghalang karena adanya rasa ketergantungan. Para pemimpin yang memiliki kemampuan yang luar biasa, juga sering melakukan tindakan yang merugikan, pada hal  mereka adalah contoh yang tidak pernah bisa disaingi oleh masyarakat. Perubahan yang mendasar dan mendukung tergantung pada respons dari masyarakat, dan tidak  sedikit orang yang dipproyeksikan untuk menjadi luar biasa.
Buku ini menekankan mengenai bagaimana kita dapat meningkatkan kepemimpinan kita dengan memusatkan pada bagian kecil sebagai dimensi kunci untuk keberhasilan. Masing-masing dan setiap pemimpin, baik CEO dari perusahaan multinasional atau sebuah sekolah utama, bisa menjadi semakin efektif dan menjadi lebih efektif dengan memusatkan pada sebagian kecil dari aspek ini yaitu kepemimpinan dan dengan meningkatkan pemikiran baru tentang tanggung jawab pemimpin kepada dirinya sendiri, juga kepada siapa dia bekerja.
Kepemimpinan dibutuhkan untuk masalah-masalah yang tidak memiliki jawaban yang mudah. Kita menempatkan pemimpin pada posisi yang tidak mudah dapat dipertahankan (atau, sebagai alternatif, sistem kita menghasilkan pemimpin yang mencoba membawa kita ke hari-hari yag lebih baik, memberikan solusi yang sederhana). Homer-Dixon (2000b, p.15) membuat suatu persamaan: “Kami meminta (Pemimpin) untuk menyelesaikan, atau minimal mengatur, karena banyak permasalahan yang saling berhubungan yang dapat berkembang ke dalam suatu krisis tanpa peringatan; kami meminta pemimpin untuk menjalankan suatu kenyataan, dalam aspek-aspek inti, yang secara harafiah tidak dapat dipahami oleh pikiran manusia lainnya; kami menjelaskan mereka setiap sisi-sisi dengan lebih berani, minat khusus yang lebih kuat untuk menghadapi tantangan setiap gagasan kebijakan inovatif; kami memahami mereka tetapi sering tidak menolong dan mengacaukan informasi; dan kami memaksa mereka untuk memutuskan dan bertindak pada suatu langkah yang lebih cepat.”
Suatu alternatif, pendapat Heifetz (1994, p.15), adalah salah satu gambaran “menggerakkan orang-orang untuk menyelesaikan permasalahan dengan tabah”. Kepemimpinan bukan hanya “mengarahkan” yang lain untuk menyelesaikan masalah yang kita ketahui, tetapi bagaimana “menyelesaikannya”, dan juga menolong mereka menghadapi masalah yang tidak pernah terselesaikan dengan sukses.
Terdapat 5 alasan yang kuat untuk memahami kepemimpinan yang mandiri, kuat, mendukung,  pengaruh  timbal balik untuk menghadapi  perubahan yang lebih baik.
Pertama, dengan singkat bertujuan bahwa dengan moral yang baik berarti berlaku dengan niat membuat perbedaan yang lebih baik dalam kehidupan para pekerja, pelanggan dan masyarakat secara keseluruhan.
Kedua, penting bagi para pemimpin untuk mengetahui proses perubahan. Tujuan moral tanpa sebuah pemahaman mengenai perubahan akan menjadi siksaan moral. Lebih dari itu, pemimpin yang menggabungkan sebuah komitmen dengan tujuan moral dengan suatu pemikiran yang sehat untuk keanekaragaman dari proses perubahan tidak hanya akan menjadi lebih sukses tetapi juga akan lebih menggali dan menemukan tujuan moral yang lebih mendalam.
Ketiga, kita telah menemukan bahwa satu faktor umum untuk setiap prakarsa perubahan yang sukses adalah pengembangan hubungan. Para pemimpin yang efektif secara konstan/kontinyu membantu perkembangan interaksi dan penyelesaian masalah, dan konsensus yang lebih hati-hati.
Keempat, suatu pekerjaan baru yang dimuculkan berdasarkan berbagai pengetahuan, mencerminkan sesuatu yang sama dengan yang 3 faktor/alasan yang sebelumnya telah dijelaskan.
Kelima, pemimpin yang efektif akan cukup bertoleransi dengan kerancuan untuk menjaga ide-ide kreatif yang mengalir, tetapi setiap saat (sesekali mereka dan grup mereka cukup mengetahui), mereka mencari dengan cermat. Perbuatan dengan cermat adalah suatu pencarian yang kekal. Kepemimpinan adalah suatu perubahan kebudayaan yang sulit karena ketidakseimbangan adalah umum (dan bernilai, dengan ketentuan bahwa pola yang teladan dapat membantu perkembangan).
Secara ringkas, tujuan moral dikaitkan dengan arah dan hasil yaitu mengetahui perubahan, membangun hubungan, dan membangun pengetahuan dengan menghormati kompleksitas dan menemukan yang terbaik, serta membuat pola yang dapat diteladani. Tetapi biasanya tidak ada yang cukup linier, dan tetap akan nampak ketika seseorang membaca suatu uraian sederhana dari setiap komponen.
Ada karakteristik lain yang nampaknya lebih pribadi yang dimiliki oleh para pemimpin yang efektif, yang disebut energi-gairah-harapan. Pemimpin yang berenergi-bergairah-harapan “karena” maksud moral lebih besar pada diri mereka sendiri, keterlibatan diri mereka di dalam perubahan, secara alami akan membangun hubungan dan pengetahuan, dan mencari dengan seksama untuk memperkuat tujuan moral. Memandang secara dinamis dari “sisi lain”, kita dapat melihat bahwa para pemimpin memandang lima aspek dari kepemimpinan tidak bisa membantu perasaan dan tindakan lebih berenergi, bergairah dan lebih berharap.
Para pemimpin dengan tujuan moral dalam menyediakan bimbingan, tetapi mereka juga bisa tidak mengetahui apabila ide-ide tidak ditantang melalui perubahan yang dinamis, memberi dan menerima hubungan dan ide-ide yang dihasilkan dengan pengetahuan yang baru. Persamaannya, koherensi dilihat sebagai bagian dan kesatuan kompleksitas dan tidak akan pernah bisa dengan sepenuhnya untuk dicapai.
Pemimpin yang efektif, karena mereka hidup dan berpegang pada lima aspek dari kepemimpinan, menemukan diri mereka berkomitmen untuk tinggal di tempat tersebut (dalam beberapa hal, mereka juga diilhami oleh yang lainnya dalam suatu organisasi sebagaimana mereka saling berhubungan di sekitar tujuan moral, pengetahuan baru, dan prestasi yang berkala), dan tentu saja, mereka mengerahkan banyak dan banyak orang untuk menjadi tabah/betah dalam menyelesaikan masalah. Para pemimpin menjadi bersemangat, dan juga kelompok, yang berarti mereka menyadari bahwa mereka juga bisa salah.
Bahkan ketika hasil komitmen adalah jelas, mereka berkualifikasi. Argyris telah membantu kita membuat perbedaan yang rumit antara komitmen eksternal dan internal. “Bagaimanapun perbedaan tersebut, mereka diaktifkan dan pencarian energi yang mereka gunakan”. Komitmen eksternal adalah yang dicetuskan oleh kebijakan manajemen dan latihan yang memungkinkan karyawan untuk memenuhi tugas mereka. Komitmen internal berasal dari energi internal manusia yang diaktifkan karena dalam melaksanakan pekerjaan pada hakikatnya adalah memberi penghargaan. Catatan Argyris bahwa “ketika orang lain menggambarkan objek, tujuan, dan langkah-langkah yang diambil untuk mencapainya, apapun juga komitmen akan jadi eksternal.
Tujuan moral selalu diikuti oleh hal-hal yang mendesak. Jika para pemimpin menjadi lebih hebat, mereka boleh mengatur sistem dari penekanan dan didukung, dimana pada jangka pendek akan memperoleh hasil nyata, tapi sebagian besar diperoleh dari komitmen eksternal. Mengingat komitmen eksternal itu masih bersifat komitmen; maka motivasi akan meletakkan usaha seseorang ke dalam perubahan tugas, dan itu bisa memberikan suatu kegembiraan dan pemenuhan kepuasan.
Tes Lakmus dari semua kepemimpinan adalah apakah itu mengerahkan komitmen orang-orang untuk meletakkan energi mereka ke dalam tindakan yang dirancang untuk meningkatkan berbagai hal.
Kesimpulannya, para pemimpin akan meningkatkan keefektifan mereka apabila mereka secara berkelanjutan berpegang pada lima komponen dari kepemimpinan  yaitu: 1) mengejar tujuan moral, 2) memahami proses perubahan, 3) mengembangkan hubungan, 4) membantu perkembangan pengetahuan, dan 5) mengejar koherensi dengan energi, gairah, dan penuh harapan harapan.


BAB II
TUJUAN MORAL

Tujuan moral adalah berbicara mengenai akhir dan makna, dimana pada tingkatan yang paling muda, tujuan moral adalah bagaimana hubungan manusia berkembang dari waktu ke waktu, khususnya hubungan tentang bagaimana mereka berhubungan dengan yang lain. Ridley (1996) dan Sober dan Wilson (1998) melacak evolusi pemusatan diri dan perilaku kerja sama pada hewan, serangga dan manusia. Yang membedakan pada manusia adalah budaya. Ridley menyatakan hipotesis evolusioner yang menarik, bahwa “kelompok yang korporatif semakin banyak dan sifat egois menghilang, jadi komunitas yang koporatif sudah terhindar dari pengaruh orang lain” (p. 175). Para pemimpin di semua organisasi, baik mereka mengetahuinya atau tidak, mendukung untuk yang lebih baik atau lebih buruk kepada tujuan moral di organisasi mereka sendiri serta di lingkungannya secara keseluruhan.
Sober dan Wilson (1998) juga menegaskan bahwa sia-sia membantah orang yang egois (memusatkan pada diri sendiri) atau motivasi rendah diri (tidak egois).
Kita akan melihat bahwa para pemimpin yang bekerja sesuai dengan lima kualitas pemimpin yang dikemukakan pada buku ini, dan tidak hanya kualitas pertama yang jelas secara nyata, tapi tujuan moral itu sendiri tidak terlepas dari empat komponen lainnya yaitu sesuai dengan definisi menemukan langkah diri mereka sendiri sesuai tujuan moral. Tujuan moral sangat bergantung pada lima komponen dari kepemimpinan sebagaimana mereka laksanakan/lakukan pada pelatihan.
Berkelakuan dengan tujuan moral dalam suatu dunia yang kompleks, sebagaimana kita telah dilihat, sangatlah meragukan. Pertama, ada banyak, banyak “barang-barang” yang bersaing, dimana tidak semua bisa dikejar. Inilah kenapa berbuat dengan tepat merupakan kualitas yang penting untuk kepemimpinan yang efektif. Berbuat dengan tepat, dimana diutamakan dan dipusatkan, sangatlah dimudahkan ketika diajarkan tujuan moral.
Kedua, sangatlah mendasar, tujuan moral sangat meragukan karena itu harus bertentangan dengan tujuan dan minat yang berbeda dari kelompok yang berbeda. Keanekaragaman dari suku yang berbeda, perbedaan kelompok kesukaan, perbedaan kekuasaan, dan perbedaan mendasar dalam  hidup. Untuk mencapai tujuan moral adalah dengan menguatkan interaksi, bahkan tujuan timbal balik, golongan yang berseberangan. Namun masalahnya adalah orang-orang tidaklah sama, dan yang diistemewakan memiliki suatu kepentingan dalam keadaan tetap pada suatu waktu tertentu sepanjang itu untuk kebaikan mereka.
Keuntungan dapat diperoleh ketika mereka memperhatikan tujuan moral. Sebagai pembanding, perusahaan yang telah lama berdiri (lebih dari lima tahun) memiliki rasa yang kuat dan diadaptasikan pada lingkungan mereka tanpa ada hal-hal mendasar/inti yang mencurigakan.
Du gues (1997) berbicara tentang kasus yang positif dan negatif: “Perusahaan bangkrut karena manager mereka memusatkan pada aktivitas ekonomi untuk memproduksi barang dan jasa, dan mereka melupakan organisasi mereka’ yang alami sebagai komunitas yang alami.
Perusahaan tanpa tujuan akan bangkrut di kemudian hari. Sebaiknya, mereka memenangkan awal pertempuran yang aneh dan dengan mantap dan setelah itu akan mengakhiri peperangan tersebut.
Tujuan moral adalah manfaat yang sangat bermakna; itu tidak bisa hanya digunakan hanya untuk diri sendiri, tetapi diatur untuk mulai ditanamkan dan digunakan dari lahir. Di dalam terminologi yang evolusioner, tujuan moral telah cenderung ditakdirkan untuk muncul. Walaupun tujuan moral itu alami, itu akan berkembang hanya jika para pemimpin memahaminya.
            Tujuan moral dan pencapaian organisasi yang didukung satu sama lain tidak berdiri sendiri dan para pemimpin di dalam suatu perubahan kebudayaan menyadarinya. Pascale, Millemann dan Gioja (2000, p.92) menemukan elemen-elemen dari kepemimpinan ini dalam tujuh perusahaan yang mereka pelajari, dan menyebut “ketahanan” tantangan abad ini: “Teori dari ketahanan adalah didasari dari suatu tritunggal yaitu kesehatan lingkungan, keadilan sosial dan kelangsungan hidup ekonomi. Apabila ketiga ini lemah atau hilang, maka teori dari ketahanan menyebutkan bahwa latihan (apa yang dilakukan perusahaan) tidak akan meningkatkan ketahanan sepanjang waktu.
Kesimpulannya: Tujuan moral adalah manfaat yang sangat bermakna; itu tidak bisa hanya digunakan untuk diri sendiri, tetapi diatur untuk mulai ditanamkan dan digunakan sejak lahir. Di dalam terminologi yang evolusioner, tujuan moral telah cenderung ditakdirkan untuk muncul. Walaupun tujuan moral itu alami, itu akan berkembang hanya jika para pemimpin memahaminya.
Du gues (1997) berbicara tentang kasus yang positif dan negatif: “Perusahaan bangkrut karena manager mereka memusatkan pada aktivitas ekonomi untuk memproduksi barang dan jasa, dan mereka melupakan organisasi mereka’ yang alami sebagai komunitas yang alami.


BAB III
MEMAHAMI PERUBAHAN

3.1. Proses Perubahan
Mengingat bahwa suatu perubahan kebudayaan terdiri dari ketidaklinearan dan kecepatan tangan serta juga potensi yang sama besar untuk terobosan yang kreatif pada yang lainnya.
Memahami proses perubahan itu lebih sedikit inovasi dan lebih banyak tentang inovatif atau lebih sedikit strategi dan lebih banyak tentang penyetrategian.
Apa yang harus dilakukan ketika membaca Kotter’s sebagai Pemimpin Perubahan, dimana dia mengusulkan 8 langkah proses  naik turunnya perubahan.
  1. Pendirian suatu keesatuan
  2. Menciptakan suatu kesatuan
  3. Mengembangkan suatu visi dan strategi
  4. Mengkomunikasikan perubahan visi
  5. Pemberian kuasa yang didasarkan pada tindakan
  6. Pembangkit kemenangan jangka pendek
  7. Memperkuat keuntungan dan menghasilkan lebih banyak perubahan
  8. Penjangkaran pendekatan baru dalam suatu budaya.
Apa yang harus dilakukan apabila kamu berbalik kepada observasi Beer, Eisenstat, dan Spector (1990) mengenai kelanjutan ide dan energi dari bawah ke atas?
  1. Mengerahkan kesanggupan untuk berubah melalui hubungan hasil diagnosa
  2. Mengembangkan visi bersama mengenai bagaimana mengorganisir dan mengatur untuk daya saing
  3. Membantu perkembangan perhatian untuk visi yang baru, wewenang untuk menetapkan itu, dan kohesi untuk berpindah
  4. Revitalisasi yang disebar untuk semua bagian tanpa mendorongnya dari atas
  5. Melembagakan revitalisasi melalui kebijakan formal, sistem dan struktur
  6. Memantau dan melakukan penyesuaian strategi dalam menghadapi masalah di proses revitalisasi
Apa yang  terpikirkan dari nasihat Hamel (2000) pada “memimpin revolusi” dengan melihat raut wajahmu sendiri?
Langkah 1       : Membangun sudut pandang
Langkah 2       : Menulis sebuah manifesto
Langkah 3       : Membuat suatu koalisi
Langkah 4       : Mengambil targetmu dan kejadianmu
Langkah 5       : Menetralkan
Langkah 6       : Menemukan penerjemah
Langkah 7       : Kemenangan kecil, awal kemenangan, selalu menang
Langkah 8       : Mengisolasi, menyusup, mengintegrasi
Setelah melalui suatu ekspedisi dari 10 managemen sekolah tentang pemikiran, Mintzberg menggambarkan kesimpulan yang sama ketika mereka mencerminkan bahwa “jalan yang terbaik ‘untuk mengatur’ perubahan adalah mengijinkan terjadi” (p.324), “untuk didorong oleh hubungan luar dibanding desakan konsep. Itu bukanlah manajemen dan buku kepemimpinan tidak menyediakan ide-ide yang bernilai – mereka melakukan – tetapi jarang ada “jawaban” yang ditemukan. Meskipun demikian, perubahan bisa dipimpin, dan kepemimpinan tidak membuat suatu perbedaan. Memahami Proses Perubahan harus memperhatikan:
  1. Tujuan bukanlah untuk banyak menginovasi
  2. Tidaklah cukup memiliki ide terbaik
  3. Menghargai implementasi mendalam
  4. Menggambarkan pembalasan
  5. Membudayakan kembali adalah nama permainan
  6. Tidak pernah satu daftar, selalu kompleks
Iklim diukur dengan mengombinasikan 6 faktor dari lingkungan kerja yaitu : fleksibilitas, tanggung jawab, standar, hadiah, kejelasan, dan komitmen. Hasil penjualan termasuk pengembalian penjualan, perkembangan pendapatan, efisiensi dan keuntungan.
Berikut ini adalah 6 tipe kepemimpinan yang diidentifikasi oleh Goleman:
  1. Memaksa
  2. Berwibawa
  3. Membaur
  4. Demokratif
  5. Berstandar tinggi
  6. Pelatih
Dua dari 6 tipe tersebut terpengaruh keadaan dan tampilan. Ini adalah gaya yang memaksa (orang marah dan membalas) dan tipe yang memiliki standar tinggi. Keempat tipe lainnya memiliki dampak positif pada keadaan dan tampilan.

3.2. Tujuan bukanlah untuk banyak memberikan inovasi
Dengan sulit menerima inovasi setelah inovasi adalah pemimpin Goleman yang mempunyai standar tinggi (2000, p.86)
Pemimpin yang mengatur tampilan standar yang berkualitas tinggi dan menerangkan dengan contoh diri mereka sendiri. Dia termasuk melakukan sesuatu dengan cepat dan lebih baik, dan dia bertanya yang sama pada setiap orang di sekelilingnya. Dia dengan cepat menunjuk pencapai yang lemah dan lebih menghukum mereka. Apabila mereka menaikkan kesempatan itu, dia mengganti mereka dengan orang yang bisa mengerjakan. Kamu berfikir seperti pendekatan akan meningkatkan hasil, tetapi itu tidak. Pada kenyataannya, tipe yang memiliki standar tinggi menghancurkan lingkungan. Banyak para pekerja merasa dikekang dengan keinginan orang yang berstandar timggi untuk menjadi sangat baik, dan moral mereka turun – petunjuk untuk bekerja yang mungkin akan jelas di kepala/di benak para pemimpin, tetapi dia tidak menjelaskan secara jelas; dia mengira orang-orang mengetahui apa yang harus dilakukan.

3.3. Tidaklah cukup memiliki ide terbaik
Adalah mungkin untuk menjadi “kebenaran  yang hilang”. Ini adalah pemimpin yang memiliki beberapa ide terbaik tetapi tidak seorangpun yang bisa mewujudkannya. Dengan segera, bagaimanapun, kenaikan moral, dan sukses dalam jangka pendek, akan diikuti oleh yang lainnya yang terus menerus diikuti. Bahkan yang semakin canggih adalah “memiliki ide yang baik” sangatlah meragukan.
Tetapi sebenarnya memiliki ide yang bagus bukanlah hal yang buruk, dan merupakan satu elemen dari kepemimpinan yang efektif, seperti yang diungkapkan Goleman yaitu tipe yang berwibawa.
Data Goleman menunjukkan bahwa pemimpin yang berwibawa memberikan pengaruh yang baik pada suasana dan pencapaian. Untuk beberapa keadaan, ketika ada masalah yang gawat dan orang-orang sedang tidak ada, pemimpin yang tidak cakap tidak akan bisa menanganinya. Pada saat itu, akan sangat membantu ketika sang pemimpin memiliki ide yang bagus. Tetapi akan sangat mudah bagi pemimpin yang berwibawa untuk membaur pada masyarakat yang membangun ketika kegembiraan awal tidak bisa didukung karena tidak bisa ke komitmen internal.
Jalan lain yang ditempuh, jawabannya adalah bahwa pemimpin yang berwibawa dibutuhkan untuk mengenali kelemahan sebagai kekuatan pada pendekatan mereka. Mereka membutuhkan, seperti yang Goleman simpulkan, untuk menggunakan keempat tipe pemimpin yang sukses: “Pemimpin yang menguasai empat atau lebih – khususnya wibawa, demokrasi, membaur, dan tipe pelatih – memiliki suasana dan pencapaian bisnis.

3.4. Menghargai Implementasi yang mendalam
            Implementasi yang mendalam secara harafiah adalah pencapaian dan rasa percaya diri menghadapi sebuah inovasi yang menawarkan kemampuan dan pemahaman baru. Semua inovasi yang berharga menyerukan orang-orang untuk bertanya dan hormat untuk mengubah tingkah laku mereka dan kepercayaan mereka – bahkan di beberapa kasus dimana inovasi dikejar dengan sukarela.
            Tipe pengalaman ini adalah material perubahan klasik. Orang-orang merasa bersemangat, ketakutan, kacau, dikelilingi, tidak memiliki kemampuan, waspada, dan – apabila mereka memiliki tujuan moral – merasa terganggu. Karena kita sedang membicarakan tentang sebuah perubahan budaya, tidak ada kekurangan dari implementasi yang mendalam atau, kita boleh mengatakan, celah.
            Orang yang memiliki standar tinggi dan pelatih tidak memiliki empati apapun juga untuk orang-orang yang mengalami implementasi yang mendalam. Mereka tidak akan tahu implementasi yang mendalam jika mereka merasakan itu. Pemimpin yang efektif memiliki rasa sensitif terhadap implementasi.
            Pemimpin yang memahami implementasi yang mendalam mengetahui bahwa orang-orang yang sedang menghadapi dua jenis masalah ketika mereka sedang terperosok – psikologis sosial dari ketakutan perubahan, dan kekurangan tekhnik bagaimana mengetahui kemampuan untuk membuat perubahan kerja. Itu harus nyata bahwa para pemimpin butuh membaur dan tipe melatih pada situasi ini. Pemimpin yang membaur menaruh perhatian pada orang, memusatkan pada membangun ikatan emosional, membangun hubungan dan menyembuhkan luka. Pemimpin yang sebagai pelatih menolong orang dengan membangun dan menanamkan pada kapasitas membangun (goleman, 2000).
            Para pemimpin iniyang peka pada tipe kombinasi implementasi yang mendalam: mereka masih memiliki rasa yang mendesak dari tujuan moral, mereka masih mengukur sukses pada bagian hasil, tetapi mereka mengerjakan hal-hal yang disukai agar organisasi tetap berjalan.

3.5. Menggambarkan Balasan
            Orang yang memiliki standar tinggi dan tipe pelatih adalah pendengar yang buruk. Pemimpin yang berwibawa juga tidak baik untuk menjadi pendengar. Pemimpin yang membaur dan pemimpin yang demokratif mendengarkan terlalu banyak. Inilah mengapa kepemimpinan sangatlah rumit. Itu memerlukan kombinasi elemen yang tidak mudah dan berjalan bersamaan. Para pemimpin harus memiliki ide yang baik dan melaksanakannya dengan baik (elemen wibawa) dimana di waktu yang sama mencari dan mendengar orang yang ragu (aspek dari kepemimpinan demokrasi). Mereka harus mencoba membangun hubungan yang baik (wibawa) bahkan dengan siapapun yang tidak mempercayai mereka.
            Memenuhi kompleksitas dari pembalasan dan sisi hal positif yang tidak dihargai kita butuh untuk menghargai balasan untuk 2 alasan. Pertama, kita terkadang memiliki ide yang mungkin kita lupa,  khususnya pada situasi yang berbeda atau kompleksitas atau dalam menyelesaikan permasalahan yang mana jawabannya tidak diketahui.
            Kedua,  pembalasnan adalah hal yang rumit ketika itu menjadi implementasi politik. Banyak dari ketua yang kuat yang cara lainnya tidak menghargai balasan yang telah secara tidak formal telah diberikan. Di semua organisasi, menghargai pembalasan sangatlah penting, karena apabila kamu menolaknya, hanyalah soal waktu sebelum  mengambil bea nya, mungkin selama implementasi tidak lebih awal. Bahkan dengan ketat mengawasi dan otorisasi yang mengikat organisasi, tidaklah mudah untuk menyabotase arah yang baru selama implementasi.
            Untuk semua alasan, organisasi yang sukses tidak hanya dengan pemberi inovasi, mereka dengan bebas membangun perbedaan. Mereka tidak berpikir terlalu banyak ketika yang lainnya mengganggu keseimbangan. Mereka juga percaya proses pembelajaran yang mereka atur. Organisasi yang sukses dan pemimpin mereka mengetahui dan mempercayai isi yang dinamis hanya berisi pengecekan dan keseimbangan membutuhkan kesepakatan dengan sedikit membalas bantuan orang yang membuat suatu karir ke luar dan menjadi lawan terhadap segalanya.

3.6. Membudayakan Kembali adalah nama permainan
Struktur tidak membuat perbedaan, tetapi bukanlah poin inti dalam mencapai sukses. Mengubah kebudayaan adalah poin inti, saya menyebutnya membudayakan kembali. Pemimpin yang efektif mengetahui bahwa pekerjaan yang berat dari budaya kembali adalah sinus yang bukan suatu kemajuan. Lebih lanjut, itu adalah jenis tertentu dari membudayakan kembali dimana kami bekerja dengan keras: salah satu aktivitas dan memperdalam tujuan moral melalui pekerjaan yang kolaboratif yang menghormati perbedaan  dan membangun serta menguji pengetahuan dengan hasil yang terukur.
Memimpin sebuah perubahan kebudayaan berarti membuat suatu perubahan budaya (tidak hanya sebuah struktur). Membudayakan kembali adalah permainan kontak yang terlibat dengan keras, bekerja pada pekerjaan intensif. Itu membutuhkan waktu dan tidak pernah berakhir.

3.7. Tidak pernah suatu daftar, selalu kompleks
            Akan menjadi lebih produktif  untuk membangun suatu pemikiran sendiri melalui lima komponen dari kepemimpinan karena merupakan satu dari kemungkinan untuk kepemimpinan yang efektif pada waktu yang kompleks. Ini berat bagi para pemimpin karena mereka didorong untuk menyediakan solusi. Pada waktu masalah mendesak dan keadaan kacau, orang-orang meminta pemimpin yang bisa menunjukkan jalan. Dengan kata lain, pemimpin dan anggota organisasi, karena mereka hidup dalam suatu perubahan budaya yang hingar bingar, peka terhadap kejelasan solusi menghibur.
            Tidak ada kesimpulan bahwa pemimpin yang efektif harus mengembangkan pengetahuan mereka, memahami dan kemampuan yang harus diketahui sebagai ilmuwan yang komples.
            Pascale bergulat dengan misteri hidup dan kehidupan, itu memproduksi pengertian yang mendalam pada kehidupan itu sendiri dan bagaimana kita berfikir mengenai organisasi, kepemimpinan dan perubahan sosial: “Sistem kehidupan (seperti bisnis) tidak bisa di arahkan sepanjang jalur linear. Konsekuensi yang tidak terduga tidak bisa diacuhkan dan ini merupakan tantangan yang mengganggu mereka dalam suatu cara yang mendekati keinginan itu.
Kompleksitas dari Kepemimpinan
            Memimpin suatu perubahan kebudayaan adalah tentang membuka misteri dari kehidupan organisasi. Keanekaragaman bisa dibuka dan dimengerti tetapi jarang bisa dikendalikan.
            Ada, seperti yang bisa dilihat, keraguan dalam memimpin perubahan. Analisis Goleman menolong kita karena menginformasikan kepada kita bahwa elemen dari tipe kepemimpinan yang berbeda harus dipelajari dan dipergunakan dalam situasi yang berbeda. Tetapi mengetahui apa yang diberikan oleh keadaan masih tidak pasti. Dalam waktu yang panjang, bagaimanapun, keefektifan tergantung kepada pengembangan komitmen internal yang mana adalah ide dan motivasi yang hakiki dari mayoritas luas dari anggota organisasi menjadi aktif. Sepanjang perjalanan, ide yang berwibawa, kekuatan yang domokratis, tipe membangun, dan pelatih semua akan dibutuhkan.
            Pada paragraf I terdahulu dikatakan bahwa lebih banyak aktivitas dibutuhkan pelatihan “di awal” dari krisis dan disinilah kepemimpinan menjadi rumit. Ketika organisasi ada dalam krisis mereka harus diselamatkan dari kekacauan. Tetapi dalam krisis tidak selalu berarti bahwa organisasi keluar dari lingkungannya. Pada kasus ini, perubahan yang radikal sangatlah dibutuhkan, dan ini berarti organisasi membutuhkan kepemimpinan yang berbeda, mengkomunikasikan tantangan, membicarakan tentang kemungkinan mengundang cara, dan membuat mekanisme yang “memotivasi orang untuk menjangkau diluar diri mereka”.
            Akan ada jalan yang baik antara pemimpin yang memaksa dan berwibawa. Kebutuhan untuk memiliki strategi yang berbeda untuk keadaan yang berbeda menjelaskan kenapa kita tidak bisa menyamaratakan dari keberhasilan suatu studi kasus. Peters dan waterma’s dalam Search of Excellence menggembleng dunia managemen untuk inspirasi dan aksi.
            Untuk merekomendasikan perbedaan strategi kepemimpinan pekerja yang secara serempak dan sekuen mengkombinasikan elemen yang berbeda yang terlihat seperti saran yang rumit, tetapi membangun rasa yang mendalam untuk proses perubahan dengan mengakumulasikan pengertian yang mendalam dan kebijaksanaan kedalam situasi dan waktu yang ternyata adalah yang paling praktis yang bisa kita lakukan – lebih praktis daripada model langkah-langkah yang terbaik.
Kesimpulannya: Memahami proses perubahan itu lebih sedikit inovasi dan lebih banyak tentang inovatif atau lebih sedikit strategi dan lebih banyak tentang penyetrategian.
Memahami Proses Perubahan harus melihat: 1) Tujuan bukanlah untuk banyak menginovasi; 2) Tidaklah cukup memiliki ide terbaik; 3) Menghargai implementasi mendalam; 4) Menggambarkan pembalasan; 5) Membudayakan kembali adalah nama permainan; 6) Tidak pernah satu daftar, selalu kompleks
Iklim diukur dengan mengombinasikan 6 faktor dari lingkungan kerja yaitu : fleksibilitas, tanggung jawab, standar, hadiah, kejelasan, dan komitmen.
6 (enam) tipe kepemimpinan yang diidentifikasi oleh Goleman: 1) Memaksa; 2) Berwibawa; 3) Membaur; 4) Demokratif; 5) Berstandar tinggi; Pelatih







BAB IV
HUBUNGAN, HUBUNGAN,  HUBUNGAN

4.1.      Ringkasan Materi
Pada bab ini diuraikan secara mendalam tentang kedudukan dan kebermaknaan dari sebuah hubungan kerja dalam menciptakan suatu kesuksesan organisasi guna mencapai tujuan-tujuannya. Keberhasilan organisasi ditunjang oleh sejauhmana koordinasi hubungan kerja yang digalang oleh para anggota organisasi dalam menjalankan proram-program kerja yang ditetapkan. Hal ini digambarkan dengan pernyataan seorang yang bekerja dalam seuah perusahaan yang maju bahwa keberhasilan perusahaannya disebabkan oleh adanya dukungan hubungan kerja baik diantara orang-orang yang ada dalam perusahaannya.
Gambaran kebermaknaan seuah hubungan kerja ini akan ditunjukkan melalui beberapa kasus terkait dengan kegiatan bisnis dan persekolahan. Kasus tersebut akan menunjukkan keterkaitan tentang tujuan, hubungan kerja dan kesuksesan organisasi berkaitan erat. Bisnis dianggap sebagai nasihat yang baik untuk meningkatkan tujuan.Sementara sekolah sangat perlu untuk memperkuat intelektual selama memperdalam tujuan. Lebih lanjut gambaran kedua aspek tersebut dapat ditinjau melalui kasus-kasus di bawah ini.

4.2. Bisnis Yang Memiliki Jiwa
Lewin dan Regine (2000) menguraikan tentang panduan untuk sebuah teori bisnis yang baru yaitu memunculkan dan menempatkan pentingnya keberadaan orang dan hubungan-hubungan dalamberinteraksi antara satu dengan yang lainnya merupakan suatu sistem kerja yang erat. Dalam konsep ini diuraikan bahwa kecenderungan setiap anggota organisasi akan memiliki kemampuan yang berbeda sehingga satu sama lain akan menjadi bermakna jika perbedaan tersebut dikoordinasikan secara baik. Setiap anggota organisasi harus memposisikan dirinya merupakan bagian dari organisasi sehingga akan membentuk suatu kebersamaan dalam mencapai tujuan organisasi.
Hubungan kerja tidak hanya sebuah produk dari jaringan akan tetapi “hubungan sejati yang berdasarkan pada keaslian dan kepedulian”. Pada konteks ini mengajak untuk merubah sudut pandang kita : “untuk lebih memperhatikan agaimana kita memperlakukan orang lain, teman kerja, para bawahan, para pelanggan disamping kita sekarang khususnya lebih memperhatikan pada struktur, strategi, dan statistik”. Lewin dan Regine pula membuat kasus dimana terdapat sebuah gaya baru kepemimpinan dalam perusahaan sukses yang memfokuskan perhatiannya pada pengoptimalan orang dalam hubungan sebagai sesuatu yang penting untuk mendapakan hasil yang berkesinambungan.
         Tujuh sifat-sifat dasar untuk mengembangkan hubungan : (1) menetapkan standar kerja yang jelas, (2) memiliki keinginan untuk memberikan yang terbaik, (3) saling memperhatikan, (4) membuat pengenalan potensi pribadi, (5) berbagi cerita, (6) menciptakan kebersamaan, dan (7) membuat contoh
Apa yang membedakan pemimpin yang berhasil dengan yang tida berhasil, kesimpulan Kouzes da Posner, adalah seberapa besar mereka ”benar-benar peduli dengan orang yang mereka pimpin”. Lebih lanjut diuraikan Goffee dan Jones (2000) bertanya, ”Mengapa orangt-orang harus anda pimpin?” Jawaban mereka adalah bahwa kita harus dipimpin oleh mereka yang menginspirasi kita dengan (1) secara selektif menunjukkan kelemahan mereka, (2) bersandar kepada lembaga, (3) mengelolanya dengan rasa empati, dan (4) menungkapkan perbedaan mereka.

4.3. Sekolah Membuat Mereka Memiliki Pemikiran
Elmore dan Burney menggambarkan pendekatan Alvarado : ”Lebih dari delapan tahun masa jabatan Alvarado di distrik 2, distrik telah menyusun sebuah strategi untuk kegunaan pengembangan profesional dengan meningkatkan pelatihan dan pembelajaran di sekolah. Strategi ini terdiri dari satu perangkat prinsip-prinsip organisasi tentang proses perubahan sistem dan peran pengembangan profesional dalam proses tersebut, dan satu perangkat aktivitas khusus, atau contoh pengembangan staff yang fokus pada perbaikan lebar sistem instruksi”. Ketujuh prinsip pengelolaan strategi pembaharuan adalah sebagai berikut: (1) Mengenai instruksi dan hanya tentang instruksi, (2) peningkatan instruksi merupakan jalan yang panjang, proses berbagai tingkatan yang melibatkan kesadaran, perencanaan, penerapan,dan cerminan, (3) berbagi keahlian merupakan kendali perubahan instruksional, (4) fokusnya ada pada pengembangan sistem, (5) ide baik datang dari orang berbakat yang bekerja bersama, (6) membuat harapan yang jelas, yang kemudian mendesentralisasikannya, (7) kemampuan menyampaikan, kepedulian, dan menghargai merupakan hal yang terpenting.
Rencana keseluruhan dinamakan ”Rancangan untuk keberhasilan siswa dalam sistem berbasis standar : Membantu pencapaian siswa dalam lingkungan belajar yang terintegrasi”. Penekanan pada awalnya ada pada melek huruf dan sekarang pada bidang matematika, termasuk sejumlah strategi pencegahan dan intervensi yang dirancang untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah sejak dini pada sekolah anak-anak. Modal utama dan prosedur telah dibuat untuk menghasilkan melek huruf serta materi matematika, dan pengembangan profesional bagi seluruh kepala sekolah, staff pengembang, dan rekan-rekan pelatih. Pencapaian siswa dimonitor dengan telitin pada tingkatan individu, di kelas, sekolah, dan distrik. Laporan bulanan dikeluarkan oleh distrik yang membahas dan memperbaharui strategi yang digunakan dan kemajuan sistem.
Dalam serangkaian wawancara dengan kepala sekolah dan guru yang diadakan pada tahun ajaran 1999 – 2000, para peneliti Standford membuat beberapa observasi tentang status pembaharuan dalam tahun keduanya, termasuk (1) baik kepala sekolah dan guru melimpahkan nilai peran baru kepala sekolah sebagai pimpinan instruksional, (2) kepemimpinan kepala sekolah dan dukungan rekanan telah diperkuat disepanjang distrik, (3) ada lebih banyak hubungan dan fokus pada pembaharuan distrik dibandingkan waktu sebelumnya, (4) beberapa kepala sekolah menolak cara atas bawah dimana pembaharuan telah diperkenalkan, dan (5) mayoritas luas kepala sekolah dan guru menilai isi dari pembaharuan.
Contoh pendidikan lain pada tingkatan sekolah digambarkan dalam sebuah kajian oleh Newmann, King, and Youngs tentang apa yang membuat terutama beberapa sekolah yang berhasil. Studi kasus terakhir mereka adalah yang paling menonjol. Newmann (2000) menyimpulkan bahwa apa yang mereka sebut kapasitas sekolah adalah kunci menuju kesuksesan. Kapasitas ini berisi lima komponen : (1) Wawasan para guru, skill dan kecenderungan watak, (2) Komunitas yang profesional, (3) Program yang berhubungan, (4) Sumber daya ahli, dan (5) Kepemimpinan kepala sekolah. Peran kelima komponen dalam berkombinasi telah terbukti.
Dalam satu observasi yang berwawasan Mclaghlin dan Taibert menilai bahwa komunitas guru yang kuat dapat secara efektif dan tidak tergantung pada apakan para guru berkolaborasi untuk membut terobosan baru dalam pembelajaran atau apakah mereka memperkuat metode dimana, ketika digunakan tidak memberikan hasil apapun. Dengan kata lain, kerja sama yang lemah selalu tidak efektif, tetapi komunitas yang kuat dapat membuat permasalahan tambah buruk apabila dalam kolaborasi mereka, guru (bagaimanapun ketidakcerdasannya) memperkuat setiap kegiatan orang lain yang buruk dan tidak efektif. Inilah mengapa hubungan yang dekat tidak akan berakhir begitu saja. Budaya berkolaborasi, dengan definisinya memiliki hubungan yang sangat kuat, tetapi jika mereka fokus pada hal yang benar maka mereka akan terhindar dari kesalahan yang besar. Tujuan moral, ide-ide yang baik, fokus terhadap hasil, dan menghasilkan pandangan orang-orang ingkar merupakan sesuatu yang penting, karena maksud mereka adalah bahwa organisasi memfokuskan kepada hal-hal yang benar. Kepemimpinan, sekali lagi, muncul kepermukaan. Peran pemimpin adalah untuk menjamin bahwa organisasi mengembangkan hubungan yang membantu menghasilkan hasil yang diinginkan.
Untuk dapat sukses melebihi perjalanan yang sangat singkat, semua lembaga harus memasukkan tujuan moral : memahami kerumitan ilmu pengetahuan; dan menghargai, membangun dan menggambar pada hubungan manusia yang baru dengan sampai sekarang ini tidak terlibat di dalam jumlah pemilih dan diluar organisasi. Dengan melakukan hal ini juga demi kebaikan mereka, dan kebaikan untuk semua.

4.4. Kecerdasan Emosi dan Perlawanan
Orang-orang selalu membutuhkan kecerdasan emosional, akan tetapi dalam waktu tertentu orang membutuhkannya dalam sekop. Budaya perubahan yang telah saya gambarkan adalah, dengan pengertian, penuh dengan kegelisahan, stress, dan amhiguitas (dan menyesuaikannya dengan kegembiraan daro terobosan yang kreatif). Ini seharusnya datang tanpa peringatan kemudian bahwa pemimpin yang paling berhasil bukanlah yang paling pintar IQ-nya tetapi mereka yang menggabungkan kecerdasan intelektual dengan kecerdasan emosi.
Di setiap kasus, kesalahan terbesar adalah dalam kecerdasan emosi-arogansi, terlalu bergantung  pada kemampuan otak, ketidakmampuan untuk beradaptasi terhadap keadaan perubahan yang tidak tepat dalam wilayah dan penghinaan terhadap kolaborasi atau kerjasama.
Golemann (1998) telah mengidentifikasi lima set kecakapan emosi utama (dengan beberapa subdivisi), yang dia bagi kedalam wilayah kecakapan personal dan sosial :
·         Kecakapan personal/pribadi : (1) Kesadaran diri (mengetahui keadaan internal seseorang, pilihan, sumberdaya, dan intuisi), (2) Aturan personal/pribadi (mengelola keadaan internal seseorang, gerak hati, dan sumberdaya)
·         Kecakapan sosial : (1) Motivasi (kecenderungan emosi yang memandu atau memfasilitasi tujuan yang akan diraih), (2) Empati (kepekaan terhadap perasaan, kebutuhan, dan pemikiran orang lain), (3) Keterampilan sosial (kemahiran saat membujuk tanggapan yang berhasrat dari orang lain).
Kita baru saja membahas empat gaya kepemimpinan yang Golemann (2000) temukan sangat berhasil dalam mempengaruhi budaya dan kinerja. Menyokong kewenangan, menggabungkan diri, demokratis, dan gaya melatih adalah kecerdasan emosi tinggi. Kecerdasan emosi yang rendah adalah tanda pemimpin yang pemaksa dan terburu-buru.
Dalam bahasa sehari-hari kecerdasan emosi adalah apa yang biasa kita sebut sebagai ”kepandaian jalan”, atau kemampuan yang tidak biasa kita namakan ”perasaan yang biasa”. Ini ada hubungannya dengan kemampuan untuk membaca lingkungan politik dan sosial, dan membentangkannya, untuk diserap secara intuisif apa yang orang lain inginkan dan perlukan, apa kekuatan dan kelemahan mereka, menyisakan kerutan akibat stress, dan untuk mengikat jenis orang yang orang lain inginkan di sekitar mereka. Dalam sebuah sikap yang sama dengan Golemann, Stein dan Book (2000) nama lima bidang EQ :
1.      Intrapersonal (kesadaran diri, aktualisasi, kemerdekaan, dan penghormatan diri)
2.      Interpersonal (empati, tanggung jawab sosial)
3.      Kemampuan beradaptasi (pemecahan masalah, fleksibilitas)
4.      Pengelolaan stress (toleransi stress, kontrol gerak hati)
5.      Suasana hati (kebahagiaan, optimasi)
Dalam sebuah budaya perubahan, emosi seringkali memuncak. Dan ketika saat itu tiba, mereka acapkali mengutarakan pendapat yang berbada. Orang-orang mengekspresikan keraguan atau persyaratan dan kadang perlawanan yang sama sekali palsu kearah yang baru. Bagaimana dengan jenis perlawanan yang satu ini? Jadi, ini tidak lebih dari sebuah pernyataan yang dilebih-lebihkan dengan mengatakan bahwa pemimpin dalam sebuah budaya perubahan menyambutnya! Mereka tentunya memotret kembali selama memiliki manfaat yang memungkinkan, dan mereka hampir selalu berhubungan dengannya lebih berhasil dari pada orang lain. Mengartikan kepemimpinan yang berhasil sebagai yang menghargai perlawanan adalah salah satu dari penemuan yang luar biasa : perbedaan pendapat terlihat sebagai sebuah sumber potensial ide dan terobsan yang baru. Ketidakhadiran konflik dapat menjadi pertanda kerusakan berlebihan.
Seluruh keberhasilan organisasi dalam sebuah budaya perubahan yang ditemukan pada sebuah tingkatan tertentu untuk mencari perbedaan para pegawai, ide-ide, dais pengalaman sementara secara simultan membuat mekanisme untuk menyortir, menyembunyikan, dan bertingkahlaku pada pola yang baru (lihat Lewine & Regine, 2000, dan Pascale, 2000).

4.5.      Komentar
Inti dari uraian materi di atas, pada dasarnya mengungkapkan bahwa optimalisasi organisasi dalam menghasilkan produktivitas ditentukan oleh sejauhmana koordinasi hubungan kerja mampu diciptakan. Melalui hubungan kerja yang baik akan menciptakan suatu lingkungan kerja yang kondusif dan dinamis sehingga memungkinkan peningkatan produktivitas kerja pegawai dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Namun pada kenyataanya untuk menciptakan suatu kondisi yang dinamis disuatu organisasi bukan merupakan sesuatu yang mudah, karena kondisi tersebut memerlukan adanya suatu kesamaan persesi dan sikap dari pihak-pihak terkait, baik pimpinan, bawahan, konsumen maupun masyarakat di samping berbagai faktor pendukung lainnya.
Jika dikaitkan dengan organisasi persekolahan, mutu suatu sekolah dapat dilihat dari pola perilaku pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan disekolah dan salah satu aspek untuk menciptakan mutu sekolah yaitu melalui hubungan kerja organisasi para anggotanya, baik secara internal maupun eksternal ataupun melalui budaya hubungan kerja formal maupun in-formal sebagai upaya memenuhi harapan masyarakat dalam bidang pendidikan pada jalur sekolah.
Sekolah merupakan suatu organisasi pendidikan yang didalamnya terdapat suatu fungsi administrasi dan edukatif yang dilakukan anggota sekolah melalui proses kerjasama untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Kerjasama ini perlu dikembangkan untuk mencapai hasil yang setinggi mungkin. Dasar yang menjembatani antar personil sekolah adalah dengan peranan hubungan kerja. Hubungan kerja merupakan urat nadinya sekolah, karena tanpa hubungan kerja, maka kehidupan sekolah tidak akan berfungsi dengan baik. Oleh sebab itu sekolah sebagai suatu organisasi pendidikan harus mampu menerapkan dan menata sistem hubungan kerja yang efektif dan harmonis dan hal tersebut dapat diwujudkan melalui peran dan tanggung jawab kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan.
Dalam organisasi persekolahan, dimana proses hubungan kerjanya kurang harmonis, maka baik hubungan antar personil maupun personil dengan kepala sekolah akan jelek, acuh satu sama lain dan sukar mencari titik temu dalam menghadapai berbagai masalah pendidikan yang dijumpai. Masing-masing menghadapi masalah pendidikan secara sendiri, sehingga dengan susah payah dia mencari pemecahan masalah tersebut secara sendiri pula. Alangkah erat dan tidak sejalannya pemecahan yang diambil secara masing-masing itu. Dengan demikian, kepala sekolah memiliki kewajiban untuk membina hubungan kerja intern dengan sebiaik-baiknya, sehingga memberikan suatu kemungkinan bekerjasama dan memberikan kesempatan serta semangat para personil untuk berprestasi.
Segala usaha untuk membina dan menata hubungan kerja yang harmonis dan efektif itu bukan saja hanyan sekedar untuk menciptakan suatu dunia kemanusiaan yang menarik dan hangat, akan tetapi mendapatkan maknanya yang mendalam dan berarti dalam suatu organisasi pendidikan. Betapa tidak, karena dengan demikian setiap personil akan merasa senang berada dalam suasana demikian serta lebih terdorong untuk berprestasi lebih baik. Personil akan dapat mengerjakan tugasnya dengan sadar dan lebih baik lagi.
Kepala sekolah selaku pemimpin organisasi harus melakukan pengembangan budaya hubungan kerja yang efektif. Keadaan tersebut dalam organisasi persekolahan di sekolah merupakan tanggung jawab seluruh personil sekolah, namun dalam kenyataannya bahwa kepala sekolah yang memiliki tanggung jawab sepenuhnya membina dan mengembangkan efektivitas hubungan kerja organisasi di sekolah.
Budaya komunikasi organisasi di sekolah di ciptakan melalui upaya menumbuhkan nilai-nilai bagi semua komponen yang terlibat agar memiliki rasa tanggung jawab dan kepedulian yang tinggi terhadap kemajuaan sekolah sesuai dengan cerita-cerita atau mithos-mithos yang pernah diperolehnya yang menumbuhkan motivasi untuk menyekolahkan anaknya pada sekolah yang bermutu. Budaya hubungan kerja organisasi penting untuk dipelihara dan ditumbuhkan oleh kepala sekolah di lingkungan kerjanya, sehingga mmutu pendidikan dapat tercapai.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka hal yang menarik bagi penulis untuk mengkaji permasalahan diatas, di sini akan di bahas tentang bagaimana konsepsi budaya hubungan kerja, bagaimana upaya-upaya pengembangan yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka peranan hubungan kerja dalam suatu organisasi sangat vital, dimana apabila hubungan kerja dapat berjalan dengan lancar, maka anggota organisasi tersebut dapat melaksanakan tugas sesuai dengan fungsi serta mampu bekerjasam dengan anggota organisasi lain, dalam memcapai tujuan yang telah ditetapkan. Hubungan kerja sebagai bagian dari fenomena sosial memiliki sifat yang sangat kompleks.
Proses hubungan kerjadalam organisasi merupakan proses interaksi yang menandai kedinamisan organisasi, karenanya bila ditangani secara efektif, maka akan menjadi modal yang sangat penting bagi pencapaian hubungan kerja yang efektif. Dengan mengetahui dan memahami prilaku individu, maka kepala sekolah akan dapat mengantisipasi penghalang yang bersifat individual dan tumbuh subur. Salah satu cara menangani perilaku individu adalah menganalisa prinsip-prinsip dasar manusia.
Berdasarkan uraian beberapa langkah pemecahan masalah maka dapatlah kita lihat apakah kepala sekolah dalam mengembangkan hubungan kerja telah efktif ataupun belum. Dengan adanya gambaran demikian, hal tersebut akan menunjukkan bahwa kepala sekolah diharapkan akan menyadari pentingnya pengembangan hubungan kerja yang efektif disekolahnya.
Keberhasilan kepala sekolah dalam mengembangkan hubungan kerja organisasi yang efektif, pada akhirnnya akan mengefektifkan pula dalam pemanfaatan sumber daya organisasi, khususnya yang berkenaan dengan penghematan pesan, waktu dan biaya. Oleh karena itu prinsip efektivitas sekaligus efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya organisasi telah dimanfaatkan oleh kepala sekolah. Namun demikian dalam pelaksanaan untuk mengembangkan komunikasi organisasi yang efektif setiap aktivitas yang dilakukan kepala sekolah tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya, artinya aktivitas-aktivitas tersebut merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi. Jika satu aktivitas gagal, maka aktivitas lainnya dapat dilakukan.
Aktivitas pengembangan hubungan kerja organisasi yang dilakukan kepala sekolah berupaya untuk mengatasi permasalahan yang bersifat organisasional maupun yang bersifat individual. Bersifat organisasional diarahkan untuk mengatasi terhambatnya kinerja organisasi, melalui menciptakan arus informasi reguler, mengaktifkan arus feed back dan mengembangkan hubungan kerja informal. Sedangkan permasalahan yang bersifat individual bertujuan untuk mengatasi masalah hubungan kerja yang dialami kepala sekolah pada saat melakukan proses hubungan kerja melalui menyederhanakan bahasa dalam merumuskan pesan, ektif mendengar, mengendalikan emosi, menggunakan bahasa non-verbal dan memahami karakteristik kepribadian individu. Dengan demikian secara keseluruhan bahwa kepala sekolah telah mampu menempatkan pengembangan hubungan kerja organisasi sesuai dengan permasalahan yanng dihadapinya.

Kesimpulan:
Inti dari uraian materi di atas pada dasarnya mengungkapkan bahwa optimalisasi organisasi dalam menghasilkan produktivitas ditentukan oleh sejauhmana koordinasi hubungan kerja mampu menciptakan. Melalui hubungan kerja yang baik akan menciptakan suatu lingkungan kerja yang kondusip dan dinamis sehingga memungkinkan peningkatan produktivitas kerja pegawai dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. Namun pada kenyataannya untuk menciptakan suatu kondisi yang dinamis dalam organisasi bukan merupakan suatu yang mudah, karena kondisi tersebut memerlukan adanya suatu kesamaan persepsi dan sikap dari pihak-pihak terkait, baik pimpinan,  bawahan, konsumen, maupun masyarakat disamping faktor pendukung yang lainnya.
Sedangkan sekolah merupakan suatu organisasi pendidikan yang di dalamnya terdapat suatu fungsi administrasi dan edukatif yang dilakukan anggota sekolah melalui proses kerjasama untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Kerjasama ini perlu dikembangkan untuk mencapai hasil yang setinggi mungkin. Dasar yang menjembatani antar personil sekolah adalah dengan peranan ” Hubungan Kerja”. Hubungan kerja merupakan urat nadinya sekolah, karena tanpa hubungan kerja maka kehidupan sekolah tidak akan berfungsi dengn baik. Oleh sebab itu sekolah sebagai suatu organisasi pendidikan harus mampu menerapkan dan menata sistem hubungan kerja yang efektif dan harmonis. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui peran dan tanggungjawab Kepala Sekolah sebagai pemimpin pendidikan yang mampu menggabungkan kecerdasan intelektual dengan kecerdasan emosionalnya.


BAB V
MEMBANGUN PENGETAHUAN

Bab V pada buku ini sebenarnya merupakan penjelasan bagaimana pengetahuan itu terjadi baik dikalangan bisnis maupun sebagai proses edukasi formal maupun nonformal dengan tujuan untuk menyongsong masa depan. Ada 4 teori yang dikemukakan pada bab ini  yakni teori Brown & Dygyd, Teori Von Krogh , Teori Dixon dan Teori Elmore dan Burney serta pada akhir bagian ini diungkapkan berbagai teknis untuk pendistribusian pengetahuan yakni melalui pameran pendidikan, proyek melek huruf dan proyek mentor guru.
Teori Brown & Dygyd tentang pengetahuan sebagai interaksi sosial. Bagian ini diawali dengan pernyataan Brown & Dygyd ( 2000) bahwa: “Pengetahuan munculnya karena ada interaksi sosial manusia ,pengetahuan merupakan fenomena sosial yang terjadi bila ada komunikasi antara individu dengan individu lainnya serta antara individu dengan lingkungannya disini akan terjadi suatu proses pembelajaran manusia terhadap manusia lainnya serta antara manusia dengan lingkungannya”.
Dengan demikian pengetahuan memiliki perbedaan dengan informasi lainnya ataupun dengan proses pembelajaran sekalipun karena pengetahuan akan senantiasa mengikuti perkembangan seiring pesatnya perkembangan teknologi. Hawlet-Packaird yang diungkapkan Brown memendeskripsikan: “Pengetahuan yang diperoleh melalui pelatihan hanya pengetahuan secara motorik saja dengan tujuan agar individu lebih terampil. Namun kelemahan pengetahuan dari pelatihan ini selalu mengalami hambatan ketika akan di implementasikan di lapangan”.
Brown & Dugaid, mengungkapkan bahwa pelatihan akan meningkatkan pengetahuan apabila pelatihan dikelola dengan manajemen dan administrasi yang baik sehingga hasil yang diperoleh merupakan suatu proses yang berkesinambungan.
Teori Nonaka & Takeuchi yang dikembangkan Von Krogh tentang pengetahuan sebagai akses perubahan. Pengetahuan akan mampu membuat suatu perubahan baik individu maupun organisasi. Nonaka & Takeuchi telah meneliti pada salah satu perusahaan di Jepang  pada tahun 1995 yang telah melakukan berbagai inovasi didalam perusahaannya sehingga tercipta produk-produk baru yang berbeda dengan perusahaan lain yang sejenis serta memberikan pelayanan yang memuaskan kepada konsumen.
Dengan melakukan hal ini perusahaan menjadi perusahaan terunggul pada saat itu. Pada perkembangan selanjutnya perusahaan ini mengkolaborasikan antara pengetahuan intelektual dengan kecerdasan spiritual yang mereka sebut dengan Tacit. Kecerdasan spiritual ini menurut perusahaan akan mampu melihat secara intuitif dan subyektif, sifatnya sangat pribadi karena berakar dari pribadi individu sehingga akan mendorong tindakannya. Tacit ternyata mampu menghasilkan ide-ide kreatif dan berkualitas dalam perusahaan. Dari pengalaman ini Nonaka & Takechi berpendapat bahwa: “Perusahaan akan lebih menguntungkan bila mampu mengembangkan pengetahuan baru yang disertai dengan keterlibatan emosional individu untuk berinovasi secara kreatif dan menggunakan intuitif serta perasaan sehingga masing-masing individu memiliki visi yang sama dengan organisasi”.
Perkembangan selanjutnya secara komprehenshif pendapat Nonaka & Takeuchi dikembangkan oleh Von Krogh dan ichijo dengan menciptakan buku yang isinya antara lain mengungkapkan bagaimana membuka misteri pengetahuan tacit  sebagai inovasi dari pengetahuan yang akan mampu melakukan proses perubahan serta menciptakan hubungan emosional antara individu dengan proses inovasi tersebut. Tacit  pada prosesnya akan mampu memberi dorongan moril dan menciptakan kepedulian terhadap organisasi dan visi organisasi Dalam penjelasannya buku ini juga mencoba mengungkapkan secara eksplisit bahwa setiap individu harus memiliki hubungan yang dekat antara penambahan pengetahuannya secara intelektual dan mereka juga memiliki komitmen internal untuk melakukan perbuatan yang baik.
Di dalam bukunya ini Von Krogh memberikan ilustrasi pertanyaan mana yang lebih dahulu  telur  atau  ayam ? disini sesungguhnya sudah terjadi sebab akibat hubungan antara budaya kerja sama dan berbagai pengetahuan. Intinya bahwa penciptaan pengetahuan dalam sebuah organisasi membutuhkan syarat tertentu  dimana pengetahuan ini harus di distribusikan kepada setiap individu yang bekerja di dalam organisasi sehingga mereka akan bereaksi dan memunculkan ide-ide yang kreatif dan mendukung pengetahuan baru tersebut.
Proses seperti ini akan mendorong setiap individu untuk mendistribusikan pengetahuannya dari satu orang ke orang lainnya, mereka akan jadi lebih sering mendiskusikan berbagai persoalan diantara mereka sehingga akan terbentuk  mikro komunitas yakni menciptakan pengetahuan sebagai inovasi didalam organisasi dimana inovasi inilah yang akan mengatur langkah berfikir maupun bertindak mereka. Teori ini membuktikan bahwa: “Hubungan yang baik akan membersihkan setiap individu dari perasaan cemas, takut , tidak percaya diri, tidak puas dan akan menciptakan setiap individu merasa aman dalam mengeksplorasikan teori-teori baru sehingga menciptakan produk baru dengan harapan akan  mampu meraih calon pelanggan yang baru “.
Von Krogh dkk mengungkapkan 5 kriteria kepedulian individu terhadap organisasi yakni : 1) Kepercayaan yang saling menguntungkan; 2)Akses untuk membantu;3). Kebijakan dalam pengambilan keputusan;4).Keberanian. Von krogh mengemukakan karakteristik ini dengan melihat gejala secara riil bahwa setiap perusahaan dihadapkan pada masalah produktivitas dan kualitas yang sangat serius.
Hubungan kausal antara hubungan yang baik dengan berbagi pengetahuan adalah bahwa seseorang akan memperoleh berbagai informasi apabila sudah terjalin hubungan yang baik dengan orang tersebut. Sehingga Von Krogh meyakinkan bahwa kehidupan emosional seseorang sangatlah penting agar memperoleh hubungan kerja yang baik sehingga  bila ini sudah terjalin akan tercipta berbagai pengetahuan yang efektif.
Von Krogh juga mengungkapkan bahwa faktor pemimpin akan sangat berpengaruh terhadap keterserapan pengetahuan sehingga pemimpin harus memahami nilai-nilai dan memiliki peranan dalam menciptakan pengetahuan, membuat skala prioritas dan perangkat pembaharuan serta menciptakan lingkungan yang kondusif diantara anggota. Sebagai proses akhir pemimpin harus belajar untuk mempercayai proses pembelajaran yang sedang berlangsung antar individu serta terus melakukan pola perubahan. Dalam hal ini Von Krogh menegaskan: “Siapapun yang ingin menjadi aktifis pengetahuan harus melebur dengan ide penciptaan pengetahuan”.
            Teori Dixon (2000) tentang perubahan budaya mengungkapkan: “Pertukaran pengetahuan akan terjadi apabila dalam organisasi tidak memiliki persaingan atau budaya berkolaborasi maka yang pertama harus dilakukan adalah memperbaiki budaya tersebut dan kemudian buatlah orang-orang untuk berbagi”, dan Proses Sharing  ini akan menciptakan sebuah budaya pengetahuan.
Sebagai ilustrasi dikemukakan sharing pengetahuan pada perusahaan industri Ford mencoba melakukan perubahan dengan mengirimkan tenaga-tenaga ahlinya ke beberapa perusahaan industri di luar industri ford. Setelah beberapa waktu kemudian mereka ditarik kembali kedalam perusahaan kemudian berbagi pengalaman. Ternyata berbagai pengalaman ini menjadi sebuah inspirasi untuk membuat produk unggulan ford dan mencetuskan ide perubahan budaya perusahaan. Hal ini menjadi isyu tentang budaya ayam dan telur , mana yang lebih dahulu muncul apakah budaya ataukah pengetahuan?
Dixon menjelaskan kembali bahwa: “ Pengetahuan akan memperbanyak jalan agar tercipta budaya kolaboratif, hal ini berarti bahwa organisasi yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidupnya harus mau dan mampu memberi serta menerima pengetahuan baru. Prosesnya bisa dimulai dengan cara memberikan kesempatan pada setiap individu untuk berbagi pengalaman dengan yang lainnya di dalam organisasi”.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pertukaran pengetahuan diungkapkan Dixon antara lain:
1) Pengaruh lingkungan yang tidak kondusif  sehingga akan mengaburkan pengetahuan baru;
2)   Perlunya interaksi individu yang akan mengakses pengetahuan;
3)   Keterlibatan individu dalam sharing pengetahuan.
Ilustrasi lain diungkapkan Dixon pada program bantuan bersama minyak di British. Tahap awal tim melakukan satu pertemuan untuk memecahkan masalah secara bersama seperti masalah yang dihadapi di  laut Norwegia dapat dipecahkan berdasarkan pengalaman di teluk Mexico. Hal ini jelas bahwa sifat dari pemecahan masalah adalah dalam bentuk bantuan.
Teori Elmore dan Burney tentang model konsultasi pengembangan profesional memberikan ilustrasi berbagai pengetahuan antara pihak ekstern yang disebut sebagai jaringan rekanan dengan pihak intern yang disebut jasa konsultasi instruksional. Keduanya melakukan kerjasama dengan cara melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah dengan melibatkan guru dan kepala sekolah.
Guru-guru diperintahkan untuk mendatangi kelas-kelas diluar kelas yang menjadi kewajibannya mengajar mereka adalah sebagai konsultan yang melakukan penelitian secara langsung juga memberikan arahan kepada sekolah yang dikunjungi dimana kegiatan ini diprakarsai oleh kepala sekolah. Demikian juga untuk level kepala sekolah mereka mengadakan pertemuan saling membagi pengetahuan dan mereka saling menanyakan tentang perilaku guru-guru yang sedang melakukan kunjungan-kunjungan.
Dari proses sharing dengan menempatkan forum kepala sekolah dan melibatkan guru-guru ini diperoleh berbagai keuntungan mereka dapat memecahkan masalah secara bersama  dan mengembangkan profesionalismenya sebagai tenaga kependidikan bahkan secara besar-besaran mereka menyelenggarakan konferensi  kepala sekolah bertempat di Museum Seni modern di New York dengan agenda kegiatan merancang standar pendidikan formal dan memperkenalkan model konsultasi pengembangan profesional.
Model konsultasi profesional diungkapkan oleh Elomre &Burney: “Adalah merupakan model penyebaran pengetahuan dengan melibatkan tenaga kerja intensif, seorang konsultan, kelompok pengajar dimana mereka saling berhubungan satu sama lain dan menciptakan saling ketergantungan individu maupun kelompok sehingga tumbuh profesional pengajar dan sumberdaya yang efektif”.
Model ini Elmore mencoba menjadi konsultan dalam memecahkan kasus-kasus melek huruf dan matematika. Bentuk pertukaran pengetahuan yang dilakukan secara sistematis ini dikembangkan lebih jauh oleh Alvarado- Fink di Sandiego dengan menggunakan metode pengembangan, pembagian dan penggunaan pengetahuan.
Berbagai forum pendistribusian pendidikan seperti “Pameran Pendidikan”.
Pameran pendidikan diselenggarakan untk memberi kesempatan,memamerkan dan memberikan gambaran perkembangan pendidikan sebagai suatu cerminan kesuksesan dan berbagai tantangan pendidikan. Pameran pendidikan juga merupakan pameran kinerja kepemimpinan sehingga menjadi sebuah etalase yang mampu menggambarkan secara visual apa-apa yang dikerjakan oleh dunia pendidikan.
Berbagai keuntungan dari pameran, antara lain:
1.      Sebagai media evaluasi proses pembelajaran
2.      Memberikan informasi tentang perkembangan pendidikan
3.      Sebagai media informasi keberhasilan suatu program
4.      Sebagai pemecahan masalah
Adapun hal-hal yang perlu disiapkan untuk menyelenggarakan pameran. Antara lain:
1.      Tentukan tujuan penyelenggaraan pameran pendidikan secara jelas
2.      Ciptakan kreatifitas dengan merancang berbagai peralatan yang diperlukan serta pelayanan yang akan diberikan.
3.      Gunakan media informasi yang paling mutakhir seperti foto, grafik,produk ataupun ide lainya.
4.      Buatlah berbagai referensi yang berhubungan dengan perkembangan pendidikan
Proyek melek huruf pertama dilakukan di Toronto dengan program unggulan peningkatan minat baca dan menulis agar warga belajar mampu berdialog , melakukan diskusi untuk memecahkan masalah an kebutuhan membaca dan menulis. Dalam program ini kepala sekolah harus lebih banyak membuat strategy perubahan dan para guru akan melakukan peningkatan kinerjanya.
Proyek ini merupakan proyek lanjutan pertukaran ide kepala sekolah dan guru yang bekerja dengan melibatkan siswa dalam berbagai penciptaan pengetahuan yang dilakukan di kelas dengan menggunakan metode belajar interaktif yang lebih kuat, melibatkan perhatian orang tua terhadap prestasi belajar siswa yang dapat dilihat dari portofolio mereka. Namun demikian sistem sekolah masih dinilai sangat lambat memainkan pembangunan pengetahuan.

Kesimpulannya:
1.      Pengetahuan ibaratnya timbunan barang kebutuhan pokok dalam bisnis para pendidik.Seorang guru dan umumnya pendidik harus berusaha dengan sungguh-sungguh dalam pengembangan intelektual siswa terlebih kalau ia menaruh perhatian terhadap kesehatan fisik dan emosional mereka. Para pendidik mendasarkan penilaiannya atas dasar pengetahuan yang dapat dipercaya oleh karena itu penting bagi seorang pendidik untuk merencanakan sendiri secara filosofis pengetahuan apa yang harus di distribusikan.
2.      Seorang epistemologis akan lebih menaruh perhatian pada konsep daripada fakta , dengan mengkaji secara terus menerus ilmu pengetahuan dengan konsep feeling ( perasaan), persepsi belajar ,penguatan kembali ( reinforcement ) dan menilai ( to judge ).
3.      Jenis-jenis pengetahuan dapat diperoleh dengan berbagai cara. Pada bagian ini pengetahuan dapat diperoleh dengan cara  sharing. Metoda sharing pun berbagai macam bentuknya , disini diperkenalkan bentuk sharing dengan cara menjalin hubungan antara individu sehingga satu sama lain saling berinteraksi dalam komunikasi yang tanpa disadari akan menghasilkan pengetahuan. Bentuk lainnya adalah pemahaman secara mendalam yang disebut dengan tacit dimana individu selain pemahaman intelektual juga pemahaman spiritual sehingga setiap ilmu pengetahuan yang baru diresapi dengan intelektual; dan juga dengan perasaan.Bentuk lainnya dari sharing adalah dengan menggunakan jasa konsultan dan melakukan kunjungan ke berbagai tempat pendidikan. Teori yang dikemukakan oleh Elmore,Dixon, Von Krogh dan Brown ini sesungguhnya memiliki banyak kesamaan walaupun tidak identik tetapi masing-masing memperkuat kapasitas mereka dalam mengakses dan mengungkap pengetahuan yang tersirat.

BAB VI
PENYELARASAN PEMAHAMAN

Teori terbaik diringkas dalam istilah empat prinsip “sistem hidup”
1.      keseimbangan adalah pertanda pada kematian. Ketika sebuah sistem hidup dalam sebuah negara keseimbangan. Kurang responsif pada perubahan yang terjadi disekitarnya, maka tempat ini ada pada resiko maksimum
2.      Menghadapi ancaman, atau ketika dilapisi oleh kesempatan yang mengganggu, hal hidup berpindah ke arah sisi kekacauan. Kondisi ini menimbulkan mutasi pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada percobaan, dan solusi baru yang segar lebih disukai untuk ditemukan
3.      Eksitasi, komponen sistem hidup organisasi diri dan bentuk baru dan repertoir muncul.
4.      Sistem hidup tidak dapat di arah pada jalur linier. Tantangan adalah untuk mengganggu mereka dalam cara yang mendekati hasil yang diinginkan.
Ada dua konsep dalam kompleksitas yang berhubungan dengan peranan pembentukan penyatuan, yaitu pengorganisaian dan penarik diri yang tak dikenal. Organisasi diri berhubungan dengan pola baru hubungan dan tindakan yang muncul ketika anda merancang kondisi dan proses yang digambarkan dari bab dua sampai bab lima. Ketika anda melakukan dinamika ini maka organisasi bergeser pada kedudukan baru sebagai hasil dari interaksi baru dan gagasan baru.
Penarik yang tak dikenal melibatkan pengalaman atau kekuatan yang menarik energi dan komitmen karyawan. Mereka tidak dikenal karena tak dapat diprediksi dalam panca indra tertentu. Pikirkan penarik tak dikenal sebagai serangkaian pengalaman dari anggota organisasi untuk membuat hal yang diinginkan terjadi. Sebagai contoh, visi  dapat bertindak sebagai penarik, tetapi hanya dipahami jika hal itu dibagikan pada semua tingkat organisasi, dan hanya ketika mereka muncul melalui pengalaman yang akan menghasilkan komitmen. Sebaliknya kehilangan visi akan mengaburkan ikatan anggota-anggota dalam suatu organisasi.

Kesimpulannya: Literatur penilai adalah sesuatu hal yang penting, kami mendefinisikan literatur penilaian terdiri dari :
1.      Kapasitas guru dan kepala sekolah untuk memeriksa data kinerja data murid dan membuat pemikiran yang penting tentang mereka untuk  mendapatkan nilai
2.      Kapasitas untuk membentuk rencana tindakan berdasar                                                                                                                                                      kan  pemahaman yang didapatkan dari analisis data yang baik dalam rangka untuk meningkatkan prestasi.
3.      Kapasitas yang sesuai untuk memberikan kontribusi pada debat politik tentang penggunaan dan kesalahan penggunaan data prestasi dalam era tingkat akuntabilitas yang tinggi.



BAB VII
KELINCI DAN KURA-KURA DARAT

Dalam kondisi yang kompleks, rumit evolusi non linier, kita membutuhkan pengetahuan yang lebih lambat dan mendapatkan inovasi tentang menyerap gangguan dan menggambar pola gambar baru, Claxton menyatakan :
Mereka yang mencoba untuk mengatur negara dan perusahaan kepada dan eksekutif dari semua badan mungkin menghadapi keadaan panik ketika peningkatan kompleksitas dari situasi yang mereka berusaha untuk mengendalikannya dengan mengasumsikan waktu adalah suatu hal yang tidak mereka miliki. Pendapat mereka yang keliru adalah bahwa hal dengan cepat berubah dan lebih cepat lagi seseorang harus berpikir.
Di bawah tekanan semacam ini mereka didorong untuk mengadopsi dan satu obat yang dangkal. Bisnis di mesinkan kembali, hirarki dirampingkan, organisator mencoba untuk mengubah diri mereka sendiri ke dalam organisasi pembelajaran, perusahaan menjadi virtual, hari bekerja bertambah; waktu menjadi semakin pendek. Begitu banyak waktu dihabiskan dalam memproses informasi, memecahkan masalah dan batas akhir pertemuan adalah bahwa tidak ada lagi yang tersisa untuk dipikirkan. Bahkan pemikiran intuitif hal itu sendiri dapat dengan mudah menjadi mode lain yang gagal karena pemikiran yang ada belum berubah.
Elmore mengatakan kepada kita mengapa hanya berfokus pada individu yang berbakat tidak akan bekerja dengan baik: Apa yang hilang dalam pandangan ini (berfokus pada individu yang berbakat) adalah pengenalan yang berkembang lebih dari fungsi pembelajaran untuk melakukan sesuatu dengan benar dan merancang di mana anda bekerja dan hal itu apa yang anda ketahui ketika anda mulai bekerja.
Peningkatan pada tingkat hal-hal organisasi bukan perlakuan yang sudah ada sebelumnya dari individu yang bekerja pada suatu organisasi. Organisasi yang meningkat menjadi seperti itu karena mereka menciptakan kesepakatan pengaturan pada apa yang berharga untuk diraih, dan mereka merancang gerakan proses internal dengan orang-orang   yang dengan cepat belajar bagaimana untuk melakukan apa yang mereka butuhkan untuk dilakukan dalam rangka untuk meraih apa yang berharga.
Organisasi seperti itu memilih dan memberikan penghargaan untuk mempertahankan orang berdasarkan keinginan untuk memperkerjakan orang dengan tujuan organisasi dan mendapatkan pembelajaran yang dibutuhkan untuk meraih tujuan mereka. Peningkatan terjadi melalui pembelajaran sosial yang teratur.                          
Tujuan akademis kepemimpinan khususnya didefinisikan sebagai berikut :
1.      kenali parameter  praktisi yang telah memperlihatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengajar dan belajar, dan ciptakan rancangan program sertifikasi baru tentang teori dan praktek yang akan dengan benar mempersiapkan lulusan untuk kepemimpinan.
2.      Rancang dan implementasikan sebuah program untuk pengembangan kepemimpinan distrik
3.      berikan pelatihan dan dukungan dalam peningkatan pengembangan profesional kepala sekolah.
Pembelajaran membutuhkan model contoh : pemimpin harus dibimbing oleh model, nilai-nilai dan prilaku yang mencerminkan pengumpulan barang-barang. Teori yang berdasarkan peran kepemimpinan dengan salah memimpikan pemimpin yang diberikan kuasa untuk meminta atau membutuhkan yang lain melakukan sesuatu yang tidak ingin atau tidak mampu ia lakukan. Tetapi jika pembelajaran, individu dan kelompok, adalah pusat tanggung jawab pemimpin, mereka lalu harus mampu untuk menjadi contoh dalam pembelajaran yang mereka harapkan, bahwa mereka mengharapkan atau membutuhkan yang lain untuk melakukan sesuatu. Pemimpin harus mengharapkan untuk mempunyai praktek subjek mereka sendiri dengan pemeriksaan teliti yang sama sebagai latihan kepada yang lain.
Elmore mengatakan “ seseorang membuat perubahan mendasar dengan mendapatkan banyak kesempatan untuk diungkap menjadi gagasan, untuk berdebat dengan mereka atau pada sisi keyakinan normatif diri mereka sendiri, untuk mempraktekan prilaku yang berlangsung bersamaan dengan nilai-nilai, untuk meneliti praktek yang lain dalam keberadaan yang lain ( yaitu untuk dilihat keberhasilannya). Dalam penghargaan yang rapi dan sangsi yang menarik pada sistem yang akuntabilitas, insentif yang paling kuat berada berdampingan dengan hubungan erat diantara orang dalam organisasi, bukan sistem eksternal
Jika anda ingin membentuk kepemimpinan anda harus berfokus pada pertukaran, kewajiban saling menguntungkan dan nilai pembagian pengetahuan di antara anggota organisasi. Kunci untuk pengembangan kepemimpinan adalah untuk membentuk pengetahuan dan membaginya. Jika tidak dibagikan untuk saling menguntungkan, maka tidak akan cukup untuk membangun dalam organisasi, tanggung jawab untuk pembagian apa yang anda ketahui, untuk organisasi, kewajiban adalah memindahakan halangan untuk membagi, menciptakan mekanisme untuk pembagian dan penghargaan pada mereka yang membagi. Kepemimpinan menciptakan kondisi untuk individu dan perkembangan organisasional untuk bersatu.
Pembelajaran dalam konteks : apa yang didapatkan sebagai kelompok harus dibagi sebagai kelompok. 
Kepemimpinan dan pengetahuan sosial adalah dua kata kembar dalam millenium baru. Dalam dunia perusahaan, pengembangan kepemimpinan sebagai sebuah lapang telah menjadi bisnis milyaran dolar dalam beberapa tahun yang singkat.
Ketika semua perhatian difokuskan pada kepemimpinan yang kuat, visi, standar, dan yang sebaiknya maka akan mudah untuk melakukan hal dengan salah. Kita tidak dapat memecahkan masalah untuk menghasilkan pemimpin yang lebih baik untuk sebuah budaya yang berubah dengan berusaha untuk menghasilkan jumlah pemimpin yang lebih hebat dan banyak dari inidividu. Elmore dengan benar meneliti hal itu dengan menggunakan stratem proporsi kepemimpinan “jarang tumbuh lebih besar dari seperempat sampai sepertiga dari total populasi ruang kelas, sekolah atau sistem.
Gelenn dan Gordon menyatakan “ saat ini banyak yang percaya bahwa lebih memungkin untuk membentuk masa depan, daripada mempersiapkan masa depan yang merupakan perhitungan linier dari saat ini atau sebuah produk kesempatan atau takdir. Kompleksitas, jumlah dan frekuensi pilihan terlihat tumbuh di luar kemampuan untuk mengetahui dan memutuskan. Keterampilan pembangunan dalam rumusan konsep dan komunikasi terlihat relatif menurun pada kebutuhan tang meningkat dari dunia yang rumit.
Kesimpulannya: Apa yang dibutuhkan untuk kinerja yang stabil dan baik, adalah kepemimpinan di banyak tingkat organisasi. Kepemimpinan yang mudah menyebar mempunyai kesempatan yang lebih besar terjadi jika pemimpin bekerja dengan menguasai lima inti kapasitas : tujuan moral, pemahaman proses perubahan mereka, membangun hubungan, pembangunan pengetahuan, dan membuat ikatan. Meraih hal tadi adalah sebagai sebuah pelatihan kepemimpinan dan kasus tentang pemahaman perlahan dan pembelajaran dalam konteks dengan yang lain pada semua tingkat organisasi.
Akhirnya kepemimpinan anda dalam budaya perubahan akan dinilai efektif atau tidak efektif bukan dengan siapa anda sebagai pemimpin tetapi dengan kepeminpinan apa yang anda hasilkan.

Kata Kunci :
Self- Organize             : Pengaturan diri
Strangre attractor        : Penarik tak dikenal (abstract. Immaterial)
Slow Knowing            : Pemahaman lambat
Leadership                  : Kepemimpinan
Knowledge Society    : Pengetahuan Kemasyarakatan
Collective Capacity     : Kapasitas Kolektif



KESIMPULAN

1.      Para pemimpin akan meningkatkan keefektifan mereka apabila mereka secara berkelanjutan berpegang pada lima komponen dari kepemimpinan  yaitu: 1) mengejar tujuan moral, 2) memahami proses perubahan, 3) mengembangkan hubungan, 4) membantu perkembangan pengetahuan, dan 5) mengejar koherensi dengan energi, gairah, dan penuh harapan harapan.
2.      Tujuan moral adalah manfaat yang sangat bermakna; itu tidak bisa hanya digunakan untuk diri sendiri, tetapi diatur untuk mulai ditanamkan dan digunakan sejak lahir. Di dalam terminologi yang evolusioner, tujuan moral telah cenderung ditakdirkan untuk muncul. Walaupun tujuan moral itu alami, itu akan berkembang hanya jika para pemimpin memahaminya. Du gues (1997) berbicara tentang kasus yang positif dan negatif: “Perusahaan bangkrut karena manager mereka memusatkan pada aktivitas ekonomi untuk memproduksi barang dan jasa, dan mereka melupakan organisasi mereka’ yang alami sebagai komunitas yang alami.
3.      Memahami proses perubahan itu lebih sedikit inovasi dan lebih banyak tentang inovatif atau lebih sedikit strategi dan lebih banyak tentang penyetrategian. Memahami Proses Perubahan harus melihat: 1) Tujuan bukanlah untuk banyak menginovasi; 2) Tidaklah cukup memiliki ide terbaik; 3) Menghargai implementasi mendalam; 4) Menggambarkan pembalasan; 5) Membudayakan kembali adalah nama permainan; 6) Tidak pernah satu daftar, selalu kompleks. Iklim diukur dengan mengkombinasikan 6 faktor dari lingkungan kerja yaitu : fleksibilitas, tanggung jawab, standar, hadiah, kejelasan, dan komitmen. 6 (enam) tipe kepemimpinan yang diidentifikasi oleh Goleman: 1) Memaksa; 2) Berwibawa; 3) Membaur; 4) Demokratif; 5) Berstandar tinggi; Pelatih
4.      Pengetahuan ibaratnya timbunan barang kebutuhan pokok dalam bisnis para pendidik: 1) Seorang guru dan umumnya pendidik harus berusaha dengan sungguh-sungguh dalam pengembangan intelektual siswa terlebih kalau ia menaruh perhatian terhadap kesehatan fisik dan emosional mereka. Para pendidik mendasarkan penilaiannya atas dasar pengetahuan yang dapat dipercaya oleh karena itu penting bagi seorang pendidik untuk merencanakan sendiri secara filosofis pengetahuan apa yang harus di distribusikan, 2) Seorang epistemologis akan lebih menaruh perhatian pada konsep daripada fakta , dengan mengkaji secara terus menerus ilmu pengetahuan dengan konsep feeling (perasaan), persepsi belajar, penguatan kembali (reinforcement) dan menilai (to judge), 3) Jenis-jenis pengetahuan dapat diperoleh dengan berbagai cara antara lain dengan cara  sharing, pemahaman secara mendalam yang disebut dengan tacit, dan juga dengan perasaan.
5.      Literatur penilai adalah sesuatu hal yang penting, kami mendefinisikan literatur penilaian terdiri dari: 1) Kapasitas guru dan kepala sekolah untuk memeriksa data kinerja data murid dan membuat pemikiran yang penting tentang mereka untuk  mendapatkan nilai, 2) Kapasitas untuk membentuk rencana tindakan berdasar                                                                                                                                                      kan  pemahaman yang didapatkan dari analisis data yang baik dalam rangka untuk meningkatkan prestasi, 3) Kapasitas yang sesuai untuk memberikan kontribusi pada debat politik tentang penggunaan dan kesalahan penggunaan data prestasi dalam era tingkat akuntabilitas yang tinggi.
6.      Apa yang dibutuhkan untuk kinerja yang stabil dan baik, adalah kepemimpinan di banyak tingkat organisasi. Kepemimpinan yang mudah menyebar mempunyai kesempatan yang lebih besar terjadi jika pemimpin bekerja dengan menguasai lima inti kapasitas: tujuan moral, pemahaman proses perubahan mereka, membangun hubungan, pembangunan pengetahuan, dan membuat ikatan. Meraih hal tadi adalah sebagai sebuah pelatihan kepemimpinan dan kasus tentang pemahaman perlahan dan pembelajaran dalam konteks dengan yang lain pada semua tingkat organisasi. Akhirnya kepemimpinan anda dalam budaya perubahan akan dinilai efektif atau tidak efektif bukan dengan siapa anda sebagai pemimpin tetapi dengan kepeminpinan apa yang anda hasilkan.


DAFTAR PUSTAKA

Michael Fullan, 2001., Leading In Culture Of Change, Jossey-Bass:San Francisco

Wayne K Hoy and Cecil G Miskel, 2001., Eductional Administration (Theory, Research and Practice, Six Edition, School Management and Organization: United State.

No comments:

Post a Comment